Begini Panduan Minum Obat Bagi Orang Sakit Selama Puasa Ramadan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan panduan cara mengonsumsi obat bagi orang sakit selama puasa Ramadan.
Selama bulan Ramadan, pola makan dan minum akan berubah. Waktu yang leluasa untuk minum obat berubah dari 24 jam menjadi hanya 10,5 jam.
Begini Panduan Minum Obat Bagi Orang Sakit Selama Puasa Ramadan
Umat Islam wajib menjalankan puasa selama bulan suci Ramadan. Kewajiban berpuasa digugurkan kepada sejumlah kelompok, di antaranya orang yang sakit parah atau sakit bertahun-tahun.
Sementara bagi orang sakit dengan kondisi masih terkendali dianjurkan untuk tetap berpuasa. Bagi kelompok ini, mereka bisa mengatur waktu untuk mengonsumsi obat agar bisa sembuh.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan panduan cara mengonsumsi obat bagi orang sakit selama puasa Ramadan.
Dikutip dari situs kemkes.go.id, Selasa (12/3), Kemenkes mengatakan, seorang Muslim menderita penyakit dan rutin minum obat akan mengalami perubahan dan penyesuaian waktu minum obat.
“Apabila penyakit yang diderita terkontrol dengan baik dan memungkinkan untuk menjalankan ibadah puasa, maka yang diperlukan adalah mengetahui obat yang tidak membatalkan puasa, penggunaan obat saat puasa dan mengatur cara minum obat yang benar saat berpuasa,”
tulis Kemenkes.
merdeka.com
Jenis Obat yang Tidak Membatalkan Puasa
Obat yang tidak membatalkan puasa yaitu dalam bentuk tidak diminum melalui mulut (Oral) dan masuk saluran cerna.
1. Obat yang di absorpsi melalui kulit (Salep, Krim, Plester)
2. Obat yang diselipkan di bawah lidah (seperti isosorbide dan nitrogliserin)
3. Obat-obat yang disuntikan baik melalui kulit, otot, sendi, dan vena, kecuali pemberian makanan melalui intravena
4. Obat tetes mata atau telinga
5. Obat kumur, sejauh tidak tertelan
6. Obat asma berbentuk inhaler
7. Pemberian gas oksigen dan anastesi
8. Obat yang digunakan melalui rektal, seperti suppositoria.
Selama bulan Ramadan, pola makan dan minum akan berubah. Waktu yang leluasa untuk minum obat berubah dari 24 jam menjadi hanya 10,5 jam.
Lantas bagaimana cara orang sakit meminum obat agar efek terapi menjadi optimal?
Kemenkes mengatakan, penggunaan obat bisa dilakukan setelah berbuka puasa dan saat sahur.
1. Sebelum makan
Jika obat harus diminum sebelum makan, berarti sekitar 30 menit sebelum makan sahur atau makan malam/makan besar.
2. Sesudah makan
Setelah makan artinya, kondisi lambung berisi makanan, kira-kira 5 –10 menit setelah makan besar.
3. Jika ada obat yang harus diminum tengah malam sesudah makan
Sebelum meminum obat perut dapat diisi dahulu dengan biskuit sebelum minum obat.
Penggunaan obat pada saat puasa yang diminum 1-2 kali sehari:
1 X 1 : Obat yang diminum satu kali sehari tidak ada perbedaan ketika digunakan saat puasa, dapat digunakan saat malam hari atau lagi hari saat sahur
2 X 1 : Obat yang digunakan dua kali sehari, disarankan untuk diminum pada saat sahur dan saat berbuka
Jika ternyata obat perlu diminum 3 atau bahkan 4 kali sehari:
Pada hari biasa artinya obat diminum tiap 8 jam atau 6 jam (Misal antibiotik). Hal ini tidak memungkinkan pada saat berpuasa.
Solusinya: Obat diganti sediaan yang melepaskan perlahan-lahan atau diganti obat jenis lain yang memiliki khasiat sama namun bekerja panjang.
Contoh :
* Pada obat hipertensi (Captopril 2-3 kali sehari dapat diganti dengan Lisinopril 1 kali sehari)
* Antibiotik yang diberikan dengan durasi 3 kali pemakaian, maka bisa disiasati dengan waktu pemakaian pada Pukul 18.00, 23.00, 04.00. Atau dapat meminta dokter memberikan Antibiotik dengan durasi 2 kali pemakaian bahkan 1 kali pemakaian.
Jika tidak bisa diganti, maka penggunaannya adalah dari waktu buka puasa hingga sahur, yang sebaiknya dibagi dalam rentang waktu yang sama.
(Penggunaan Obat 4 kali sehari Tidak Dianjurkan Saat Berpuasa, Terutama Untuk Penggunaan Antibiotik)
Informasi beberapa obat:
1. Obat antihipertensi Obat antihipertensi kini sudah banyak diformulasi untuk pemakaian sekali dalam sehari. Jika dokter telah meresepkan antihipertensi semacam ini, lebih disarankan agar obat diminum saat makan sahur sehingga obat tersebut dapat mengendalikan tekanan darah selama beraktivitas di siang hari.
2. Obat maag Jika dokter telah meresepkan obat yang hanya digunakan sekali dalam sehari, misalnya omeprazol, lansoprazol, esomeprazol atau pantoprazol sebaiknya diminum pada malam hari sebelum tidur.
Sedangkan obat maag yang lazimnya diberikan sehari dua kali, misalnya ranitidin, cimetidin atau famotidin, maka hendaknya dipilih saat malam hari sebelum tidur dan pada waktu makan sahur.
Hal ini disebabkan asam lambung mencapai kadar paling tinggi pada saat dini hari, sehingga sebaiknya diminum malam hari untuk mencegah kenaikan asam lambung berlebihan.
3. Obat antidiabetes
Obat antidiabetes yang hanya cukup diminum satu kali dalam sehari, misalnya glimepirid, glibenklamid atau glipizid sebaiknya digunakan pada saat berbuka puasa untuk mengontrol kadar gula dalam darah, karena pada saat tersebut ada kecenderungan kadar gula dalam darah akan meningkat berlebihan.
Namun apabila obat antidiabetes anda diresepkan dua kali dalam sehari, misalkan metformin, lebih disarankan untuk diminum saat berbuka puasa dan malam hari sebelum tidur. Hindari penggunaan obat-obat antidiabetes pada saat makan sahur agar tidak terjadi keadaan hipoglikemia pada saat berpuasa pada siang harinya.
4. Obat penurun kolesterol
Obat penurun kolesterol (simvastatin, atrovastatin atau rosuvastatin) paling baik diminum pada pukul 19.00-21.00 atau saat menjelang tidur malam, karena memberikan efek lebih baik.