Studi: Virus Corona dari Kelelawar Diam-Diam Menginfeksi Banyak Orang Asia Tenggara
Merdeka.com - Terdapat sekitar 65,000 kasus virus corona dari kelelawar yang secara diam-diam menginfeksi manusia setiap tahunnya di Asia Tenggara. Demikian menurut sebuah penelitian baru yang bisa membawa kita meningkatkan kesiapsiagaan terhadap pandemi di masa depan.
Dikutip dari laman Independent, Rabu (10/8), mamalia yang dapat terbang ini diketahui menjadi inang virus corona yang menular pada manusia, termasuk virus corona yang terkait SARS.
Studi sebelumnya menunjukkan penularan virus ini ke manusia mungkin relatif umum di beberapa bagian dunia. Namun, interaksi manusia-kelelawar juga diketahui bervariasi di seluruh wilayah, dipengaruhi berbagai faktor sosial, ekologi, dan ekonomi pada skala individu dan komunitas.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Mengapa virus menyerang manusia? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Bagaimana virus dengue menyebar ke manusia? Jika nyamuk ini terinfeksi virus dengue, mereka dapat mentransmisikan virus tersebut kepada manusia saat menggigit.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
Penelitian yang diterbitkan dua hari lalu di jurnal Nature Communications, menggunakan kerangka kerja baru untuk memperkirakan dan memetakan risiko potensi penyebaran virus corona dari kelelawar yang berkaitan dengan SARS ini.
Para peneliti, termasuk dari EcoHealth Alliance di Amerika Serikat, mengembangkan metode untuk menilai distribusi dan frekuensi risiko virus corona dari kelelawar yang bermunculan di Asia Tenggara.
Mereka membangun model prediksi untuk 26 spesies kelelawar yang diketahui menjadi inang virus corona terkait SARS di wilayah yang memungkinkan mereka memetakan populasi manusia tumpang tindih dengan kelelawar ini.
Kemudian para ilmuwan menggunakan data prevalensi dan demografi penyakit serta penilaian risiko untuk menghitung jumlah orang yang terinfeksi virus corona (SARSr-CoV) asal kelelawar di Asia Tenggara setiap tahun.
Para peneliti memperkirakan rata-rata sekitar 66.000 kasus tahunan virus corona terkait SARS menyebar ke manusia.
"Perkiraan kami rata-rata 66.000 orang terinfeksi SARSr-CoV setiap tahun di Asia Tenggara menunjukkan penyebaran SARSr-CoV dari kelelawar ke manusia umum di wilayah tersebut, dan tidak terdeteksi oleh program pengawasan serta studi klinis di sebagian besar wilayah kasus,” tulis para ilmuwan dalam penelitian tersebut.
Bukti penularan yang tidak terdeteksi juga terjadi pada kelelawar lainnya yang infeksinya dikenal banyak.
Mengutip sebuah contoh, para peneliti mengatakan pengawasan yang ditargetkan terhadap pasien ensefalitis di sejumlah kecil klinik di Bangladesh menunjukkan virus Nipah yang mematikan menyebabkan wabah setiap tahun dengan tingkat kematian keseluruhan sekitar 70 persen, “meskipun hanya baru-baru ini dilaporkan di negara itu. ”.
"Perhitungan kami atas banyaknya kasus yang tidak terdeteksi ini menggambarkan upaya pertama kita untuk mengetahui serta mengidentifikasi risiko banyaknya kasus SARSr-CoV dari kelelawar ke manusia," kata para peneliti.
Wilayah di China selatan, Myanmar timur laut, Vietnam utara, dan “wilayah terpadat dari Indonesia” memiliki keragaman spesies inang kelelawar SARSr-CoV tertinggi, catat penelitian tersebut.
Para ilmuwan mengatakan banyaknya kasus ini mungkin tidak terdeteksi karena pengawasan terbatas atau karena mereka mungkin menyerupai penyakit lain.
Meski masih dibutuhkan lebih banyak data untuk memvalidasi temuan ini dan untuk memprediksi risiko penularan melalui inang perantara, para ilmuwan mengatakan penelitian ini dapat membantu desain program pengawasan dan pencegahan di wilayah yang memungkinkan penyakit ini muncul.
Temuan ini dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap penyakit baru yang berasal dari kelelawar.
“Data geografi dan skala luapan ini dapat digunakan untuk menargetkan program pengawasan dan pencegahan potensi munculnya kelelawar-CoV di masa depan,” tulis peneliti dalam laporan itu.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemenkes juga melaporkan kasus Covid-19 terkonfirmasi per 12 Desember 2023 mencapai 6.815.576 kasus atau bertambah sekitar 298 pasien dalam sepekan terakhir.
Baca SelengkapnyaKelompok orang yang rawan tertular cacar monyet diminta untuk sadar dalam mencegah penyakit ini.
Baca SelengkapnyaKasus cacar monyet di Indonesia saat ini mencapai 14. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2022 hanya satu kasus.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Singapura melonjak drastis. Indonesia mulai waspada.
Baca SelengkapnyaKelelawar merupakan hewan yang menjadi penyebab dari peredaran sejumlah virus yang berbahaya.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Baca Selengkapnyavirus monkeypox atau cacar monyet di Indonesia, yang sudah masuk sejak tahun 2022 silam
Baca SelengkapnyaJumlah populasi nyamuk di seluruh dunia terungkap. Angkanya begitu fantastis.
Baca SelengkapnyaKemenkes memprediksi jumlah kasus cacar monyet di Indonesia bisa mencapai 3.600 kasus dalam satu tahun.
Baca SelengkapnyaKegiatan fogging ini dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung museum di tengah tingginya kasus DBD.
Baca SelengkapnyaKemenkes merekomendasikan masyarakat untuk melengkapi vaksinasi Covid-19 di tengah kasus yang kembali melonjak.
Baca SelengkapnyaKepala sebuah klinik di Tokyo, Ando Sakuro mengatakan bahwa sepuluh orang telah teruji positif setiap hari sejak akhir Juni.
Baca Selengkapnya