Genosida Israel di Gaza Makin Brutal, PM Palestina Mengundurkan Diri
Kekerasan Israel juga meningkat di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki.
Kekerasan Israel juga meningkat di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki.
Genosida Israel di Gaza Makin Brutal, PM Palestina Mengundurkan Diri
Perdana Menteri (PM) Palestina, Mohammad Shtayyeh mengumumkan mundur dari jabatannya karena meningkatnya kekerasan Israel di Tepi Barat maupun Yerusalem yang diduduki dan agresi di Gaza.
Sumber: Al Jazeera
"Keputusan untuk mengundurkan diri terjadi di tengah meningkatnya eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Tepi Barat dan Yerusalem serta perang, genosida, dan kelaparan di Jalur Gaza" kata Shtayyeh.
“Saya melihat tahap selanjutnya dan tantangan-tantangannya memerlukan pengaturan pemerintahan dan politik baru yang mempertimbangkan realitas baru di Gaza dan perlunya konsensus Palestina-Palestina berdasarkan persatuan Palestina dan perluasan kesatuan otoritas atas tanah Palestina" lanjut Shtayyeh yang mengajukan pengunduran dirinya ke Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas pada Senin.
Abbas menerima pengunduran diri Shtayyeh dan memintanya menjadi penjabat PM sampai penggantinya ditunjuk secara resmi.
Pengunduran diri Shtayyeh ini diumumkan di tengah meningkatnya tekanan Amerika Serikat terhadap Abbas agar Otoritas Palestina berkuasa di Gaza.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam beberapa kesempatan menolak seruan kepada Otoritas Palestina di bawah kepemimpinan Abbas untuk mengambil kendali negara Palestina dan memerintah Gaza. Pekan lalu, anggota parlemen Israel mendukung penolakan Netanyahu untuk mengakui negara Palestina.
Bahkan ketika Mahkamah Internasional (ICJ) mendengar pendapat dari 50 negara terkait dampak hukum pendudukan Israel di Tepi Barat, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich pada Kamis mengumumkan rencana untuk membangun lebih dari 3.300 rumah baru untuk pemukim Israel sebagai respons atas penembakan yang menewaskan satu warga Israel.
Smotrich mengatakan pihaknya akan mulai proses pembangunan 300 rumah baru di permukiman Kedar dan 2.350 rumah di Maale Adumim, di mana penembakan terjadi.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan dia kecewa mendengar rencana Israel membangun pemukiman baru tersebut. Menurut Blinken, rencana ini dapat mengganggu proses perdamaian serta tidak sejalan dengan hukum internasional.
Kekerasan di Tepi Barat yang diduduki meningkat signifikan setelah 7 Oktober 2023. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 401 warga Palestina tewas dibunuh Israel di Tepi Barat yang diduduki.