Ini alasan sebuah negara kembangkan senjata nuklir
Merdeka.com - Kepemilikan senjata nuklir menjadi simbol kekuatan negara-negara besar. Kebanggaan memiliki senjata nuklir ini malah menjadi bahaya lantaran adanya persaingan menjadi yang paling kuat antar negara-negara tersebut.
Menurut peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Dewi Fortuna Anwar, hal ini berbeda jika sebuah negara memiliki senjata biologis atau kimia. Pasalnya, mereka malah dicap sebagai negara jahat, padahal sebenarnya kedua senjata ini sama mematikannya.
"Beda dengan senjata nuklir dan kimia, dia (nuklir) hanya jelek jika negara non-nuklir kemudian memilikinya. Namun, untuk negara yang memang memiliki senjata nuklir, mereka malah ditempatkan di posisi terhormat," ujar Dewi saat ditemui di Kementerian Luar Negeri dalam acara Nuklir: Ancaman dan Manfaat, Jakarta Pusat, Rabu (17/5).
-
Kenapa negara butuh senjata paling mematikan? Kepemilikan senjata ini diharapkan mampu menjaga kedaulatan dan keamanan negara.
-
Mengapa penemuan senjata api penting? Menurut Heng, senjata ini dibawa dari Eropa.
-
Kenapa senjata kimia berbahaya? Gas klorin termasuk yang pertama digunakan dalam skala besar, mengiritasi mata dan tenggorokan musuh. Kemudian, Gas mustard yang menyebabkan melepuhnya kulit. Lalu ada, Phosgene yang diam-diam menghancurkan paru-paru. Menyebabkan kematian yang menyakitkan beberapa hari kemudian.
-
Kenapa Indonesia buat Motor Listrik? Kehadiran sejumlah brand lokal tidak terlepas dari upaya pemerintah Indonesia dalam mengembangkan industri otomotif berbasis elektrifikasi untuk mengurangi emisi karbon dioksida.
-
Mengapa Jepang menyerang Indonesia? Jepang menilai bahwa keberadaan negara sekutu akan menghambat ekspansinya di kawasan Asia.
-
Siapa yang diincar oleh senjata nuklir Korea Utara? Analis mengatakan Korea Utara memperlihatkan ancaman nuklir yang semakin beragam ke Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Dewi sendiri menuturkan pengembangan senjata, termasuk nuklir dipicu dua hal, yakni konflik dan kemampuan ekonomi negara tersebut. Mereka yang memiliki kemampuan ekonomi baik tentunya bisa mengembangkan senjata nuklirnya.
"Pengembangan senjata tidak lepas dari adanya konflik, atau dari upaya mencegah konflik. Selain itu, kepemilikan senjata nuklir juga tak lepas dari kemampuan ekonomi," ungkapnya.
Padahal, imbuh Dewi, kepemilikan senjata nuklir tentu saja memengaruhi kondisi kestabilan dan kedamaian dunia. Sejauh ini, ada sembilan negara pemilik senjata nuklir, yaitu Amerika Serikat, Rusia, China, India, Israel, Pakistan, Iran dan Prancis. (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini selaras dengan penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RKUN) yang dikabarkan segera selesai.
Baca SelengkapnyaPengembangan energi nuklir untuk ketenagalistrikan terbatas pada keperluan non-energi seperti kesehatan dan pertanian.
Baca SelengkapnyaRencana pemanfaatan PLTN ini telah disahkan oleh Komisi di Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menyetujui RPP KEN.
Baca SelengkapnyaArgumen kedua Ganjar yang didukung Prabowo adalah soal menata peran institusi pertahanan dan keamanan.
Baca SelengkapnyaSejumlah negara telah memperoleh keuntungan atas pemanfaatan pembangkit nuklir.
Baca SelengkapnyaAasa depan yang disusun saat ini berada di bawah bayang-bayang kerusakan akibat senjata nuklir.
Baca SelengkapnyaJokowi mengaku kerap ditanya oleh negara-negara lain terkait produksi peluru di Indonesia
Baca SelengkapnyaJokowi mengungkapkan bahwa telah ditandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dan DIFC.
Baca SelengkapnyaJokowi minta jajarannya untuk mencari mitra kerja dan menjalin kerja sama dengan pihak lain.
Baca SelengkapnyaKonflik bersenjata di beberapa wilayah dunia turut berpengaruh pada naiknya anggaran pertahanan sejumlah negara dari rata-rata 2 persen menjadi 3 persen.
Baca SelengkapnyaProgram hilirisasi ini merupakan kebijakan strategis jangka panjang yang pemerintah Indonesia telah lakukan.
Baca SelengkapnyaJumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel di Jalur Gaza bertambah menjadi 17.177 sejak 7 Oktober 2023.
Baca Selengkapnya