Selain Netanyahu, Ini Penjahat Perang Paling Kejam di Dunia Sepanjang Sejarah
Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu atas kejahatan perang dan kemanusiaan di Gaza, Palestina.

Dalam sejarah modern, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu didakwa melakukan kejahatan perang dan kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina, oleh Mahkamah Kriminal Internasional (ICC). Netanyahu melangsung perang genosida Israel di Gaza selama 15 bulan, dari Oktober 2023 sampai Januari 2025, membunuh sekitar 48.000 warga Palestina, menurut data Kementerian Kesehatan di Gaza.
Sejarah mencatat banyak individu yang terlibat dalam kekejaman perang, menimbulkan dampak yang mendalam bagi umat manusia. Dalam konteks ini, selain Netanyahu, terdapat beberapa nama yang dikenal sebagai penjahat perang paling kejam. Mereka bukan hanya berperan dalam konflik, tetapi juga bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan.
Tojo Hideki, sebagai Perdana Menteri Jepang selama Perang Dunia II, terlibat dalam berbagai kekejaman perang di Asia. Salah satu tindakan paling terkenal adalah serangan ke Pearl Harbor yang memicu keterlibatan Amerika Serikat dalam perang. Motif di balik tindakan Tojo adalah ambisi Jepang untuk menguasai Asia Timur dan sumber daya alamnya. Selama periode ini, Tojo dan angkatan bersenjata Jepang bertanggung jawab atas kematian jutaan orang, terutama di China.
Pembantaian Nanking adalah salah satu contoh kekejaman yang paling mengerikan, di mana tentara Jepang melakukan pembunuhan massal dan perkosaan terhadap warga sipil China. Kekejaman ini menunjukkan betapa jauh ambisi kekuasaan dapat membawa pada tindakan brutal.
Genosida di Bosnia
Radovan Karadzic, pemimpin politik Serbia Bosnia, dinyatakan bersalah atas genosida dan kejahatan perang selama Perang Bosnia. Motif di balik kekejaman Karadzic adalah nasionalisme Serbia yang ekstrem dan keinginan untuk menciptakan negara Serbia yang besar.
Dalam upayanya, ia tidak segan untuk melakukan pembersihan etnis terhadap Muslim Bosnia. Pembantaian Srebrenica, di mana ribuan pria dan anak laki-laki Muslim dibunuh, menjadi salah satu kejahatan paling terkenal yang dilakukan di bawah kepemimpinannya. Tindakan ini menandai salah satu babak kelam dalam sejarah Eropa pasca Perang Dunia II dan mengingatkan kita akan bahaya ekstremisme nasionalis.
Tindakan kejahatan perang merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan kemanusiaan. Mempelajari sejarah kekejaman perang membantu kita mencegah terulangnya peristiwa serupa di masa depan. Banyak penjahat perang lainnya telah melakukan kekejaman yang mengerikan sepanjang sejarah, dan setiap tindakan ini meninggalkan jejak yang mendalam dalam ingatan kolektif umat manusia.
Hitler dan Stalin
Adolf Hitler, pemimpin Nazi Jerman, dikenal luas sebagai otak di balik Holocaust yang diklaim menewaskan sekitar 6 juta orang Yahudi. Motif di balik kekejamannya berakar dari ideologi Nazi yang mempromosikan supremasi ras Arya dan kebencian terhadap kelompok-kelompok yang dianggap inferior, termasuk Yahudi, Roma, dan minoritas lainnya.
Hitler berambisi menciptakan 'ras unggul' dan menguasai dunia, yang mendorongnya untuk melakukan tindakan-tindakan brutal. Hitler tidak hanya mengandalkan kebijakan diskriminatif, tetapi juga menerapkan strategi genosida yang sistematis.
Melalui kamp konsentrasi dan program pembunuhan massal, ia berupaya membersihkan Eropa dari apa yang dianggapnya sebagai 'musuh' bagi bangsa Jerman. Kekejaman ini menciptakan luka mendalam dalam sejarah kemanusiaan yang hingga kini masih teringat.
Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet, juga dikenal sebagai penjahat perang yang bertanggung jawab atas kematian jutaan orang. Motif utama di balik kekejaman Stalin adalah mempertahankan kekuasaan dan membangun negara komunis yang kuat. Untuk mencapai tujuannya, ia tidak ragu untuk menyingkirkan lawan politik dan siapa pun yang dianggap sebagai ancaman.
Kekejaman yang dilakukan Stalin termasuk pembunuhan massal, deportasi, dan kerja paksa. Melalui program-program seperti Great Purge, ia menargetkan anggota partai, militer, dan warga sipil yang dianggap tidak loyal. Kematian jutaan orang akibat kelaparan, penindasan, dan eksekusi menciptakan bayang-bayang gelap dalam sejarah Uni Soviet.