Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pesanan Ahmad isak Narjis

Pesanan Ahmad isak Narjis Keluarga meratapi jenazah Ahmad al-Qayid. (middleeasteye.com)

Merdeka.com - Gencatan senjata sepihak oleh Israel sudah memasuki hari ketiga kemarin. Di Ibu Kota Kairo, Mesir, perundingan masih berlangsung.

Suasana di Rumah Sakit Syifa, Kota Gaza, masih tenang meski ratusan pengungsi masih berkemping di sana. Di antara mereka terdapat Narjis al-Qayid, 21 tahun. Seiring hari terus berlalu, hatinya kian galau menanti nasib adik kandungnya, Ahmad, 12 tahun.

Tiga hari menjelang lebaran lalu, Ahmad pulang ke rumah bersama kakak perempuannya, Wala, 14 tahun. Keduanya berencana mengambil kasur dan baju baru untuk merayakan lebaran di tempat mereka mengungsi, sebuah sekolah milik UNRWA (badan Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan pengungsi Palestina).

Orang lain juga bertanya?

Middle East Eye melaporkan kemarin, Narjis masih terbayang senyum adiknya itu seraya berkata, "Jangan lupa belikan hadiah lebaran buat saya."

Namun Ahmad dan Wala tidak pernah kembali ke pengungsian, bahkan tidak sempat berlebaran. Sebuah peluru kendali ditembakkan pesawat pengebom nirawak Israel mengenai mereka. Wala tewas seketika. Seorang paramedis memunguti ceceran tubuhnya untuk diangkut ke Rumah Sakit Al-Aqsa di Dair al-Balah. 

Namun tubuh Ahmad tidak ada di sana. Keluarga cemas bercampur harap. Mereka menghubungi semua rumah sakit dan petugas penyelamat buat mencari tahu keberadaan Ahmad. Pihak Palang Merah Internasional (ICRC) memberitahu Ahmad masih hidup dan sedang dirawat di Rumah Sakit Sorko,

Beersheba, selatan Israel.

Selama 13 hari menunggu tanpa kepastian membuat keluarga resah. Ketika terjadi gencatan senjata pekan lalu, mereka pulang dan menemukan kantong infus serta perban. Keluarga menyangka tentara Israel telah merawat Ahmad.

Selasa lalu keluarga mendapat kabar korban luka dirawat di Israel telah keluar dari rumah sakit dan dibawa kembali ke Gaza oleh ICRC. Narjis bergegas mengambil hadiah lebaran sudah dia belikan untuk Ahmad. Bersama suaminya, Adham al-Qayid, dan saudara iparnya, Amal as-Sayad, Narjis menumpang taksi dari Jalan Salahuddin di Dair al-Balah menuju Rumah Sakit Syifa.

Setibanya di sana dia berlari ke semua koridor, mengecek semua pasien. Tapi Ahmad tidak kelihatan. Bahkan namanya juga tidak ada dalam daftar pasien tengah dirawat. Sang suami berusaha meyakinkan Narjis. Mungkin Israel masih merawat Ahmad dan dia belum dibolehkan pulang hingga kondisinya pulih. Para staf di Rumah Sakit Syifa tidak tahu menahu soal nasib Ahmad.

Narjis benar-benar berharap Ahmad masih hidup. Dia sudah kehilangan Wala. Dia ingin melihat Ahmad tersenyum sehabis menerima hadiah lebaran dia belikan.

Kemudian muncul seorang petugas medis berpakaian serba putih lalu bertanya, "Apakah kalian keluarga Al-Qayid?" Setelah mengiyakan rombongan Narjis diminta mengikuti lelaki itu. Mereka menuju kamar mayat.

"Semoga Allah memberkahi ruhnya," kata pria itu seraya membuka pintu besi berwarna putih. Ketika ruang mayat terbuka, Narjis terjatuh lunglai seraya terisak. Dia melangkah maju dan berusaha membangun Ahmad. Paras adiknya itu dingin dan kaku. Sebagian rambutnya tercukur habis dan terdapat sejumlah benang bekas jahitan operasi.

Ahmad! Adikku Ahmad," Narjis berteriak histeris. Dia memukul tembok dengan keras lantas terduduk lemas sambil menangis. Ahmad tewas dengan luka di kepala, dada, dan kedua kakinya.

"Hati saya benar-benar sedih. Dua anak saya dibunuh tanpa alasan. Mereka hanya ingin merayakan lebaran," tutur ibu mereka. keluarga ini telah kehilangan rumah mereka hancur digempur Israel. "Jika dua anak saya orang Yahudi, apakah dunia juga akan sebungkam ini?" tanya sang ibu di antara derai tangisnya. (mdk/fas)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Kisah Pilu Ayah Palestina Menangis Histeris Peluk Dua Putrinya yang Tewas Akibat Serangan Israel
FOTO: Kisah Pilu Ayah Palestina Menangis Histeris Peluk Dua Putrinya yang Tewas Akibat Serangan Israel

Tangis sedih Ashraf yang memeluk kedua anaknya itu pecah di rumah sakit al-Najar di Rafah, di Jalur Gaza selatan.

Baca Selengkapnya
Cerita Pilu Anak Palestina Orangtuanya Ditembak Israel di Hadapannya 'Ibu Ku Hamil 7 Bulan Ditembak Perutnya'
Cerita Pilu Anak Palestina Orangtuanya Ditembak Israel di Hadapannya 'Ibu Ku Hamil 7 Bulan Ditembak Perutnya'

Berikut kisah pilu anak Palestina saat melihat orang tuanya ditembak di hadapannya.

Baca Selengkapnya
Ayah Wafat Dibunuh Israel, Kisah Anak Perempuan Palestina Tiap Malam Tidur dalam Lapar & Kedinginan Bikin Air Mata Menetes
Ayah Wafat Dibunuh Israel, Kisah Anak Perempuan Palestina Tiap Malam Tidur dalam Lapar & Kedinginan Bikin Air Mata Menetes

Curhatan dua anak perempuan Palestina ini begitu menyayat hati. Keduanya kini hidup dalam kondisi memprihatinkan. akibat penjajahan Israel atas Palestina.

Baca Selengkapnya
Tak Ada Air Mata, Ibu di Gaza 'Alhamdulillah' Anaknya Meninggal Posisi Sujud, Kini Semua Buah Hatinya Wafat
Tak Ada Air Mata, Ibu di Gaza 'Alhamdulillah' Anaknya Meninggal Posisi Sujud, Kini Semua Buah Hatinya Wafat

Seorang Ibu asal Gaza tersenyum bahagia melihat anaknya tewas dalam posisi sujud akibat serangan Israel.

Baca Selengkapnya
Kesaksian Ibu & Kakak Palestina Tentara Israel Bunuh Anak & Adik di Depan Matanya, Kekejamannya Sungguh Mengerikan
Kesaksian Ibu & Kakak Palestina Tentara Israel Bunuh Anak & Adik di Depan Matanya, Kekejamannya Sungguh Mengerikan

Berikut kesaksian Ibu dan Kakak Palestina melihat tentara Israel bunuh keluarganya di depan mata.

Baca Selengkapnya
Seorang Ayah di Gaza Terus Memeluk Anaknya saat Tidur, Alasannya Amat Memilukan 'Jika Israel Membom Kami Mati Bersama'
Seorang Ayah di Gaza Terus Memeluk Anaknya saat Tidur, Alasannya Amat Memilukan 'Jika Israel Membom Kami Mati Bersama'

Genosida Israel di Gaza masih terus terjadi. Dunia tak bisa berbuat apa-apa atas kejahatan Israel.

Baca Selengkapnya