Korut Larang Warga Bicara dengan Logat Korsel, Jika Melanggar Ini Hukumannya
Siapa pun warga Korut yang ketahuan mengucapkan bahasa berlogat Korsel atau istilah bahasa Korsel akan mendapat sanksi hukum.
Korea Utara terus menggencarkan pelarangan penggunaan "bahasa boneka", sebutan untuk Korea Selatan, di seantero negeri.
Korut Larang Warga Bicara dengan Logat Korsel, Jika Melanggar Ini Hukumannya
Siapa pun warga Korut yang ketahuan mengucapkan bahasa berlogat Korsel atau istilah bahasa Korsel akan mendapat sanksi hukum sampai dipenjara dan kerja paksa oleh Badan Perlindungan Bahasa Budaya Pyongyang. Demikian dilaporkan South China Morning Post.
"Warga yang terbiasa berbicara dengan logat seperti orang Korsel kini harus berlatih berbicara dengan dialek Pyongyang," kata seorang warga di Provinsi Pyongan Utara kepada Radio Free Asia (RFA) pekan lalu.
"Mereka takut kata atau logat Korsel terucap tanpa sengaja dan mereka akan dihukum," kata dia.
Perempuan Korea tidak boleh menyebut suami atau pacar mereka dengan kata "jagiya" (sayang) atau "oppa". Mereka harus menyebutnya dengan kata "dongji" (kamerad), kata laporan South China Morning Post.
Orang Korut juga tidak boleh menggunakan bahasa Korsel yang diambil dari bahasa Inggris seperti "paesyeon" (fashion), 'heeseutail (hairstayle) dan 'waipeu' (wife).
"Bahkan secara terbuka mengucapkan 'aku cinta kamu' adalah bukti mereka sudah menonton drama Korsel dan bahasa demikian kini sudah semakin lazim didengar," kata laporan itu.
Sumber: South China Morning Post
Menurut RFA, otoritas Korut kini tengah gencar "memberangus bahasa busuk kapitalisme".
Berbicara seperti orang Korsel pun bisa membuat warga dikeluarkan dari sekolah dan dihukum kerja paksa di tambang batu bara.
Itulah yang dialami empat mahasiswa di kampus Korut yang ketahuan berbicara dengan logat Korsel ketika sedang menelepon. Demikin menurut laporan RFA.
Sumber: Radio Free Asia
Keempat mahasiswa itu tampaknya memakai bahasa yang sering mereka dengar atau lihat dalam film atau drama Korsel seperti film "Crash Landing on You" atau "Squid Game" yang diselundupkan ke Korut dengan USB flash drive.
Awal Desember lalu seorang mahasiswa dari sebuah kampus pertanian di Chongjin, terdengar mengucapkan kata "jagiya" yang berarti "sayang" dalam logat Korsel di sebuah ruang tunggu di stasiun kereta. Tiga mahasiswa lain juga ketahuan mengucapkan kata serupa.
Tidak termaafkan
Berbicara dengan logat seperti orang Korsel kini sedang menjadi tren di Korut, kata sejumlah sumber.
"Fenomena berbicara dengan 'aksen boneka' dianggap Komite Pusat sebagai perbuatan tidak termaafkan dan bersimpati dengan musuh yang ingin menyusupkan ideologi dan budaya borjuis," kata seorang warga Korut di Provinsi Hamgyong Utara kepada RFA.