Ramadan di Gaza, "Mereka Berpuasa, Tapi Mereka Kelaparan dan Sekarat"
Warga Jalur Gaza menjalankan ibadah puasa di tengah agresi brutal penjajah Israel.
Warga Jalur Gaza menjalankan ibadah puasa di tengah agresi brutal penjajah Israel.
Ramadan di Gaza, "Mereka Berpuasa, Tapi Mereka Kelaparan dan Sekarat"
Di tengah-tengah reruntuhan masjid yang dibom pasukan penjajah Israel beberapa hari sebelumnya, puluhan warga Gaza melaksanakan salat berjemaah pada Senin (11/3).
Warga Gaza menjalankan ibadah Ramadan di tengah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, di tengah gempuran Israel dan serba kekurangan.
Sumber: Reuters dan Al-Monitor
Menurut laporan Reuters, warga Palestina menyambut Ramadan dalam suasana suram, dalam bayang-bayang perang serta kelaparan di Gaza.
Di reruntuhan Gaza sendiri, di mana setengah dari 2,3 juta penduduknya terjebak di kota Rafah di bagian selatan, banyak orang tinggal di tenda plastik dan menghadapi kekurangan makanan yang parah.
"Kami tidak melakukan persiapan apapun untuk menyambut Ramadan karena kami sudah berpuasa selama lima bulan," ujar Maha, ibu dari lima orang anak, yang biasanya memenuhi rumahnya dengan dekorasi dan mengisi kulkas dengan persediaan makanan untuk berbuka puasa pada malam hari.
"Tidak ada makanan, kami hanya memiliki beberapa makanan kaleng dan beras, sebagian besar makanan dijual dengan harga yang tidak masuk akal," ujarnya melalui aplikasi chatting dari Rafah, tempat ia mengungsi bersama keluarganya.
Dalam sebuah unggahan di X, Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan bahwa bulan Ramadhan seharusnya "membawa gencatan senjata bagi mereka yang paling menderita". Namun bagi warga Gaza, bulan Ramadhan datang pada saat kelaparan yang parah menyebar, pengungsian terus berlanjut, dan rasa takut dan kecemasan muncul di tengah-tengah ancaman operasi militer di Rafah.
Di Gaza selatan, di Al-Mawashi, pejabat kesehatan Palestina mengatakan 13 orang tewas dalam serangan militer Israel di sebuah area tenda tempat ribuan orang mengungsi.
Bagi banyak warga Gaza, tidak banyak pilihan lain selain berharap akan adanya perdamaian.
"Ramadan adalah bulan yang penuh berkah meskipun tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, namun kami tetap tabah dan sabar, dan kami akan menyambut bulan Ramadan seperti biasa, dengan dekorasi, senandung, doa, dan puasa," ujar Nehad El-Jed, yang mengungsi bersama keluarganya di Gaza.
"Ramadan tahun depan, kami berharap Gaza akan kembali, semoga semua kehancuran dan pengepungan di Gaza bisa berubah, dan semua kembali dalam kondisi yang lebih baik."