Hamas Tegaskan Tak Ada Lagi Perundingan Sampai Israel Hormati Syarat Gencatan Senjata untuk Bebaskan 600 Tahanan Palestina
Sejak perjanjian senjata mulai berlaku pada 19 Januari, Israel berulang kali melakukan pelanggaran.

Hamas menegaskan tidak akan mengadakan perundingan gencatan senjata lebih lanjut sampai Israel berkomitmen terhadap perjanjian tersebut dan membebaskan 600 tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan pada akhir pekan ini.
Juru bicara Hamas, Abdul Latif al-Qanou menyampaikan pada Senin (24/2), pihaknya tidak akan melakukan negosiasi baru apa pun kecuali penjajah Israel mematuhi perjanjian dan menerapkan persyaratan tahap pertama.
"Kegagalan menerapkan protokol kemanusiaan dan penundaan pembebasan tahanan gelombang ketujuh adalah bukti niat penjajah untuk mengganggu perjanjian dan kurangnya keseriusan dalam melanjutkannya," tegas al-Qanou, dikutip dari The Cradle, Rabu (3/2).
“Kegagalan (Israel) untuk menjalankan semua ketentuan tahap pertama tidak akan membantu penyelesaian pembebasan tahanan Israel yang tersisa,” tambahnya.
Sejak perjanjian senjata mulai berlaku pada 19 Januari, Israel berulang kali melakukan pelanggaran. Negara Zionis tersebut secara konsisten menghalangi masuknya peralatan dan rumah mobil yang sangat dibutuhkan ke Jalur Gaza dan ini merupakan pelanggaran berat terhadap gencatan senjata. Tahap pertama dari perjanjian tersebut baru saja berakhir, dan Tel Aviv telah menunda dimulainya negosiasi untuk tahap kedua.
Israel telah menolak untuk melepaskan lebih dari 600 tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan dari penjara pada Sabtu sebagai bagian dari pertukaran putaran ketujuh – yang mana Hamas membebaskan enam tawanan Israel pada hari itu.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menuntut agar jenazah empat tawanan lainnya dibebaskan sebelum warga Palestina dibebaskan, yang merupakan pelanggaran terhadap perjanjian. Penjahat perang ini juga meminta agar Hamas tidak mengadakan upacara selama pemulangan para jenazah tawanan Israel.