Trump Dituding Minta 'Uang Keamanan' Senilai Rp 1.6 Triliun kepada Perusahaan Paling Berkuasa di Dunia
Trump mengenakan biaya sebesaar itu kepada perusahaan semikonduktor Taiwan.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dituduh mengenakan biaya sebesar USD 100 miliar (setara dengan Rp 1.642 triliun) kepada perusahaan paling berkuasa di dunia sebagai “biaya perlindungan.”
Trump merayakan investasi sebesar USD 100 miliar dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) dalam sebuah upacara mendadak di Gedung Putih, awal bulan ini.
Ia membanggakan investasi itu akan menciptakan ribuan lapangan pekerjaan bagi warga Amerika, terutama di negara bagian Arizona.
Namun, pekan ini, mantan Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou mengecam kesepakatan itu. Ia menuduh Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa ‘menjual TSMC’ kepada Trump sebagai ‘biaya perlindungan.’
Menurut Ma, kesepakatan itu sebagai ‘krisis besar keamanan nasional’ dan akan berdampak negatif pada kepercayaan rakyat China, dan posisi geopolitik Taiwan di masa mendatang.

Dilansir CNN, Jumat (14/3), ia menuduh pemerintah saat ini tunduk pada tuntutan investasi AS dengan harapan akan mendapat perlindungan, sementara mereka “terus berjuang untuk kemerdekaan Taiwan baik di luar ataupun dalam negeri.”
"Taiwan menghadapi krisis yang lebih serius. Tiga tahun setelah perang Rusia-Ukraina, situasi Ukraina menjadi jelas bagi semua orang, kini beredar rumor bahwa Amerika Serikat akan menghentikan semua bantuan militer ke Ukraina," kata dia.
Ma mengatakan ada kekhawatiran yang beralasan, bahwa pernyataan “Ukraina hari ini, adalah Taiwan besok” akan menjadi sebuah kenyataan. Di mana setelah Ukraina dikalahkan Rusia, China akan merasa berani untuk menargetkan Taiwan.
“Jangan lupa, Presiden AS Trump adalah seorang pengusaha,” jelasnya.
“Semua kepentingan didahulukan, apakah cukup menjual TSMC? Apalagi yang harus dijual setelahnya?”
Ma meminta DPP untuk melindungi TSMC karena ‘kepentingan strategis keamanan nasionalnya. Anti-China tidak dapat melindungi Taiwan.”
Partai Komunis China telah lama mengklaim Taiwan adalah bagian dari wilayahnya, mereka bertekad untuk menguasai pulau itu.
Beijing melakukan latihan militer di perairan dekat Taiwan dan menerbangkan jet tempur di wilayah itu dalam beberapa tahun terakhir.
Untuk mempertahankan kedaulatannya, Taiwan mengandalkan dukungan militer dan politik dari Amerika Serikat.Namun, retorika Trump menunjukkan bahwa dukungan tersebut tidak bisa menjamin. Ia menuduh Taiwan “mencuri” industry semikonduktor yang kini menjadi tumpuan ekonomi Taiwan dan meminta untuk “membayar’ atas perlindungan yang diberikan Amerika.
Dalam merayakan kesepakatan investasi tersebut, Trump mengatakan raksasa pembuat chip itu akan berinvestasi “setidaknya USD 100 miliar di Amerika Serikat.
Perusahaan itu akan membangun fasilitas manufaktur chip yang “canggih.”
Itu adalah janji keuangan besar terbaru oleh perusahaan swasta sejak ia kembali menjabat pada Januari.
Investasi baru Taiwan Semiconductor Manufacturing Co akan melengkapi komitmen mereka yang ada sekitar USD 65 Miliar, atau setara dengan Rp 1.070 Triliun.
Dana tersebut akan digunakan untuk membangun lima fasilitas manufaktur chip “berteknologi mutakhir,” kata Trump dalam acara Gedung Putih yang dihadiri Direktur Utama TSMC, C.C. Wei.
Reporter Magang: Devina Faliza Rey