Penembak Jitu Israel Tembak Mati Staf PBB di Tepi Barat Saat Sedang Minum Kopi di Rumahnya
Pembunuhan ini terjadi pada Jumat (13/9) dini hari, ketika militer Israel melangsungkan operasi di Tepi Barat yang diduduki.
Seorang penembak jitu atau sniper Israel membunuh seorang staf PBB di Tepi Barat yang diduduki, Palestina, seperti diumumkan PBB pada Jumat.
Staf PBB yang merupakan warga Palestina ini ditembak ketika sedang minum kopi di lantai atas rumahnya.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyampaikan dalam pernyataannya, korban adalah Sufyan Jaber Abed Awwad, yang bekerja sebagai petugas sanitasi di Kamp El Far'a di Tepi Barat.
"(Dia) ditembak dan dibunuh di atap rumahnya oleh seorang penembak jitu selama operasi militer Israel sepanjang malam pada 12 September dini hari," jelas UNRWA, seperti dilansir The Cradle, Sabtu (14/9).
Direktur Komunikasi UNRWA, Juliette Touma mengatakan kepada CNN pada Jumat, penembak jitu Israel menembak Jawwad tiga kali di dada "saat berada di atap rumahnya ketika minum kopi."
Juru bicara militer Israel, Letkol Nadav Shoshani membenarkan pasukannya membunuh Jawwad dalam sebuah operasi di daerah Far'a Tepi Barat. Shoshani berdalih Jawwad “melemparkan alat peledak yang menimbulkan ancaman bagi pasukan yang beroperasi di daerah tersebut. .”
Staf UNRWA Jadi Sasaran
Pasukan penjajah Israel membunuh sembilan warga Palestina lainnya selama invasi mereka ke Kamp El Far’a.
Staf UNRWA sering menjadi sasaran militer Israel sejak dimulainya genosida terhadap warga Palestina di Gaza pada Oktober lalu.
Setidaknya 18 warga Palestina tewas, termasuk enam anggota staf UNRWA, ketika pesawat tempur Israel mengebom tempat penampungan kemanusiaan di sekolah Al-Jaouni di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah pada 11 September.
UNRWA menyebut serangan hari Rabu itu sebagai “jumlah korban tewas tertinggi di antara staf kami dalam satu insiden,” dan mengungkapkan mereka yang terbunuh adalahh manajer tempat penampungan UNRWA dan anggota tim lainnya yang memberikan bantuan kepada para pengungsi.
“Sekolah ini telah dihantam lima kali sejak perang dimulai. Ini adalah rumah bagi sekitar 12.000 pengungsi, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Tidak ada seorang pun yang aman di Gaza. Tidak ada seorang pun yang selamat,” jelas UNRWA.