Aktivis masyarakat Kurdi, Osman Dursun melipat sebuah bendera Kurdi di Kantor Asosiasi Budaya Kurdi Jepang di Warabi, utara Tokyo, Jepang, pada 4 Oktober 2015. Ribuan orang etnis Kurdi terpaksa menjalani hidup terpinggirkan di tengah ketatnya aturan pencari suaka yang ditetapkan Jepang.

Diperkirakan ada 1.200 orang dari etnis Kurdi yang tinggal di Warabi dan Kawaguchi. Sebagian besar dari mereka menyandang status bebas sementara dari pusat penahanan imigran.

Dengan status bebas sementara, mereka sangat sulit mendapatkan lapangan pekerjaan.

Bahkan, akses pendidikan untuk buah hatinya pun tak ada. Mereka pun akhirnya mendirikan kelompok belajar sendiri untuk anak-anaknya.

Meski hidup terpinggirkan di negeri orang, etnis Kurdi tak pernah melupakan tradisi dan budayanya. Setiap Maret, mereka selalu berkumpul di sebuah taman di Kawaguchi untuk merayakan Newroz atau Tahun Baru Kurdi.

Sejumlah pemuda kurdi berbincang di depan gerai waralaba Seven Eleven di Warabi.

Mazlum Balibay (23) menunjukkan tato "Kurdistan" di lengan tangannya.

Sejumlah pria Kurdi menjadi pekerja kasar di Warabi.

Osman Dursun saat memberikan pendidikan bagi anak-anak Kurdi.

Cigdem Cikan (19) menimang buah hatinya, Hiwan Deniz di kediamannya.

Sejumlah anak-anak Kurdi bermain di salah satu sudut Warabi.

Sejumlah masyarakat Kurdi menghadiri pertemuan menjelang pemilihan parlemen Turki di utara Tokyo, pada 15 Oktober 2015.