Dia merasa hancur melihat tubuh putrinya yang tak bernyawa, dipenuhi luka-luka akibat serangan udara Israel yang tak terduga.
FOTO: Kisah Pilu Ayah Palestina Menangis Histeris Peluk Dua Putrinya yang Tewas Akibat Serangan Israel
Tangis seorang ayah warga Palestina, Ashraf yang berduka atas tewasnya dua putrinya Aysal dan Rashel pecah di rumah sakit al-Najar di Rafah, di Jalur Gaza selatan, Kamis (4/4/2024). Foto: Mohammed ABED / AFP
Aysal dan Rashel diketahui tewas setelah terbunuh dalam serangan udara yang dilancarkan Israel pada 4 April 2024 malam hari. Foto: Mohammed ABED / AFP
Perasaan Ashraf hancur ketika melihat kondisi tubuh kedua putrinya yang tak bernyawa, dipenuhi luka-luka akibat serangan udara yang tak terduga dari Israel. Foto: Mohammed ABED / AFP
Ashraf pun tak bisa menahan air matanya yang terus mengalir deras. Foto: Mohammed ABED / AFP
Ia pun tidak bisa memahami mengapa anak-anak harus menjadi korban dalam konflik yang tak berkesudahan ini. Foto: Mohammed ABED / AFP
Ashraf hanya bisa memeluk dan menangisi jenazah dua anaknya setelah menjadi korban dari serangan yang tak berperikemanusiaan itu. Foto: Mohammed ABED / AFP
Ashraf adalah salah satu dari banyak orang tua Palestina yang harus menghadapi penderitaan yang tak terbayangkan akibat konflik yang berkepanjangan di Gaza. Foto: Mohammed ABED / AFP
Dia adalah contoh hidup dari konsekuensi tragis dari kekerasan yang telah merenggut nyawa ribuan anak-anak Palestina. Foto: Mohammed ABED / AFP
Tangis Ashraf yang pecah di rumah sakit al-Najar tidak hanya mewakili kesedihan pribadinya, tetapi juga kesedihan dan keputusasaan jutaan orang Palestina yang terus hidup dalam ketakutan dan keprihatinan. Foto: Mohammed ABED / AFP
Curhatan dua anak perempuan Palestina ini begitu menyayat hati. Keduanya kini hidup dalam kondisi memprihatinkan. akibat penjajahan Israel atas Palestina.
Selain serangan udara, Israel juga memberlakukan blokade total di Gaza dengan memutus pasokan bahan bakar, makanan, air, listrik, dan perlengkapan lainnya.
Ahmad Shabat, yang berusia 4 tahun, harus menderita karena kehilangan kedua orang tuanya dan kedua kakinya setelah terkena serangan Israel sebanyak dua kali.