FOTO: Kisah Masyarakat Baubau Sulawesi Tenggara Pakai Aksara Korea untuk Pertahankan Bahasa Cia-Cia
Penggunaan aksara Korea atau Hangeul membuat bahasa Cia-Cia yang hampir punah kini mendapatkan perhatian kembali yang lebih besar.
Penggunaan aksara Korea atau Hangeul membuat bahasa Cia-Cia yang hampir punah kini mendapatkan perhatian kembali yang lebih besar.
FOTO: Kisah Masyarakat Baubau Sulawesi Tenggara Pakai Aksara Korea untuk Pertahankan Bahasa Cia-Cia
Sebuah foto yang diambil pada 14 Oktober 2023 menampilkan para peserta dengan pakaian adat Korea memegang papan petunjuk dengan tulisan Hangeul atau aksara Korea dalam sebuah parade untuk merayakan HUT Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Masyarakat Baubau di Sulawesi Tenggara merupakan salah satu suku yang memiliki keunikan tersendiri. Salah satu keunikan yang menonjol dari masyarakat Baubau adalah penggunaan Hangeul atau aksara Korea sebagai upaya untuk mempertahankan bahasa suku Cia-Cia.
Bahasa suku Cia-Cia merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Baubau.
-
Bagaimana Aksara Batak menyebar? Kemudian, aksara ini menyebar hingga ke bagian utara hingga membentuk aksara purba Toba-Timur-Simalungun.
-
Apa itu Bahasa Korea? Cara Belajar Bahasa Korea yang Mudah dan Efektif, Bisa Sambil Nonton Drama Bahasa Korea merupakan salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia.
-
Di mana Bahasa Korea digunakan? Terdapat sekitar 77,2 juta penutur asli yang tersebar di Korea Utara, Korea Selatan, Cina, dan beberapa daerah dari Jepang dan Rusia.
-
Dimana Aksara Batak pertama berkembang? Awalnya Aksara Batak berkembang di daerah Angkola hingga Mandailing yang tidak jauh dari perbatasan Sumatera Barat.
-
Kapan Aksara Batak mulai memudar? Aksara Batak sendiri mulai muncul sejak abad ke-18. Semua itu berubah ketika ajaran agama masuk ke daerah Sumatera dan mempengaruhi banyak orang.
-
Kenapa orang Minangkabau memakai Kieh Jo Kato? Kieh Jo Kato menjadi simbol tingginya norma kesopanan dalam berbicara, sehingga komunikasi bisa terjalin dengan baik.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh dari budaya luar, penggunaan bahasa Cia-Cia mulai meredup. Hal ini membuat masyarakat Baubau khawatir akan hilangnya identitas budaya mereka.
Mengutip situs web Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pada Agustus 2009, Wali Kota Baubau kala itu mengumumkan adaptasi aksara Korea karena bahasa Cia-Cia tidak mempunyai aksara sendiri. Langkah unik ini pun menimbulkan pro kontra.
Dijelaskan bahwa, adaptasi ini dilatarbelakangi permasalahan tentang bagaimana melestarikan bahasa daerah yang bertebaran di seluruh penjuru Kota Baubau.
Bahasa Cia-Cia merupakan bahasa tutur yang digunakan masyarakat Cia-Cia. Kendati penuturnya berjumlah cukup banyak, diperkirakan sekitar 93 ribu penutur, masyarakat Cia-Cia tidak memiliki budaya tulis.
Satu-satunya tradisi tulis masyarakat Cia-Cia ditemukan dalam kutika, semacam coretan-coretan yang ditorehkan pada sepotong papan kayu atau kertas yang mirip seperti simbol. Kutika umumnya dimiliki orang yang dituakan dalam masyarakat.
Kebijakan penggunaan aksara Korea berawal dari sebuah Simposium Internasional Pernaskahan ke-9 pada 5 sampai 8 Agustus 2005. Seusai simposium, ketika para peserta melakukan wisata keliling kota, Chun Tai-Hyun, seorang ahli bahasa Malaysia, sekaligus Ketua Departemen Hunmin Jeonggeum Masyarakat Korea, bercanda bahwa bahasa lokal yang didengarnya di sana mengingatkannya pada Korea.
Pernyataan Chun Tai-Hyun segera direspons positif oleh Wali Kota Baubau saat itu.
Penggunaan aksara Korea ini menjadi solusi yang efektif bagi masyarakat Baubau dalam mempertahankan bahasa Cia-Cia.
Aksara Korea memiliki keunikan tersendiri dan dapat dengan mudah dipelajari oleh masyarakat setempat. Selain itu, aksara Korea juga memiliki kesamaan fonetik dengan bahasa Cia-Cia, sehingga memudahkan pengucapan dan pemahaman.
Penggunaan aksara Korea untuk bahasa Cia-Cia tidak hanya terbatas pada tulisan, tetapi juga digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Beberapa sekolah di Baubau sudah mulai mengajarkan aksara Hangul kepada siswa-siswinya. Selain itu, pemerintah setempat juga telah mendukung upaya ini dengan mencetak buku-buku pelajaran dan kamus dalam aksara Korea.
Penggunaan aksara Korea ini telah memberikan dampak positif bagi masyarakat Baubau. Bahasa Cia-Cia yang hampir punah kini mendapatkan perhatian yang lebih besar dan semakin banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya. Selain itu, penggunaan aksara Hangul juga memberikan identitas budaya yang kuat bagi masyarakat Baubau.