Mantan Anggota Parlemen Kamboja dari Partai Oposisi Tewas Ditembak Orang Tak Dikenal di Thailand
Pelaku yang mengendarai sepeda motor kabur dan masih dalam perburuan.
Seorang mantan anggota parlemen Kamboja dari partai oposisi, Lim Kimya, ditembak mati di Bangkok, Thailand, pada Selasa (7/1). Kimya juga seorang warga negara Prancis.
"Seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati korban pada hari Selasa ((/1/2025)," menurut laporan media Thailand, dilansir AFP pada Rabu (8/1).
Korban ditemukan tewas di lokasi kejadian. Menurut laporan Bangkok Post, pihak kepolisian Metropolitan telah memulai operasi untuk menangkap pelaku.
Polisi Thailand telah mengonfirmasi kematian seorang pria asal Kamboja, meskipun belum mengidentifikasinya sebagai Lim Kimya.
"Kami sedang menyelidiki motif di balik penembakan ini dan akan memberikan informasi lebih lanjut di kemudian hari," kata kepolisian Thailand.
Laporan dari beberapa media Thailand menyebutkan pria bersenjata tersebut menembaki Lim Kimya saat ia baru tiba di Bangkok dari Kota Siem Reap, Kamboja, dengan bus, didampingi oleh istrinya yang berkebangsaan Prancis dan seorang paman dari Kamboja.
Seorang jurnalis foto dari AFP melaporkan adanya darah di lokasi kejadian yang terletak dekat kawasan Jalan Khao San yang terkenal di Bangkok.
"Penembakan yang brutal terhadap mantan anggota parlemen dari Cambodia National Rescue Party (CNRP) ini memiliki semua ciri khas sebagai pembunuhan politik. Ini juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam penindasan transnasional," ungkap Phil Robertson, direktur Asia Human Rights Labour Advocates.
"Pemerintah Prancis perlu berjuang dengan keras untuk keadilan bagi Lim Kimya, dan tidak boleh mengabaikan tekanan apa pun untuk mendesak pemerintah Thailand agar melakukan penyelidikan yang efektif dan menyeluruh terhadap kasus pembunuhan ini."
Larangan Terlibat Aktivitas Politik
Lim Kimya terpilih sebagai anggota oposisi di parlemen Kamboja setelah pemilihan umum 2013, di mana partai yang berkuasa di bawah mantan pemimpin Hun Sen hampir kalah dari saingannya, yaitu Cambodia National Rescue Party (CNRP) atau Partai Penyelamat Nasional Kamboja. CNRP, yang didirikan pada tahun 2012 oleh para pemimpin oposisi Sam Rainsy dan Kem Sokha, pernah dianggap sebagai satu-satunya lawan yang layak bagi Partai Rakyat Kamboja (CPP) yang berkuasa, tetapi dibubarkan melalui perintah pengadilan pada tahun 2017.
Setelah pembubaran partai tersebut, puluhan politikus dan anggota parlemen oposisi, termasuk Lim Kimya, dilarang untuk melakukan aktivitas politik. Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh Hun Sen, yang memerintah Kamboja selama hampir empat dekade sebelum mengundurkan diri pada tahun 2023 dan menyerahkan kekuasaan kepada putra sulungnya, Hun Manet, menggunakan sistem hukum untuk menghancurkan setiap oposisi terhadap pemerintahannya. Selama masa kekuasaannya, banyak politikus dan aktivis oposisi dihukum dan dipenjara, sementara para penantang terpaksa melarikan diri dan kebebasan berekspresi sangat dibatasi.
Kem Sokha ditangkap dan dijatuhi hukuman pada tahun 2023 dengan hukuman 27 tahun penjara karena pengkhianatan, sebuah tuduhan yang telah berulang kali dibantahnya, dan segera ditempatkan dalam tahanan rumah. Sementara itu, Sam Rainsy memilih tinggal di pengasingan di Prancis.
Meskipun memiliki kewarganegaraan Prancis, Lim Kimya tidak mengikuti jejak puluhan anggota parlemen lainnya yang melarikan diri ke luar negeri setelah penahanan Kem Sokha. Beberapa waktu lalu, Lim Kimya menyatakan kepada AFP di Phnom Penh: "Saya tidak akan pernah menyerah pada politik".
Penembakan fatal yang menimpanya terjadi pada hari yang sama ketika Hun Sen yang masih berpengaruh menyerukan undang-undang baru untuk melabeli siapa pun yang mencoba menggulingkan pemerintahan putranya, Hun Manet, sebagai "teroris".