Ilmuwan Rekonstruksi Wajah 'Vampir' Italia Abad ke-16, Ternyata Sosoknya Tidak Menyeramkan
Ilmuwan Rekonstruksi Wajah 'Vampir' Italia Abad ke-16, Ternyata Sosoknya Tidak Menyeramkan
Seorang ahli rekonstruksi wajah merekonstruksi ciri-ciri mayat perempuan yang ditemukan di sebuah kuburan massal.
-
Apa yang dilakukan arkeolog pada makam vampir tersebut? Di salah satu makam, bagian tengkorak kepala sengaja dihilangkan dan diletakkan menghadap ke bawah serta di atas tubuhnya diletakan batu-batu berat. Tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah orang yang sudah meninggal bangkit kembali.
-
Bagaimana arkeolog mengetahui makam vampir tersebut? Arkeolog menyebut penguburan vampir pada saat itu sangat khas, seperti milik salah satu kuburan yang ditemukan. Di salah satu makam, bagian tengkorak kepala sengaja dihilangkan dan diletakkan menghadap ke bawah serta di atas tubuhnya diletakan batu-batu berat.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Italia? Arkeolog menemukan tengkorak manusia dewasa sedang berpelukan dengan tengkorak anak-anak. Dua kerangka manusia dari abad pertengahan yang diduga seorang ibu sedang memeluk anaknya ditemukan di Italia.
-
Siapa yang menemukan tengkorak di Italia? Dua kerangka manusia dari abad pertengahan yang diduga seorang ibu sedang memeluk anaknya ditemukan di Italia. Kerangka itu ditemukan pekerja ketika sedang mengerjakan proyek pembangunan alun-alun Piazza Costa di kota pesisir Fano, Provinsi Presaro Urbino.
-
Bagaimana orang mati diyakini jadi vampir? 'Diyakini bahwa jika salah satu anggota keluarga almarhum meninggal tak lama setelah pemakaman, maka dia bisa jadi adalah vampir,' lanjutnya.
-
Bagaimana wajah manusia purba direkonstruksi? Dengan menganalisis bentuk tengkorak, Moraes mampu menciptakan gambaran realistis tentang nenek moyang kita yang paling jauh.
Ilmuwan Rekonstruksi Wajah 'Vampir' Italia Abad ke-16, Ternyata Sosoknya Tidak Menyeramkan
Seorang 'vampir' dari abad ke-16 yang dikubur dengan batu bata yang disumpal di mulutnya karena dikhawatirkan akan memakan mayat-mayat di bawah tanah, telah direkonstruksi bentuk wajahnya oleh para ilmuwan.
Seorang ahli rekonstruksi wajah merekonstruksi ciri-ciri mayat perempuan yang ditemukan di sebuah kuburan massal korban wabah di pulau Lazzaretto Nuovo, Venesia.
Pakar forensik dan ilustrator 3D asal Brasil, Cícero Moraes, menerapkan fitur-fitur yang ada pada perempuan itu. Jasad 'vampir' itu ditemukan dalam sebuah penggalian arkeologi pada 2006.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal OrtogOnline ini, menunjukan gambar-gambar baru yang luar biasa yang dibuat dengan menggunakan pemindaian 3D dari tengkorak purbanya.
Hasil pemindaian memperlihatkan seorang wanita dengan dagu lancip, rambut berwarna putih, kulit keriput, dan hidung yang sedikit bengkok.
Para peneliti menduga batu bata itu diletakkan di mulut oleh penduduk setempat tak lama setelah ia meninggal. Hal ini dilakukan karena penduduk takut dia akan menulari orang lain dengan wabah dan untuk mencegah vampir memakan mayat lain dan mengunyah kain kafannya.
Antropolog forensik Matteo Morrini memimpin eksplorasi kuburan massal dari wabah wabah yang terjadi pada 1576.
"Vampir tidak ada, tapi penelitian menunjukkan orang-orang pada saat itu percaya bahwa mereka ada," kata Morrini dalam sebuah pernyataan di tahun 2009, setelah mempelajari kasus ini selama 2 tahun.
"Untuk pertama kalinya, kami telah menemukan bukti pengusiran setan terhadap vampir."
Sisa-sisa 'vampir' wanita dari Venesia abad ke-16, dikubur dengan batu bata di mulutnya yang diduga untuk mencegahnya berpesta pora dengan para korban wabah yang telah meninggal.
Penelitian ini menunjukkan ia mati pada usia 61 tahun dan keturunan Eropa yang berasal dari kelas bawah. Hal ini diketahui setelah peneliti melakukan analisa pola makannya yang menunjukan ia kebanyakan makan biji-bijian dan sayuran.
Pada masa ini dalam sejarah Eropa, terjadi peningkatan histeria vampir karena penduduk desa menganggap paranormal bersalah atas penyakit fatal yang melanda benua itu.
Teori vampir ini diyakini disebarkan oleh para penggali kubur Italia yang sering menemukan mayat-mayat mengerikan ketika membuka kembali pemakaman massal untuk menampung mayat-mayat tambahan.
Gagasan bahwa jasad-jasad yang membusuk ini berpesta dengan darah rekan-rekan mereka yang dikuburkan diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukan tubuh mereka terlihat kembung, dengan cairan tubuh yang keluar dari mulut dan hidung.
Ada kemungkinan kain kafan yang menutupi mulut mayat-mayat itu hancur dalam beberapa kasus, sehingga memunculkan teori bahwa para vampir mendapatkan kekuatan mereka dengan memakan potongan-potongan kain ini.
"Para peneliti menemukan ketika mereka mengamati tubuh dengan kain kafan, mereka yang bertanggung jawab atas penguburan melihat adanya cekungan di daerah mulut, yang mengindikasikan adanya kemungkinan mengunyah," kata para penulis studi dalam jurnal OrtogOnline.
"Dengan diduga mengidentifikasi vampir, salah satu penyebab wabah menurut mitos populer pada masa itu, mereka memperkenalkan batu tersebut sebagai elemen perlindungan, mencegahnya untuk mencari makan dan juga menulari orang lain."
Untuk memastikan apakah batu bata itu bisa dengan sengaja dimasukkan ke dalam mulut wanita itu setelah kematiannya, Moraes mereplikasi batu bata tersebut menggunakan styrofoam dan melakukan sejumlah tes.
Hasil pengujian mereka menunjukkan batu bata itu dapat dimasukkan ke dalam mulut manusia tanpa menyebabkan kerusakan pada gigi atau jaringan lunak.
Dibandingkan dengan subjek uji coba yang masih hidup, para penulis penelitian meyakini hal ini akan lebih mudah dilakukan dengan mayat, meskipun masih belum jelas apakah hal ini dilakukan dengan sengaja atau tidak.