Setengah Juta Warga Israel Kabur ke Luar Negeri Sejak 7 Oktober, Jumlah Imigran Yahudi Anjlok
Kepergian mereka juga tidak jelas apakah mereka akan kembali atau tidak.
Sebanyak sekitar 470.000 warga Israel pergi ke luar negeri sejak awal perang.
Setengah Juta Warga Israel Kabur ke Luar Negeri Sejak 7 Oktober, Jumlah Imigran Yahudi Anjlok
Data dari Otoritas Kependudukan dan Imigrasi Israel yang dikutip surat kabar The Times of Israel, menunjukan hampir setengah juta warga Israel meninggalkan negaranya sejak 7 Oktober.Sebanyak sekitar 470.000 warga Israel pergi ke luar negeri sejak awal perang. Kepergian mereka juga tidak jelas apakah mereka akan kembali atau tidak, demikian pernyataan laporan tersebut.
Selain itu, data itu juga menunjukan penurunan yang signifikan, sekitar 70 persen, dalam jumlah imigran Yahudi yang datang ke Israel.
Pada November 2.000 imigran Yahudi tiba di Israel dibandingkan dengan 4.500 yang datang setiap bulan sejak awal tahun.
Pada hari operasi Banjir Al-Aqsa, ratusan orang berbondong-bondong ke bandara di seluruh Israel dalam kepanikan untuk melarikan diri.Sebelum pecahnya perang di Gaza, jumlah warga Israel yang mengajukan permohonan paspor asing meningkat tajam akibat ketidakpuasaan yang meluas terhadap rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melakukan perombakan hukum, oleh masyarakat sekuler Israel, hal ini dianggap sebagai ancaman terhadap demokrasi mereka.
Lonjakan tersebut menimbulkan kekhawatiran lama di Israel, yaitu kekacauan yang dapat menyebabkan eksodus massal orang Yahudi ke bagian lain dunia.
Hal ini merupakan kebalikan dari imigrasi massal pada awal abad ke-20 yang mengarah pada pembentukan negara ini.
Jajak pendapat
Sejak awal perang, 80 persen warga Israel setuju Netanyahu harus mengambil tanggung jawab atas kegagalan intelijen dan keamanan yang menyebabkan keberhasilan operasi Hamas, seperti yang ditunjukkan oleh jajak pendapat Maariv pada Oktober.
Hasil jajak pendapat yang dirilis pada April menunjukkan sebagian besar warga Israel merasa cemas terhadap masa depan Negara Israel.
Sejak 7 Oktober, situasinya semakin suram karena perang telah merusak ekonomi Israel. Data dari Biro Statistik Pusat Israel mengatakan satu dari tiga bisnis telah tutup atau hanya beroperasi pada kapasitas 20 persen.Lebih dari setengah bisnis menghadapi kerugian pendapatan melebihi 50 persen. Wilayah selatan, yang paling dekat dengan Gaza merupakan wilayah yang paling terdampak, dengan dua per tiga bisnis ditutup atau beroperasi "minimum."