Pesanan Ahmad isak Narjis
Merdeka.com - Gencatan senjata sepihak oleh Israel sudah memasuki hari ketiga kemarin. Di Ibu Kota Kairo, Mesir, perundingan masih berlangsung.
Suasana di Rumah Sakit Syifa, Kota Gaza, masih tenang meski ratusan pengungsi masih berkemping di sana. Di antara mereka terdapat Narjis al-Qayid, 21 tahun. Seiring hari terus berlalu, hatinya kian galau menanti nasib adik kandungnya, Ahmad, 12 tahun.
Tiga hari menjelang lebaran lalu, Ahmad pulang ke rumah bersama kakak perempuannya, Wala, 14 tahun. Keduanya berencana mengambil kasur dan baju baru untuk merayakan lebaran di tempat mereka mengungsi, sebuah sekolah milik UNRWA (badan Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan pengungsi Palestina).
-
Apa yang terjadi dengan anak di Gaza? Potret sedih seorang bocah Palestina saat kehabisan makanan di tempat distribusi bantuan, ramai jadi sorotan di media sosial. Ekspresi sedihnya ketika mengetahui jika dia tidak mendapat jatah makanan ramai disebut warganet sangat menyayat hati.
-
Apa yang dirasakan anak ketika ibu sedih? Ketika masih dalam tahap bayi, anak-anak belum memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan kata-kata. Oleh sebab itu, mereka mengandalkan cara komunikasi nonverbal untuk berinteraksi dengan ibu mereka. Melalui sentuhan, pelukan, atau bahkan getaran emosional yang dirasakan dari tubuh ibu, anak-anak dapat merasakan emosi yang ada.
-
Kenapa anak merasakan sedihnya ibu? Sejak masa kehamilan, hubungan antara ibu dan anak sudah mulai terjalin. Ketika seorang ibu hamil, bayi yang ada di dalam kandungannya dapat merasakan emosi yang dialami oleh sang ibu. Oleh karena itu, saat ibu merasa bahagia atau sedih, hormon yang dikeluarkan oleh tubuhnya dapat memengaruhi kondisi bayi.
-
Bagaimana anak merasakan sedihnya ibu? Anak-anak memiliki kemampuan intuitif yang sangat tinggi. Mereka mampu memahami bahasa tubuh dan ekspresi wajah dengan cukup baik. Seiring waktu, mereka belajar untuk mengenali perubahan emosi pada orang-orang di sekitarnya, terutama yang dialami oleh ibu mereka. Anak-anak dapat merasakan ketegangan, kecemasan, atau kebahagiaan yang dirasakan oleh ibu hanya melalui ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang ditunjukkan.
-
Apa dampak serangan Israel di Gaza terhadap anak-anak? 'Pada dasarnya, setiap satu hari, tercatat ada 10 anak yang rata-rata kehilangan satu atau dua kakinya,' kata Lazzarini, dikutip dari The Cradle, Rabu (26/6). Menurut data dari badan anak-anak PBB UNICEF, UNRWA mencatat bahwa angka tersebut tidak termasuk anak-anak yang kehilangan lengan dan tangan, ada lebih banyak catatan medis dari angka tersebut.
-
Kenapa Israel dan Palestina terus berkonflik? Di mana penduduk Israel terus berusaha menguasai wilayah yang seharusnya menjadi hak dari warga negara Palestina.
Middle East Eye melaporkan kemarin, Narjis masih terbayang senyum adiknya itu seraya berkata, "Jangan lupa belikan hadiah lebaran buat saya."
Namun Ahmad dan Wala tidak pernah kembali ke pengungsian, bahkan tidak sempat berlebaran. Sebuah peluru kendali ditembakkan pesawat pengebom nirawak Israel mengenai mereka. Wala tewas seketika. Seorang paramedis memunguti ceceran tubuhnya untuk diangkut ke Rumah Sakit Al-Aqsa di Dair al-Balah.
