Sedang Renovasi Gudang, Pria Ini Temukan Tulang Mamut dari Zaman Prasejarah
Sedang Renovasi Gudang, Pria Ini Temukan Tulang Mamut dari Zaman Prasejarah
Seorang pria di Austria menemukan tulang-tulang mamut di gudang tempat dia menyimpan anggur.
-
Siapa yang menemukan fosil mammoth? Bocah berusia 8 tahun di Rusia menemukan sejumlah fosil tulang mammoth saat sedang memancing bersama ayahnya di tepian Sungai Oka dekat Novinki, Rusia barat.
-
Dimana fosil gading mamut ditemukan? Eddie Templeton menemukan fosil ini teronggok di sungai pada Agustus lalu.
-
Dimana fosil mammoth ditemukan? Petani anggur lokal, Andreas Pernerstorfer, menemukan tulang mammoth di gudang anggurnya di Gobelsburg, Krems, dekat Wina.
-
Fosil apa yang ditemukan di Gua Mammoth? Gigi ini ditemukan selama penelitian Layanan Taman Nasional yang diorganisasir Program Paleontologi NPS dan pejabat taman Gua Mammoth.
-
Kenapa tulang manusia purba ditemukan di gua? Gua itu juga diperkirakan telah digunakan oleh manusia Neanderthal. Di antara ribuan kerangka yang ditemukan, beberapa tengkorak memiliki lubang di bagian kepala, para peneliti meyakini bahwa lubang ini disebabkan oleh hasil trepanasi dan mungkin upaya untuk menyembuhkan penyakit, seperti dilansir Live Science.
-
Siapa yang menemukan tulang dinosaurus itu? Seorang pria bernama Damien Boschetto, 25 tahun, sedang mengajak anjingnya berjalan-jalan di hutan dekat Kota Montuliers, Prancis, ketika menemukan tulang berusia 70 juta tahun.
Sedang Renovasi Gudang, Pria Ini Temukan Tulang Mamut dari Zaman Prasejarah
Ini bukan anggur merah atau putih vintage, melainkan temuan berharga. Seorang pria yang sedang merenovasi gudang anggurnya di Austria menemukan sisa-sisa mamut dari zaman prasejarah.
Penemuan ini disebut sebagai "sensasional" oleh tim dari Institut Arkeologi Austria yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan Austria.
Tim tersebut ditugaskan untuk menggali sisa-sisa mamut yang ditemukan di Desa Gobelsburg, sebelah barat ibu kota negara tersebut, Wina.
“Anggota tim kami yang lebih tua dan berpengalaman belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya, meskipun mereka sudah sering terlibat dalam penemuan serupa,” kata Hannah Parow-Souchon, salah satu anggota tim, kepada NBC News, Kamis.
Artefak batu dan arang di situs itu menunjukkan tulang tersebut berusia antara 30.000 dan 40.000 tahun.
Setelah semua tulang digali, mereka akan dibawa ke Museum Sejarah Alam Wina untuk direstorasi dan diteliti lebih lanjut, kata lembaga tersebut dalam pernyataannya.
Pembuat anggur Andreas Pernerstorfer mengatakan kepada
Austrian Broadcasting Corporation, dia menemukan tulang itu pada Maret lalu saat merenovasi ruang bawah tanahnya.
“Saya kira itu hanya sepotong kayu peninggalan kakek saya,” ujarnya. “Tapi kemudian saya menggalinya sedikit dan teringat kakek saya pernah mengatakan dia menemukan gigi. Saat itu saya langsung menduga ini adalah mamut.”
Setelah temuan itu dilaporkan ke institut, Parow-Souchon mengatakan dia bekerja dengan rekan-rekannya untuk dengan hati-hati mengungkap setiap tulang. Mereka secara bertahap menemukan beberapa struktur kerangka yang saling terkait.
Meskipun situs serupa lainnya telah ditemukan di Austria dan negara-negara tetangga, sebagian besar dari situs itu telah digali setidaknya 100 tahun lalu dan sebagian besar informasi hilang karena penelitian modern, kata Institut Arkeologi Austria dalam sebuah pernyataan pers, seperti dilansir AOL.
Pada masa itu, rincian penting tentang lingkungan tempat sisa-sisa hewan itu ditemukan dan kondisinya jarang dicatat, dan “beberapa bahkan dijual ke pabrik sabun,” kata Parow-Souchon.
Dengan menggunakan teknologi pemetaan 3D modern, tim dapat mengetahui lebih banyak tentang bagaimana mamut ini mati dan apa yang terjadi pada tulang-tulangnya di tahun-tahun berikutnya.
Hal ini mungkin juga bisa memberikan petunjuk lebih lanjut tentang bagaimana manusia prasejarah dapat memburu hewan-hewan besar ini, jika memang itu yang terjadi di sini, kata Parow-Souchon.
“Kami mempunyai indikasi kuat mereka memburu mamut, namun
namun kami tidak tahu bagaimana caranya,” kata dia.
“Kami tahu gajah mempunyai masalah dengan lereng, jadi mungkin mereka diburu di lereng dan karena itu rentan.”
Setelah semua tulang digali, mereka akan dibawa ke Museum Sejarah Alam Wina untuk direstorasi dan diteliti lebih lanjut, kata lembaga tersebut dalam pernyataannya.