Taktik Busuk Propaganda Ramadan ala Israel di Gaza, Bikin Warga Justru Melawan
Taktik Busuk Propaganda Ramadan ala Israel di Gaza, Bikin Warga Justru Melawan
Pasukan Israel memakai taktik usang perang psikologi kepada 2,3 juta penduduk Jalur Gaza, Palestina dengan tujuan membuat mereka takut.
-
Siapa yang berada di balik propaganda Israel di Gaza? Seorang penggerak utama di balik Shirion Collective, sebuah jaringan disinformasi pro-Israel yang berorientasi pada teori konspirasi dan berusaha membentuk opini publik tentang konflik Gaza di Amerika Serikat, Australia, dan Inggris, adalah seorang pengusaha teknologi bernama Daniel Linden yang tinggal di Florida, AS.
-
Kenapa warga Palestina di Gaza diserang? Serangkaian serangan demi serangan terus diluncurkan oleh tentara Israel. Akibatnya, sudah banyak warga Palestina yang meninggal dunia. Bahkan mirisnya, korban termasuk anak-anak.
-
Apa yang dilakukan Israel di Gaza? Negara muslim ini diprotes warganya karena menerima kapal perang negeri zionis yang kini sedang membunuhi warga Gaza Palestina.
Taktik Busuk Propaganda Ramadan ala Israel di Gaza, Bikin Warga Justru Melawan
Pasukan Israel memakai taktik usang perang psikologi kepada 2,3 juta penduduk Jalur Gaza, Palestina dengan tujuan membuat mereka takut, menyebarkan berita bohong, dan membuat mereka membenci Hamas.
Alat yang mereka gunakan untuk tujuan itu adalah selebaran yang dijatuhkan dari pesawat dan balon. Taktik propaganda semacam ini sudah pernah digunakan pada dua kali perang dunia dan pada perang Vietnam serta Irak.
Dalam perang-perang tersebut selebaran dibagikan dengan tujuan agar kaum militan menyerah. Tokoh Nazi Jerman Joseph Goebbels mengatakan, "selebaran yang disebarkan oleh pasukan sekutu itu ditujukan pada titik-titik terlemah di negeri ini. Benda itu adalah senjata dan kita harus berhati-hati dengan semua senjata."
Penduduk Gaza Alia Kassab, 23 tahun, mengatakan, "Ketika selebaran dijatuhkan ke Gaza dua bulan lalu, adik saya senang melihat warna kertasnya yang terang jatuh dari langit.
"Mereka kira itu barang baru, mainan baru. Tapi sebagian dari kami justru takut: kami tahu akibatnya."
Kamis lalu, beberapa hari menjelang Ramadan, pasukan Israel menjatuhkan selebaran ke Gaza untuk menyambut datangnya bulan suci umat Islam ini. Namun warga Palestina menganggap itu sebagai 'siksaan psikologis'.
Selebaran Ramadan yang ditulis dalam bahasa Arab itu berisi seruan agar "memberi makan mereka yang membutuhkan dan berbicaralah yang baik". Di saat yang sama ratusan ribuan penduduk Gaza saat ini sedang kelaparan karena blokade Israel terhadap makanan dan air bersih.
Dilansir laman Middle East Eye, Ahad (10/3), sejumlah warga Palestina di Gaza meninggal karena dehidrasi dan malnutrisi sejak perang dimulai 7 Oktober lalu.
Kertas selebaran itu juga bergambar lampion yang khas digunakan sebagai dekorasi Ramadan di Palestina.
Pada selebaran itu juga tertulis permohonan doa kepada Allah agar "puasa diterima dan doa diampuni" serta penduduk Palestina di Gaza bisa "berbuka dengan makanan yang nikmat".
Selebaran di 2023-2024 ini bukan kali pertama digunakan Israel sebagai bagian dari senjata perang. Pada 2014 selebaran dipakai untuk mengadu domba warga dan menyebarkan ketakutan.
Pada 2018 selebaran dijatuhkan ke Gaza untuk meminta warga mengungsi dari perbatasan sebelah timur.
Selebaran Israel kerap dibuat untuk kalangan tertentu dengan pesan yang disesuaikan demografi dan lingkungan tempat penduduk tinggal.
Sebuah selebaran yang dijatuhkan pada 6 Januari 2024 berisi: "Peringatan penting kepada penghuni kawasan dan blok Alamal, Alsidra, Alfaruq, Ain Jalut, dan blok 2232, 2339, 2340, 2343, 2347, 2348. Kawasan tempat tinggal kalian saat ini dianggap sebagai medan pertempuran."
Pesan mengancam juga tertulis di selebaran itu. "Siapa pun yang tidak pergi dari wilayah utara Gaza ke selatan akan dianggap sebagai teroris. Pesan semacam itu digunakan untuk menipu penduduk agar meninggalkan rumah dan harta benda mereka.
Salah satu selebaran yang dijatuhkan ke wilayah utara Gaza tahun lalu bahkan berisi tulisan: "Tidak perlu membawa air dan makanan: kami akan urus semuanya."
Namun yang terjadi adalah 800.000 warga Palestina di Gaza terancam meninggal karena kelaparan dan kehausan.
Pesan selebaran Israel juga kerap memutarbalikan fakta untuk memaksakan narasi dan agenda Israel. Termasuk di dalamnya menyebarkan rumor, menyebut warga lemah dan kerugian Israel hanya sedikit.
Terkadang pesan di selebaran itu juga berisi sentimen agama.
Pada 8 Februari 2024 selebaran Israel berisi pesan: "Memperingati Hari Isra Miraj, Hamas mengusir orang Palestina dari Masjid Al-Aqsa, Hamas akan mengeksekusi warga Gaza dari masa depan mereka."
Namun pengalaman adalah guru terbaik. Bagi warga Palestina di Gaza, selebaran Israel tidak untuk dipercaya.
Contohnya, meski mereka sudah menuruti perintah selebaran agar mengungsi ke selatan, pasukan Israel justru kemudian membombardir wilayah yang disebut sebagai tempat aman itu.
"Keluarga saya mengungsi tujuh kali karena menuruti perintah di selebaran," kata Yasmin Matar, 25 tahun.
"Tiap kali kami mengungsi ke suatu tempat yang disebut aman, mereka menyebarkan selebaran lagi untuk memberitahu kami tempat itu tidak aman lagi. Di suatu tempat, kami malah dikepung tank dan helikopter. Mereka tidak memberi peringatan sebelumnya."
Pesawat Israel dua pekan lalu menjatuhkan majalah kecil bernama Alwaka yang berisi pesan agar warga menentang Hamas.
Tapi apakah propaganda ini berhasil? Untuk skala tertentu itu bergantung pada moral warga Gaza. Namun kebanyakan jawabannya adalah "tidak".
"Setelah keluarga dan saya mengungsi ke Khan Younis, pesawat Israel menjatuhkan selebaran," kata Rehaf Abu Zarifa, 22 tahun.
"Tapi kami tidak takut lagi. Saya bahkan melihat orang dan adik saya sendiri mengumpulkan selebaran itu untuk membakarnya jadi api karena kayu dan batu bara sekarang mahal dan susah dicari."