Namun tubuh Ahmad tidak ada di sana. Keluarga cemas bercampur harap. Mereka menghubungi semua rumah sakit dan petugas penyelamat buat mencari tahu keberadaan Ahmad. Pihak Palang Merah Internasional (ICRC) memberitahu Ahmad masih hidup dan sedang dirawat di Rumah Sakit Sorko,
Beersheba, selatan Israel.
Selama 13 hari menunggu tanpa kepastian membuat keluarga resah. Ketika terjadi gencatan senjata pekan lalu, mereka pulang dan menemukan kantong infus serta perban. Keluarga menyangka tentara Israel telah merawat Ahmad.
Selasa lalu keluarga mendapat kabar korban luka dirawat di Israel telah keluar dari rumah sakit dan dibawa kembali ke Gaza oleh ICRC. Narjis bergegas mengambil hadiah lebaran sudah dia belikan untuk Ahmad. Bersama suaminya, Adham al-Qayid, dan saudara iparnya, Amal as-Sayad, Narjis menumpang taksi dari Jalan Salahuddin di Dair al-Balah menuju Rumah Sakit Syifa.
Setibanya di sana dia berlari ke semua koridor, mengecek semua pasien. Tapi Ahmad tidak kelihatan. Bahkan namanya juga tidak ada dalam daftar pasien tengah dirawat. Sang suami berusaha meyakinkan Narjis. Mungkin Israel masih merawat Ahmad dan dia belum dibolehkan pulang hingga kondisinya pulih. Para staf di Rumah Sakit Syifa tidak tahu menahu soal nasib Ahmad.
Narjis benar-benar berharap Ahmad masih hidup. Dia sudah kehilangan Wala. Dia ingin melihat Ahmad tersenyum sehabis menerima hadiah lebaran dia belikan.
Kemudian muncul seorang petugas medis berpakaian serba putih lalu bertanya, "Apakah kalian keluarga Al-Qayid?" Setelah mengiyakan rombongan Narjis diminta mengikuti lelaki itu. Mereka menuju kamar mayat.
"Semoga Allah memberkahi ruhnya," kata pria itu seraya membuka pintu besi berwarna putih. Ketika ruang mayat terbuka, Narjis terjatuh lunglai seraya terisak. Dia melangkah maju dan berusaha membangun Ahmad. Paras adiknya itu dingin dan kaku. Sebagian rambutnya tercukur habis dan terdapat sejumlah benang bekas jahitan operasi.
Ahmad! Adikku Ahmad," Narjis berteriak histeris. Dia memukul tembok dengan keras lantas terduduk lemas sambil menangis. Ahmad tewas dengan luka di kepala, dada, dan kedua kakinya.
"Hati saya benar-benar sedih. Dua anak saya dibunuh tanpa alasan. Mereka hanya ingin merayakan lebaran," tutur ibu mereka. keluarga ini telah kehilangan rumah mereka hancur digempur Israel. "Jika dua anak saya orang Yahudi, apakah dunia juga akan sebungkam ini?" tanya sang ibu di antara derai tangisnya. (mdk/fas)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tangis sedih Ashraf yang memeluk kedua anaknya itu pecah di rumah sakit al-Najar di Rafah, di Jalur Gaza selatan.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah pilu anak Palestina saat melihat orang tuanya ditembak di hadapannya.
Baca SelengkapnyaCurhatan dua anak perempuan Palestina ini begitu menyayat hati. Keduanya kini hidup dalam kondisi memprihatinkan. akibat penjajahan Israel atas Palestina.
Baca SelengkapnyaSeorang Ibu asal Gaza tersenyum bahagia melihat anaknya tewas dalam posisi sujud akibat serangan Israel.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian Ibu dan Kakak Palestina melihat tentara Israel bunuh keluarganya di depan mata.
Baca SelengkapnyaGenosida Israel di Gaza masih terus terjadi. Dunia tak bisa berbuat apa-apa atas kejahatan Israel.
Baca Selengkapnya