Hamas Tawarkan Bebaskan Semua Tawanan Sekaligus untuk Akhiri Perang dengan Israel
Hamas juga menyatakan siap melanjutkan gencatan senjata tahap kedua.

Kelompok Hamas menawarkan membebaskan semua sandera yang tersisa di Jalur Gaza sekaligus dalam satu tahap sebagai imbalan atas gencatan senjata permanen dan penarikan penuh tentara Israel dari wilayah Jalur Gaza.
Dalam pernyataan kemarin, juru bicara Hamas Hazem Qassem menguraikan visi mereka untuk fase kedua dari perjanjian gencatan senjata yang mencakup usulan pertukaran.
“Kami siap untuk tahap kedua yaitu tahanan akan ditukar dalam satu tahap, dengan syarat tercapainya kesepakatan yang mengarah pada gencatan senjata permanen dan penarikan penuh dari Jalur Gaza,” kata Qassem, seperti dilansir Aljazeera, Rabu (19/2).

Kelompok militan tersebut sebelumnya mengancam akan menunda pembebasan sandera-sandera berikutnya,... © 2025 merdeka.com
Hamas juga menolak seruan Israel untuk perlucutan senjata dan penghapusan kelompok mereka dari Gaza.
“Syarat penjajah untuk menghapus Hamas dari Jalur Gaza adalah perang psikologis yang konyol, dan penarikan atau perlucutan senjata perlawanan dari Gaza tidak dapat diterima,” tambah Qassem.
Qassem juga menyinggung keputusan Hamas untuk meningkatkan jumlah sandera yang akan dibebaskan dalam pertukaran berikutnya pada Sabtu dari tiga menjadi enam. Keputusan ini diumumkan oleh pemimpin Hamas Khalil al-Hayya sehari sebelumnya dalam upaya yang tampaknya bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan fase kedua dari kesepakatan.
“Melipatgandakan jumlah tahanan yang akan dibebaskan dilakukan sebagai tanggapan atas permintaan dari para mediator dan untuk membuktikan keseriusan kami dalam melaksanakan semua ketentuan perjanjian,” kata Qassem dalam pernyataannya kemarin.
Usulan ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pembebasan sandera secara bertahap setiap minggu, serta setelah keluarga para sandera yang masih berada di Gaza menyerukan agar mereka semua dibebaskan secara bersamaan.
Israel ‘tidak mampu mengalahkan Hamas’
Percepatan pelaksanaan kesepakatan ini tampaknya juga dilakukan dengan imbalan diizinkannya rumah-rumah sementara dan peralatan konstruksi masuk ke Jalur Gaza.
Pasukan Israel terus menutup perbatasan utama selama genosida mereka, mencegah masuknya pasokan dasar serta bahan-bahan untuk rekonstruksi.
Pekan lalu, Hamas mengancam akan menunda pembebasan sandera, dengan alasan bahwa Israel menolak mengizinkan masuknya rumah-rumah sementara dan peralatan berat, serta berbagai pelanggaran lain terhadap perjanjian, termasuk serangan terhadap warga Palestina.

Kementerian Kesehatan Gaza telah mengonfirmasi bahwa 48.291 orang tewas dalam perang Israel di Gaza, sementara 111.722 orang terluka.
Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi setidaknya 61.709 orang, dengan menyatakan ribuan warga Palestina yang hilang di bawah reruntuhan kini dianggap tewas.
Membangun kembali Gaza diperkirakan akan menelan biaya Rp 800 triliun, menurut laporan yang dirilis oleh Bank Dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Uni Eropa pada hari Selasa, termasuk sekitar USD 15,2 miliar untuk perumahan.
Pengamat politik Aljazeera, Marwan Bishara mengatakan “masalah yang lebih besar” bukan pada fase pertama, melainkan fase kedua atau ketiga dari perjanjian gencatan senjata.Dia mengatakan Hamas dan Israel telah berusaha mengambil posisi moral yang lebih tinggi melalui pertukaran tahanan dan sandera.
“Masalah bagi Israel adalah, meskipun memiliki keunggulan, mereka tidak mampu mengalahkan Hamas,” katanya.
“Namun, Israel tetap mendikte proses ini – kapan dan di mana bantuan masuk. Dan selama unit perumahan alternatif itu tidak masuk, situasinya semakin sulit bagi warga Palestina.”
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 19 Januari, setelah lebih dari 460 hari perang. Sejak saat itu, Israel telah beberapa kali melanggar perjanjian, dengan para pemimpinnya mendiskusikan kemungkinan kembalinya pertempuran besar-besaran di Gaza, sementara menteri-menteri sayap kanan dalam kabinet Netanyahu bahkan mendorong pendudukan militer di wilayah tersebut.
Sejak kesepakatan tersebut, total 1.135 warga Palestina telah dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
Israel dijadwalkan akan membebaskan 502 warga Palestina lagi pekan ini. Setelah pertukaran pekan lalu, jumlah sandera yang dibebaskan oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina mencapai 25 orang sejak 19 Januari.