Warga Sampai Menteri Israel Geram Lihat Warga Gaza Masih Bisa Ramai-Ramai Santai Main di Pantai di Tengah Perang
Warga dan Menteri Israel Geram Lihat Warga Gaza Masih Bisa Ramai-Ramai Main di Pantai di Tengah Perang
Netizen Israel, dari warga, jurnalis, hingga menteri kesal melihat warga Gaza bisa bermain di pantai.
Warga Sampai Menteri Israel Geram Lihat Warga Gaza Masih Bisa Ramai-Ramai Santai Main di Pantai di Tengah Perang
Saat cuaca panas menyengat di Gaza, Marah Helles, 17 tahun, bergabung dengan puluhan warga Palestina lainnya bermain di pantai untuk mencari hiburan dan mengalihkan perhatian dari kehidupan sehari-hari yang penuh kesengsaraan.
"Sebagai sebuah keluarga, datang ke pantai adalah perjalanan favorit kami (sebelum perang). Dulu saya sangat menikmati datang ke sini. Tapi sekarang, saya tidak bisa merasakan apa-apa," kata Helles kepada Middle East Eye.
Helles, seorang siswa sekolah menengah atas dari Kota Gaza, telah mengungsi berkali-kali sejak perang meletus pada 7 Oktober lalu.
Tahun lalu, Helles harus mengungsi ke Rafah dan kemudian ke Gaza tengah setelah rumahnya dibom pasukan Israel. Sekarang, dalam kondisi yang memprihatinkan, ia berlindung di sebuah sekolah yang penuh sesak di Deir al-Balah, di Gaza tengah.
Helles datang ke pantai yang tidak jauh dari tempatnya mengungsi untuk sejenak mengalihkan pikirannya dari kehancuran akibat perang Israel.
"Kami datang ke sini untuk melepaskan depresi dan kesedihan yang kami rasakan. Kami mencoba untuk menghibur diri. Kami kehilangan orang-orang yang kami cintai. Saya kehilangan paman saya," katanya.
"Saya di sini bukan untuk bersenang-senang. Saya tidak akan mendapatkan kegembiraan sampai saya kembali ke rumah saya."
Sebuah laporan yang diterbitkan Channel 13 Israel hari Rabu lalu, menunjukkan cuplikan video warga Gaza bermain, berfoto di pantai Deir al-Balah saat suhu udara mencapai 32 derajat Celcius.
Warga Israel, termasuk para jurnalis dan menteri, mengkritik cuplikan tersebut di media sosial; beberapa di antara mereka melihat cuplikan tersebut sebagai bukti perang Israel di Gaza masih jauh dari kemenangan.
Menteri Keamanan Nasional Israel sayap kanan Itamar Ben Gvir menyarankan kabinet perang Israel "dibubarkan" terutama karena melihat pemandangan warga Palestina di pantai.
Ben Gvir menulis di X, di Gaza ada "ribuan orang yang mandi di pantai", sementara di Israel utara, Hizbullah Lebanon" mengambil langkah agresif terhadap kita sehingga tentara kita terluka".
"Saatnya membongkar kabinet (perang), hentikan kebijakan inklusi dan proporsionalitas."
Dia mengatakan selama kebijakan kabinet perang saat ini terus berlanjut, "kemenangan mutlak" - yang telah menjadi slogan perang Israel - semakin "jauh dan jauh".
Jurnalis Channel 13 Almog Boker menulis dalam sebuah artikel dengan judul "kemenangan mutlak": "Gambar ini membuat badan saya sakit-sakit. Ketika pantai Zikim (di Israel selatan, dekat Gaza) ditutup karena daerah zona militer, dan kami para penduduk tidak dapat mendekatinya tanpa pengawasan militer, di sisi lain di seberang pagar, warga Gaza bermain di pantai, mandi di laut seolah-olah tidak ada perang."
Seorang komentator pro-Israel mengatakan orang-orang di Gaza yang "bermain-main dan bersenang-senang di pantai" menunjukkan gambar-gambar penderitaan Palestina adalah "omong kosong".
Yang lain mempertanyakan: "Seperti inikah yang disebut 'genosida'?"
Namun, jauh dari bermain dan bersenang-senang di pantai, warga Gaza pergi ke pantai karena mereka tidak memiliki ruang, air bersih, dan listrik untuk tetap merasa sejuk di tengah panas.
"Kami menghadapi masalah kepadatan penduduk, masalah kesehatan dan ekonomi serta kekurangan makanan, jadi pantai adalah satu-satunya tempat yang bisa kami gunakan untuk melepaskan stres yang kami alami," ujar Nahed Shabat, seorang jurnalis dan aktivis, kepada MEE.
"Orang-orang datang ke sini untuk mencurahkan kecemasan mereka kepada laut."
Shabat berasal dari Beit Hanoun di utara Gaza, namun saat ini mengungsi di Deir al-Balah.
Dia mengatakan ketika musim panas semakin dekat, tempat penampungan dan kamp-kamp darurat semakin panas. Dengan taman dan ruang terbuka lainnya di Gaza yang hancur akibat bombardir Israel, pantai adalah satu-satunya tempat yang tersisa untuk dikunjungi.
"Di sini, kami senang sekaligus sedih. Senang karena bisa beristirahat di pantai, tapi sedih karena ada martir kami yang gugur," katanya.
"Namun pada akhirnya, ini adalah tanah kami. Kami tidak akan meninggalkannya."