Setelah 31 Tahun, Harta Karun Terpendam di Prancis Akhirnya Ditemukan, Berawal dari Cerita dalam Buku
Setelah tiga dekade, pencarian harta karun yang dimulai dari buku 'On the Trail of the Golden Owl' akhirnya menemukan titik terang.
Selama lebih dari tiga puluh tahun, banyak orang berusaha menemukan sebuah harta karun yang terpendam di Prancis. Harta karun ini menjadi terkenal berkat sebuah buku teka-teki yang ditulis oleh Max Valentin dan diilustrasikan oleh Michel Becker, berjudul On the Trail of the Golden Owl, yang diterbitkan pada tahun 1993.
Pada Kamis, 3 Oktober 2024, di suatu lokasi di Prancis, patung burung hantu emas yang dicari-cari itu akhirnya ditemukan. Penemuan ini menandai akhir dari salah satu pencarian harta karun terlama di dunia.
-
Apa yang ditemukan di Prancis? Peneliti menemukan koleksi fosil laba-laba laut yang usianya mencapai 160 juta tahun.
-
Bagaimana penemuan harta karun itu terjadi? Seorang pria di Kentucky, Amerika Serikat (AS) menemukan ratusan koin era Perang Sipil Amerika saat mencangkul di ladangnya awal tahun ini.
-
Apa yang ditemukan di Perpustakaan Nasional Prancis? Empat salinan buku yang ada dalam daftar tersebut merupakan bagian dari koleksi Perpustakaan Nasional Prancis, yang memiliki lebih dari 16 juta buku.
-
Bagaimana harta karun itu ditemukan? Saat ini, pria yang ditangkap itu sedang menghadapi proses hukum. Di halaman rumah pria tersebut, arkeolog dari Otoritas Kepurbakalaan Drama, Yunani mengidentifikasi barang-barang yang termasuk dalam ketentuan perlindungan dalam Undang-Undang tentang Barang Antik.
-
Bagaimana harta karun ditemukan? Keberhasilan penemuan-penemuan ini juga bisa dicapai berkat perkembangan dan penggunaan teknologi pencarian geofisika baru yang mampu mendeteksi rongga dan benda-benda yang terkubur di bawah lapisan tanah liat setebal beberapa meter.
Menurut laporan dari The Guardian pada Senin (21/10/2024), penemuan tersebut dikonfirmasi sekitar pukul 8.26 pagi melalui sebuah postingan di platform Discord resmi yang mengumumkan, "Jangan terus menggali! Kami mengonfirmasi bahwa replika burung hantu emas telah ditemukan semalam, dan solusi telah disampaikan secara bersamaan."
Patung yang ditemukan adalah replika yang terbuat dari perunggu, tetapi orang yang menemukannya berhak menukarnya dengan patung asli yang terbuat dari emas dan perak, milik penulis buku tersebut.
Ketika buku On the Trail of the Golden Owl pertama kali diluncurkan, nilai patung itu diperkirakan mencapai 1 juta franc, yang setara dengan hampir 300 ribu euro atau sekitar Rp5 miliar saat ini. Namun, hingga Kamis (3/10) siang, identitas penemu replika patung dan lokasi penemuan harta karun tersebut masih menjadi misteri. Pada hari yang sama, banyak pemburu harta yang merasa kecewa karena pencarian telah berakhir.
Seorang anggota komunitas di forum pencarian ini mengungkapkan bahwa ia merasa "terpukul." "Sulit untuk diterima," kata seorang pencari lainnya, sementara pencari ketiga menambahkan, "Saya akui, saya meneteskan air mata." Namun, ada juga pemburu lain yang menyatakan rasa lega. "Anehnya, cukup lega... Saya bebas!" ujarnya.
