Berkecamuk Perang Turki Vs Kurdi di Suriah, 100.000 Orang Ngungsi
Merdeka.com - Warga sipil diperkirakan berjumlah lebih dari 100.000 orang melarikan diri dari rumah-rumah mereka di Suriah Utara. Sebabnya, terjadi pertempuran antara militer Turki dengan milisi Kurdi sejak 9 Oktober lalu.
Ahmed Naso, yang meninggalkan rumahnya di Ras al-Ain ketika Turki melancarkan serangannya pada hari Rabu, mengatakan serangan udara hari itu "datang entah dari mana" dan bahwa orang-orang "segera mulai mengungsi dari kota dan desa terdekat.
"Kami tidak ingin perang, kami hanya ingin hidup dalam damai," katanya seperti dilansir Al Jazeera, Minggu (13/10/2019).
-
Apa yang dilakukan tentara Turki di Israel? Stasiun televisi Aljazeera berbahasa Arab melaporkan ada sekitar 10.000 tentara Turki di Israel.
-
Mengapa orang-orang meninggalkan rumah? Mereka diselimuti ketakutan setelah serangan Israel ke Jalur Gaza terus berlanjut.
-
Siapa yang terlibat dalam perseteruan ini? Keputusan ini muncul sebagai bagian dari perseteruan panjangnya dengan mantan suaminya, Atalarik Syach.
-
Siapa yang mengusir warga Palestina? Peristiwa Nakba dimulai dengan serangan militer dari pasukan Zionis terhadap desa-desa dan kota-kota Palestina.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Siapa yang terdampak serangan di Tavşanlı Höyük? Sisa-sisa otak dan kulit yang terawetkan ditemukan pada dua individu yang berbeda. Salah satunya adalah seorang pria muda berusia 15-18 tahun, sementara yang lainnya adalah seorang pria paruh baya berusia 40-45 tahun.
"Kami telah melihat perang sebelumnya dan kami terpaksa melarikan diri dari pengeboman sebelumnya."
Bersama dengan istri dan tiga anaknya, pria berusia 56 tahun itu mengatakan ia tinggal bersama kerabat di lingkungan Salhiyeh di Hassakeh, sekitar 40 km dari Ras al-Ain, dan tidak yakin apakah mereka akan kembali ke rumah mereka.
PBB: 100.000 Orang Eksodus
PBB mengatakan bahwa 100.000 warga sipil telah mengungsi sejak Rabu. Sebagian besar terpaksa mengungsi dari kota perbatasan Ras al-Ain dan Tel Abyad, yang telah menanggung beban serangan udara dan darat militer Turki, serta dari kontak senjata di desa-desa di antara mereka. Sekitar 70.000 dari mereka yang telah meninggalkan rumah mereka sejauh ini melarikan diri ke Hassakeh dan distrik timurnya.
Sementara itu, lebih dari 11.000 orang telah tiba di kota Tal Tamr, menurut angka terakhir yang dikumpulkan oleh para organisasi kemanusiaan di daerah tersebut.
Ankara mengatakan ofensifnya ditujukan untuk mengusir para pejuang Kurdi dari daerah yang dekat dengan perbatasannya. Ia juga mengatakan bahwa pihaknya ingin membangun apa yang disebut "zona aman (buffer zone)" di sisi perbatasan Suriah di mana jutaan pengungsi yang tinggal di Turki dapat dimukimkan kembali.
Operasi pimpinan Turki melawan Pasukan Demokrat Suriah (SDF), sebuah koalisi pemberontak yang dipimpin oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), diluncurkan segera setelah Amerika Serikat mengumumkan menarik pasukannya dari wilayah timur laut dan utara Suriah itu.
SDF, yang mempelopori kampanye pimpinan AS melawan ISIS, menggambarkan penarikan Washington sebagai "tikaman di belakang" tetapi berjanji untuk "mempertahankan tanah kami dengan segala cara".
Ankara menganggap YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang. Uni Eropa dan Amerika Serikat, yang keduanya menganggap PKK sebagai organisasi "teroris", telah mendesak Turki untuk menahan diri, tetapi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah bersumpah untuk tidak mundur dari operasi yang sedang berlangsung.
Beberapa dari mereka yang telah melarikan diri ke Hassakeh takut bahwa kota itu, yang sudah dihuni oleh 140.000 orang yang mengungsi di dalam negeri (internally displaced person), mungkin tidak dapat mengakomodasi gelombang masuk warga sipil terbaru.
