Mantan Presiden yang Terkenal Rendah Hati dan Sederhana Ini Mengaku Sedang Sekarat, Ucapkan Selamat Tinggal Untuk Rakyatnya
Mujica, yang kini berusia 89 tahun, dikenal luas karena gaya hidupnya yang sederhana dan rendah hati.
Mantan presiden Uruguay, Jose Mujica, mengungkapkan pada Kamis (9/1/) bahwa kanker esofagus yang ia derita telah menyebar ke hati. Ia memutuskan untuk menghentikan pengobatan lebih lanjut.
Dalam wawancara yang ia sebut sebagai yang terakhir, Mujica menyatakan kepada Busqueda, majalah mingguan di Uruguay, bahwa kondisinya tidak dapat diselamatkan.
"Sejujurnya, saya sedang sekarat," ungkap Mujica yang menjabat dari 2010 hingga 2015, seperti yang dilansir The Guardian pada Minggu (12/1).
Mujica berharap agar diberikan ketenangan dan meminta agar tidak ada lagi wawancara atau permintaan lainnya, karena ia merasa siklus hidupnya telah berakhir.
Dikenal oleh pendukung dan lawan politiknya dengan panggilan "Pepe" Mujica, ia merupakan sosok yang sederhana dan memulai karier politiknya sebagai pemimpin kelompok militan Tupamaros, yang terinspirasi oleh revolusi Kuba. Sebagai presiden ke-40 Uruguay, Mujica berhasil mengubah negaranya menjadi salah satu demokrasi yang paling sehat dan progresif di kawasan Amerika Latin.
Di bawah kepemimpinannya, Uruguay melegalkan aborsi, pernikahan sesama jenis, serta penggunaan ganja untuk tujuan rekreasi. Dia dikenal dengan ideologi kiri dan menarik perhatian dunia karena menolak tinggal di istana kepresidenan yang megah, memilih untuk tinggal di sebuah rumah peternakan kecil bersama istrinya, dan menyumbangkan sebagian besar gajinya untuk kegiatan amal.
Kanker esofagusnya telah memasuki fase remisi. Meskipun mengalami efek samping dari radioterapi yang membuatnya sangat lemah dan hampir tidak bisa makan, Mujica kembali aktif dalam dunia politik pada musim gugur lalu. Ia berkampanye untuk koalisinya, Front Lebar, dalam pemilu nasional yang berlangsung dengan tenang, semakin mengukuhkan posisi Uruguay sebagai salah satu demokrasi terkuat di kawasan tersebut. Calon yang didukungnya, Yamandu Orsi, berhasil memenangkan pemilihan presiden pada bulan November dan dijadwalkan untuk dilantik pada 1 Maret.
Dalam wawancara dengan Busqueda, Mujica menjelaskan karena menderita penyakit autoimun, masalah ginjal yang serius, serta kondisi medis lainnya, ia memutuskan untuk menghentikan pengobatan setelah hasil tes medis menunjukkan bahwa kanker yang dideritanya kambuh dan menyebar.
"Saya sudah tua dan dengan dua penyakit kronis itu, tubuh saya tidak lagi mampu menahan beban," jelas Mujica.
Hidup adalah Petualangan Indah
Raquel Pannone, dokter pribadi mantan presiden Mujica, mengadakan konferensi pers pada hari Kamis untuk menjelaskan kondisi kesehatan Mujica. Dia menyatakan bahwa pilihan pengobatan untuk kanker yang diidapnya sangat terbatas sejak awal, terutama karena berbagai penyakit yang diderita oleh Mujica.
"Dia harus terus seperti ini dan sebisa mungkin tetap tenang," jelas Pannone.
Namun Pannone enggan memberikan informasi lebih lanjut mengenai prognosis kesehatan Mujica. Meskipun Mujica secara resmi telah pensiun dari dunia politik setelah meninggalkan kursi Senat pada tahun 2020, pengaruhnya masih sangat besar di dalam Front Lebar. Dia diakui sebagai salah satu politisi paling dicintai di Uruguay.
Mujica kepada Busqueda menyatakan bahwa ia ingin menghabiskan "tahap terakhir" hidupnya di peternakan miliknya yang terletak di pinggiran Montevideo, di mana ia dan istrinya telah menanam krisan selama bertahun-tahun.
"Apa yang saya inginkan adalah mengucapkan selamat tinggal kepada sesama warga negara saya," ujarnya dalam wawancara tersebut.
Dalam wawancara itu, Mujica tidak dapat menahan diri untuk tidak memberikan pandangan hidup yang bijak, yang telah membuatnya sangat dihormati.
"Hidup adalah petualangan yang indah dan sebuah keajaiban," ujarnya.
"Kita terlalu fokus pada kekayaan dan bukan pada kebahagiaan. Kita hanya sibuk melakukan berbagai hal, tanpa kita sadari, hidup telah berlalu begitu saja."