Kakek ini pahlawan orang miskin di India, bagikan obat gratis
Merdeka.com - Panggilannya Medicine Baba. Rata-rata orang miskin di Ibu Kota New Delhi, India, mengenal sosok pria 79 tahun itu. Nama sang kakek ini begitu legendaris karena nyaris setiap hari membagi-bagikan obat untuk warga miskin di kawasan kumuh.
Saban pagi, memakai seragam khas warna oranye, Baba berjalan kaki menempuh lebih dari 7 kilometer, memberikan sirup obat batuk, kapsul penurun panas, dan pelbagai obat ringan lainnya untuk warga yang membutuhkan. Laporan WHO menunjukkan 60 persen penduduk India tak sanggup menyisihkan uang untuk membeli obat di kala sakit.
Seperti dilansir Kantor Berita AFP, Selasa (10/11), nama asli 'Medicine Baba' adalah Omkarnath Sharma. Dia menilai gagasannya sederhana. Masyarakat kelas menengah dan atas di negaranya pasti punya obat yang tidak terpakai di rumah masing-masing, khususnya paracetamol atau obat batuk. Obat ringan seperti itu dia minta secara keliling, untuk dibagikan kepada warga miskin.
-
Siapa yang meminta sedekah? 'Nak, minta sedekahnya, Nak,' pinta si pengemis tersebut.
-
Siapa yang mendukung ODGJ untuk minum obat? 'Tingginya tingkat keberhasilan untuk remisi dikaitkan dengan perhatian dan dukungan dari caregiver,' tambah Antari.
-
Bagaimana pelaku jual obat di Tasikmalaya? 'Awalnya mereka menyebarkan informasi dari mulut ke mulut, menawarkan obat ini dengan janji tidur yang nyenyak,' tambahnya.
-
Kenapa pelaku jual obat di Tasikmalaya? 'Mereka memanfaatkan kondisi pelajar yang masih labil dengan iming-iming bisa tidur nyenyak setelah mengonsumsi obat ini,' jelasnya.
-
Kenapa Bos Optik Depok ini jual kacamata gratis untuk anak yatim? Karena saya berjualan ini tidak murni bisnis ya, tapi ingin membantu anak yatim piatu yang kesulitan mendapat kacamata.
-
Siapa yang memberikan pengobatan gratis? Soetomo merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin. Ia punya kontribusi besar menangani wabah lepra di Kota Surabaya dengan memberikan pengobatan gratis di kliniknya.
"Kita pasti pernah mengalaminya, membuang obat kadaluarsa karena lama tidak terpakai. Saya ingin obat-obat itu diberikan kepada yang berhak," kata Sharma.
Ide membagikan obat pertama kali terpikirkan pada 2008 lalu. Sharma, pensiunan teknisi bank darah di Yayasan Palang Merah India, terkejut mendengar cerita buruh bangunan yang tewas setelah terkena beton. Buruh itu belum meninggal saat dirawat di RS. Akan tetapi, karena tak punya uang membeli obat di apotek, dia meninggal beberapa hari sepulang perawatan. Cerita itu mengusik nurani Sharma.
Gagasan Sharma itu awalnya tidak disambut baik. Saat berkeliling ke komplek perumahan elit meminta obat, dia sering diusir atau dianggap pengemis. Lambat laun, warga mulai sadar apa yang sedang dilakukannya. Sumbangan obat kini lebih mudah didapatkan.
"Orang-orang dari pelbagai latar belakang sekarang menghormati dan mendukung apa yang saya lakukan," kata Sharma.
Tapi kerja keras Sharma tidak akan mengubah kondisi bidang kesehatan yang di India. Biaya berobat di mayoritas rumah sakit pemerintah India sebetulnya gratis. Namun masalahnya ada pada obat. Pasokan obat seringkali terbatas, sehingga pasien tidak tertolong.
Negeri Sungai Gangga cuma menganggarkan 1,3 persen PDB untuk belanja kesehatan, menambah runyam situasi. Padahal pabrik farmasi India dikenal sanggup memproduksi obat hipertensi, kanker, dan diabetes dengan harga terjangkau. Tragisnya, produk itu dipasok buat pasar luar negeri. Sedangkan rakyat miskin India tidak bisa membelinya.
"Pasien di negara kami posisinya sangat lemah dan mereka tidak bisa menawar harga obat yang harganya teramat tinggi," kata Presiden Ikatan Dokter India Ajay Lekhi. (mdk/ard)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tanpa basa-basi, perwira polisi itu mengajak tukang jamu ini mengobrol dan melakukan tindakan yang justru bikin kaget.
Baca SelengkapnyaMakanan yang Ia beli juga dibaikan ke orang-orang sekitar secara gratis.
Baca SelengkapnyaAksi sigap pegawai dinas sosial jemput kakek yang pakai tongkat dengan kursi roda ini viral. tuai pujian.
Baca SelengkapnyaDagangannya kerap tak laku. Hal ini membuatnya terpaksa harus melewati masa sulitnya di masa tua.
Baca SelengkapnyaMeski sepi pembeli dan harus panas-panasan saat menjual pulpen tersebut, Ahmad mengaku tak ingin menyerah.
Baca SelengkapnyaPria asal India ini dinobatkan sebagai pengemis terkaya di dunia dengan kekayaan bersih mencapai 75 juta rupee atau hampir Rp14 miliar.
Baca SelengkapnyaSemasa hidupnya, dokter ini menaruh perhatian penuh pada masalah-masalah sosial masyarakat
Baca SelengkapnyaKisah Aipda Purnomo, polisi yang gemar urus ODGJ ngaku selalu dapat keberkahan hidup.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita seorang pria yang disamperin dan disuapi Ibu-Ibu tak dikenal saat dirawat sendirian.
Baca SelengkapnyaJenazah Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan asal Solo Dimakamkan di Delingan Karanganyar Besok
Baca SelengkapnyaBegini kisah pilu seorang kakek pemulung yang hanya mampu beli makan nasi dan air putih sehari.
Baca SelengkapnyaPengusaha non muslim ini tidak membeda-bedakan tetangganya.
Baca Selengkapnya