Mesin Propaganda Terdahsyat dalam Sejarah Itu Bernama Media Sosial
Merdeka.com - Aktor Sacha Baron Cohen melontarkan kritik pedas pada Facebook dan sejumlah platform media sosial besar lainnya, menyebutnya sebagai mesin propaganda terdahsyat dalam sejarah. Kritik pedas itu disampaikan dalam sebuah pidato berapi-api pada Kamis malam pekan lalu.
Pidato dalam acara pertemuan puncak Liga Anti-Fitnah, aktor yang menggunakan peran satirnya seperti Borat, Bruno dan Ali G untuk menyoroti fanatisme di seluruh dunia - menguak perusahaan teknologi yang tidak melakukan upaya cukup dalam menekan ujaran kebencian dan teori konspirasi.
"Sekarang di seluruh dunia, para pemimpin menarik naluri terburuk kita," Cohen memulai pidatonya.
-
Kenapa Facebook jadi media sosial terbesar? Dengan kerja keras dan visi yang jelas, Mark Zuckerberg dan timnya berhasil mengembangkan Facebook menjadi salah satu jejaring sosial terbesar di dunia, mengubah cara orang berinteraksi dan berkomunikasi secara online.
-
Bagaimana media sosial bisa berdampak negatif? Remaja yang menghabiskan waktu berlebihan di media sosial sering kali mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak terlalu aktif di platform tersebut.
-
Apa dampak dari ujaran kebencian di media sosial? Media sosial menjadi salah satu aspek yang ditekankan, karena berpotensi disalahgunakan lewat ujaran kebencian.
-
Siapa pendiri Facebook? Sejarah 4 Februari Hari Ulang tahun Facebook, yaitu dimulai Mark Zuckerberg ingin membuat platform chat.
-
Mengapa Facebook Web populer? Facebook memungkinkan Anda mengelola daftar teman dan memilih pengaturan privasi untuk menyesuaikan siapa yang dapat melihat konten di profil Anda.
-
Siapa yang paling sering dikritik netizen? Artis dr. Richard Lee juga menghadapi permasalahan serupa. Wajahnya pernah menjadi sorotan netizen karena terlihat bopeng ketika diambil gambar oleh kamera wartawan beberapa waktu lalu. Hal ini membuatnya menjadi perbincangan hangat di media sosial.
"Satu hal cukup jelas bagi saya: Semua kebencian dan kekerasan ini adalah difasilitasi oleh segelintir perusahaan internet yang menjadi mesin propaganda terbesar dalam sejarah," katanya, dilansir dari laman NBC News, Selasa (26/11).
Berikut video pidato Sacha Baron Cohen yang menyebut media sosial mesin propaganda terdahsyat dalam sejarah:
Cohen menyebut pemimpin Facebook, Twitter, YouTube, Google yang mengizinkan penyebaran konten kebencian dan tidak akurat berkembang biak melalui algoritma. Pada algoritma inilah perusahaan tersebut bergantung yang membuat pengguna mereka tetap terlibat.
"Itulah kenapa hoaks mengungguli berita fakta," ujarnya.
"Ocehan orang gila tampaknya sama kredibelnya dengan temuan pemenang Hadiah Nobel," imbuhnya.
Facebook Membantah
Facebook awalnya menolak menanggapi pidato Cohen. Kemudian pada Jumat, perusahaan tersebut mengatakan Cohen keliru menginterpretasikan kebijakan Facebook.
"Ujaran kebencian sebenarnya telah dilarang di platform kami. Kami melarang orang-orang yang menganjurkan kekerasan dan kami menghapus siapapun yang memuji dan mendukungnya. Tak ada - termasuk politikus - bisa menganjurkan atau mempromosikan kebencian, kekerasan atau pembunuhan massal di Facebook," jelas Facebook dalam sebuah pernyataan.
Saat Cohen menyinggung bahwa perusahaan media sosial telah mengambil beberapa langkah untuk mengurangi konten tak layak di platform mereka, dia menyebut langkah-langkah itu 'kebanyakan dangkal' saat dia secara khusus menyerang bos Facebook, Mark Zuckerberg.