Pencarian harta karun diawali dengan membaca buku
Perburuan harta karun ini dimulai dengan penerbitan buku teka-teki bergambar berjudul *On the Trail of the Golden Owl*, yang memberikan petunjuk mengenai lokasi harta yang tersembunyi. Seniman Prancis, Michel Becker, tidak hanya mengilustrasikan buku tersebut, tetapi juga menciptakan patung yang menjadi harta itu.
Karya Becker bukanlah satu-satunya yang memicu pencarian harta karun; perburuan patung burung hantu ini terinspirasi oleh pencarian sebelumnya berdasarkan buku *Masquerade*, yang ditulis oleh seniman Kit Williams dan diterbitkan di Inggris pada tahun 1979.
Buku tersebut berhasil terjual lebih dari satu juta eksemplar dan memicu pencarian nasional untuk sebuah harta berupa kelinci emas 18 karat yang dihiasi permata, yang akhirnya ditemukan tiga tahun kemudian di sebuah taman di Bedfordshire.
Menurut aturan pencarian burung hantu, siapa pun yang menemukan replika burung hantu perunggu berhak menukarnya dengan burung hantu emas karya Becker. Namun, penemu harus dapat menunjukkan bahwa ia telah menemukan lokasi penguburan replika tersebut dengan memecahkan 11 teka-teki misterius yang dirancang oleh penulis buku itu, Max Valentin. Pencarian ini tidak boleh dilakukan dengan alat seperti detektor logam.
Proses pencarian burung hantu emas berlangsung selama 31 tahun dan melibatkan puluhan ribu orang yang berkomitmen untuk ikut serta. Seiring dengan kemajuan teknologi, terutama dengan hadirnya internet, perburuan ini semakin populer. Forum-forum online memberikan kesempatan bagi para pemburu harta karun, yang dikenal sebagai *chouetteur* dalam bahasa Prancis, untuk berbagi catatan, teori, serta membangun *database* online yang mendukung pencarian mereka.
Perburuan yang berkepanjangan menyebabkan terjadinya konflik
Dalam diskusi yang berlangsung selama bertahun-tahun, para pemburu harta karun yang dikenal dengan sebutan *chouetteur* telah mencapai kesepakatan mengenai cara memecahkan beberapa misteri yang terdapat dalam buku tersebut.
Namun, teka-teki ke-12, yang merupakan puzzle terakhir yang tersembunyi dan terdiri dari berbagai potongan dari sebelas teka-teki utama, masih belum berhasil dipecahkan oleh siapa pun. Banyak *chouetteur* yang lebih berpengalaman mengeluhkan bahwa banyaknya solusi yang beredar di internet justru menyulitkan mereka dalam mencari jawaban.
Pencarian harta karun ini bahkan telah menyebabkan beberapa kasus hukum, termasuk proses perceraian. Menariknya, ada satu kasus yang diajukan oleh Becker sendiri terhadap keluarga Valentin untuk mendapatkan informasi mengenai lokasi pasti dari patung burung yang dikuburkan setelah penulisnya, Rgis Hauser, meninggal pada tahun 2009.
Pada waktu itu, pemahat patung tersebut memiliki burung hantu emas yang dibuatnya, tetapi tidak memiliki amplop tertutup di mana Valentin, yang merupakan satu-satunya orang yang mengetahui lokasi replika burung tersebut, menyimpan solusi untuk teka-tekinya. Amplop itu kini berada di tangan ahli waris penulis. Selain itu, Michel Becker, sang seniman, juga pernah terlibat dalam masalah hukum ketika beberapa *chouetteur* yang marah menggugatnya setelah ia berusaha menjual patung burung hantu tersebut.
Pengadilan akhirnya memutuskan bahwa patung itu tidak bisa dijual karena secara hukum merupakan milik orang yang menemukan replika tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, Becker yang tampak ingin segera mengakhiri pencarian selama tiga dekade ini, merilis lebih banyak petunjuk mengenai lokasi burung replika tersebut, yang justru memicu kemarahan para *chouetteur*.