"Erdogan telah berbicara tentang wilayah ini selama bertahun-tahun, kami tidak mengira dia akan bertindak begitu tiba-tiba," Suwar al-Issa, yang melarikan diri bersama istri dan putranya dari Ras al-Ain, mengatakan.
"Ribuan keluarga pergi dan daerah itu berada di ambang bencana kemanusiaan," kata pria berusia 26 tahun itu kepada Al Jazeera melalui telepon dari distrik al-Aziziya di Hassakeh.
"Jika situasi ini berlanjut, ribuan lainnya akan berdatangan, tetapi Hassakeh hanya bisa menerima begitu banyak," katanya.
Ada hampir lima juta orang di wilayah timur laut, termasuk ratusan ribu warga Suriah yang mengungsi di dalam negeri yang melarikan diri dari serangan pimpinan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad di bagian lain di negara yang dilanda perang saudara, menurut pejabat setempat.
Populasi orang Arab, Kurdi, Turkmens, serta Kristen Suriah dengan cepat menawarkan bantuan kepada mereka yang melarikan diri dari daerah perbatasan yang diguncang perang Turki - Kurdi.
Sementara itu, LSM internasional dan organisasi bantuan lainnya memiliki akses terbatas ke sebagian besar wilayah lokasi pengungsian dalam negeri yang terkena dampak, menurut aktivis di kota Qamishli.
Salah satu LSM di lapangan mengatakan orang-orang terus berdatangan di Hassakeh, terutama di pinggiran kota.
"Situasi di sini cukup tegang ... Ada banyak orang datang," Verena Lauble dari Cadus, sebuah organisasi bantuan independen, mengatakan kepada Al Jazeera.
"Masyarakat setempat membantu mempersiapkan sekolah - mereka menyiapkan selimut dan barang-barang non-makanan," kata Lauble.
"Mereka juga sedang berusaha menyiapkan dapur, mengantarkan air dan makanan, untuk mendukung orang-orang yang masuk," katanya, seraya menambahkan bahwa rumah sakit juga sedang bersiap menerima korban.
Reporter: Rizki Akbar Hasan
Sumber: Liputan6.com
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gelombang pengungsi dari perbatasan Lebanon Selatan terus meningkat seiring serangan udara Israel semakin meningkat.
Baca SelengkapnyaIsrael juga mengancam akan membuat warga Gaza utara kelaparan jika mereka tak mau meninggalkan rumah mereka.
Baca SelengkapnyaJuli lalu perlemen Turki mengajukan rancangan undang-undang untuk mencabut kewarganegaraan Turki bagi mereka yang ikut berperang membantu Israel di Gaza.
Baca SelengkapnyaWarga Armenia mulai meninggalkan wilayah Nagorno-Karabakh setelah militer Azerbaijan kembali merebut dan menguasai wilayah tersebut.
Baca SelengkapnyaPBB kemarin melaporkan 15.000 warga Palestina melarikan diri dari Gaza utara sehari sebelumnya. Jumlah ini tiga kali lipat dari perkiraan sebelumnya pada Senin.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan dari data Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mencatat sudah lebih dari 400.000 orang meinggalkan Gaza.
Baca SelengkapnyaPertempuran Terus Berkecamuk di Sudan, 100 Orang Tewas dalam 2 Pekan
Baca SelengkapnyaPasukan zionis Israel terus melancarkan pengeboman di wilayah Gaza Selatan.
Baca SelengkapnyaWarga Gaza meninggalkan tanah kelahiran mereka menuju daerah yang lebih aman di hari ke-5 pertempuran Israel dan Hamas.
Baca SelengkapnyaTak hanya Jalur Gaza yang hampir menjadi debu oleh kebiadaban pasukan zionis, Israel juga bombardir kamp pengungsi Palestina Nur Shams di Tepi Barat.
Baca SelengkapnyaLebih dari 100 orang dilaporkan terluka dan masih banyak korban yang tertimbun reruntuhan bangunan.
Baca SelengkapnyaIni menjadi salah satu pertempuran terberat di Tepi Barat yang diduduki Israel dalam beberapa bulan terakhir. Sebanyak 10 orang dilaporkan tewas.
Baca Selengkapnya