Dia menyebut pidato Zuckerberg di Universitas Georgetown bulan lalu menggelikan, menurutnya Zuckerberg keliru memotret persoalan ketika dia mengatakan regulasi lebih ketat pada Facebook akan berdampak pada kemampuannya menjadi platform berpendapat dan inklusi.
"Ini bukan persoalan membatasi kebebasan orang berpendapat. Ini soal memberikan orang, termasuk beberapa orang bermasalah di muka bumi ini, platform terbesar dalam sejarah untuk menjangkau sepertiga planet ini. Kebebasan berpendapat bukanlah kebebasan untuk meraih itu," jelasnya.
Membandingkan Facebook dan Restoran
Aktor asal Inggris itu membandingkan Facebook dengan restoran mewah dan mengatakan perusahaan internet seharusnya memiliki tanggung jawab yang sama dengan bos restoran terkait perlindungan konsumen."Jika seorang neo-Nazi masuk ke sebuah restoran dan mulai mengancam pelanggan lain dan mengatakan akan membunuh Yahudi, apakah pemilik restoran, sebuah perusahaan swasta, perlu melayaninya dengan delapan jenis hidangan elegan?" kata Cohen."Tentu tidak. Pemilik restoran punya hak, dan, memang, saya akan memperdebatkan tanggung jawab moral, untuk menendang keluar Nazi itu. Dan begitu pula perusahaan-perusahaan internet ini," lanjutnya.Cohen tak sendiri dalam hal ini. Juga pada Kamis, mantan Presiden AS, Barack Obama mengatakan perusahaan teknologi ini berkontribusi memecah belah masyarakat."Sebagian yang terjadi adalah orang tidak tahu mana yang benar dan tidak, dan mana yang harus dipercaya dan tidak dipercaya," ujarnya kepada CEO Salesforce, Marc Benioff dalam sebuah konferensi di San Francisco."Itulah andil kenapa kita mengalami begitu banyak kekacauan dalam budaya politik. Tapi hal itu tak hanya berdampak pada politik. Kita saling menjauh satu sama lain dengan cara yang berbahaya," lanjutnya, sebagaimana dilaporkan CNBC.Cohen berpendapat, platform media sosial harus memiliki peraturan ketat, sebagaimana perusahaan lainnya."Dalam setiap industri, sebuah perusahaan dapat dimintai pertanggungjawaban ketika produk mereka cacat. Ketika mesin terbakar atau sabuk pengaman tak berfungsi, perusahaan mobil menarik puluhan ribu kendaraan yang biayanya miliaran dolar. Tampaknya adil untuk mengatakan kepada Facebook, YouTube dan Twitter, Produk Anda rusak, Anda berkewajiban memperbaikinya tidak peduli berapa pun biayanya dan tidak peduli berapa banyak pegawai yang perlu Anda rekrut'," jelasnya."Tujuan utama bermasyarakat harus dipastikan bahwa orang-orang itu tidak menjadi sasaran, tidak dilecehkan dan tidak dibunuh karena siapa mereka, dari mana mereka berasal, siapa yang mereka cintai atau bagaimana mereka berdoa. Jika itu tujuan kita - jika kita memprioritaskan kebenaran daripada kebohongan, toleransi daripada prasangka, empati daripada ketidakpedulian dan para ahli daripada orang bodoh - maka mungkin, mungkin saja, kita dapat menghentikan mesin propaganda terhebat dalam sejarah," pungkasnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa jam setelah serangan Hamas ke Israel, X atau Twitter dibanjiri video dan foto hoaks serta informasi menyesatkan tentang perang di Gaza.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaFacebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaKemarin adalah tepat satu tahun perang genosida Israel dimulai di Gaza, Palestina
Baca SelengkapnyaSeruan boikot muncul setelah Marvel merilis trailer film tersebut.
Baca SelengkapnyaBuzzer sering dikaitkan dengan orang yang membuat pencitraan.
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaElon Musk dengan tegas menyatakan dukungannya terhadap Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2024.
Baca SelengkapnyaElon Musk marah setelah banyak perusahaan besar menarik iklan di platform X.
Baca Selengkapnya83 Persen Unggahan di Internet Kecam Israel dalam Perang di Gaza
Baca SelengkapnyaTaktik Busuk Propaganda Ramadan ala Israel di Gaza, Bikin Warga Justru Melawan
Baca Selengkapnya