Mengapa Kuntilanak Disebut Juga Pontianak? Ketahui Juga Kembarannya di Berbagai Negara
Kuntilanak merupakan salah satu hantu yang paling populer dan diketahui oleh banyak orang di Indonesia.
Kuntilanak, atau yang disebut Pontianak di beberapa wilayah seperti Kalimantan, Malaysia, dan Singapura, merupakan salah satu hantu perempuan paling terkenal di Nusantara. Sosok ini kerap muncul dalam legenda rakyat dan cerita seram di banyak negara Asia Tenggara. Penampilannya yang menyeramkan — seorang perempuan berbaju putih dengan rambut panjang terurai — serta suara tertawanya yang mengerikan, menjadi ciri khas yang dikenal luas. Namun, di berbagai wilayah, mitos dan cerita tentang kuntilanak atau pontianak memiliki variasi yang berbeda, tergantung pada budaya dan kepercayaan lokal.
Asal Usul Nama Kuntilanak dan Pontianak
Nama "kuntilanak" berasal dari bahasa Jawa, yang diartikan sebagai arwah wanita yang meninggal saat hamil atau melahirkan. Dalam mitos Jawa, kuntilanak adalah roh yang tidak tenang dan sering mencari pembalasan dendam, terutama terhadap laki-laki. Penampakannya sering kali dikaitkan dengan suara tertawa yang semakin kecil saat hantu ini mendekat, sehingga memberi kesan mengejutkan bagi mereka yang tidak siap.
-
Kenapa Pulau Kunti disebut 'Suara Kuntilanak'? Kemunculan suara mirip kuntilanak di Pulau Kunti pun benar adanya. Namun datangnya bukan dari makhluk tersebut yang sedang tertawa, melainkan dari fenomena alam benturan ombak dengan bebatuan di sana.
-
Dimana tempat penampakan Kuntilanak di Gunung Gede Pangrango? Masyarakat sekitar dan sejumlah pendaki sering melaporkan penampakan kuntilanak di sekitar gunung ini, menambahkan sentuhan magis pada pengalaman mendaki.
-
Apa arti burung hantu dalam kepercayaan Jawa? Dalam tradisi masyarakat Jawa, burung hantu sering kali dianggap sebagai lambang spiritualitas dan koneksi dengan alam gaib.
-
Siapa yang biasanya digambarkan sebagai hantu keblek? Hantu keblek sering kali dihubungkan dengan ritual pesugihan dan biasanya digambarkan sebagai burung atau hewan lainnya.
-
Kenapa orang percaya hantu? Dalam masa-masa penuh ketidakpastian banyak orang cenderung beralih pada agama, dan penelitian menunjukkan bahwa hal ini juga berlaku untuk kepercayaan paranormal. Alasannya sederhana, ketika kita merasa stres, otak kita akan mencari cara untuk memaknai dunia dan menenangkan diri. Dan jika benar, maka lonjakan konsumsi konten tentang hantu selama pandemi Covid bukanlah hal yang mengejutkan.
Sementara itu, istilah "pontianak" lebih sering digunakan di Kalimantan, Malaysia, dan Singapura. Pontianak, dalam beberapa cerita, disebut sebagai perempuan yang meninggal saat melahirkan atau sebagai roh dari wanita yang dibunuh secara kejam. Uniknya, di Kalimantan, Pontianak juga merupakan nama sebuah kota di Indonesia. Menurut legenda lokal, nama kota ini berasal dari gangguan hantu pontianak yang dulu sering muncul di wilayah tersebut sebelum kota ini didirikan. Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, pendiri kota Pontianak, konon mengusir makhluk-makhluk halus tersebut dengan menembakkan meriam ke hutan.
Mitos Kuntilanak di Jawa
Di Jawa, kuntilanak sering muncul sebagai sosok yang menghantui area yang gelap, seperti hutan atau jalanan sepi di malam hari. Masyarakat Jawa percaya bahwa kuntilanak adalah simbol kemarahan dan ketidakadilan bagi perempuan yang mengalami kematian tidak wajar, seperti akibat pembunuhan atau kekerasan. Karena itulah, kuntilanak diyakini sering mencari pembalasan dendam, terutama terhadap laki-laki yang bersikap tidak sopan atau kasar terhadap perempuan.
Kepercayaan terhadap kuntilanak di Jawa juga mencakup cara menangkal kehadirannya. Salah satu cara yang populer adalah dengan memasang paku atau jarum di tempat-tempat angker atau di boneka yang dianggap sebagai perwakilan kuntilanak. Logam, dalam kepercayaan tradisional Jawa, dianggap mampu mengusir kekuatan jahat.
Pontianak di Kalimantan dan Asosiasinya dengan Alam
Di Kalimantan, mitos pontianak juga memiliki elemen serupa dengan di Jawa, namun dengan sedikit perbedaan. Hantu ini dianggap lebih terkait dengan alam, khususnya hutan belantara yang dianggap angker. Masyarakat Dayak dan suku-suku lokal lainnya percaya bahwa pontianak sering mendiami pohon-pohon besar seperti pohon beringin atau bambu, yang dianggap sebagai rumah bagi roh-roh halus.
Di Kalimantan, pontianak juga dikaitkan dengan bencana alam atau musibah, seperti banjir atau tanah longsor. Penampakan pontianak diyakini sebagai pertanda buruk bagi penduduk sekitar, menandakan bahwa mereka harus waspada terhadap potensi bahaya yang akan datang.
Mitos Pontianak di Malaysia dan Singapura
Di Malaysia dan Singapura, pontianak juga memiliki popularitas yang serupa dengan Indonesia. Sosok ini sering digambarkan dalam film dan media populer sebagai makhluk yang menakutkan, namun latar belakang ceritanya tetap sejalan dengan mitos dasar tentang wanita yang mati saat hamil atau melahirkan.
Di Malaysia, pontianak disebut sebagai sosok yang berwajah cantik dari depan, namun memiliki lubang besar di punggungnya, menunjukkan kematian tragis yang dialaminya. Ia sering dikisahkan tinggal di pohon pisang, dan karena itulah pohon pisang di rumah sering dianggap membawa keberuntungan buruk. Dalam masyarakat Melayu, pohon pisang yang tumbuh di dekat rumah biasanya ditebang untuk menghindari gangguan pontianak.
Sementara di Singapura, mitos pontianak juga hidup dalam budaya urban modern. Meski Singapura merupakan negara yang lebih maju dan perkotaan, kisah-kisah tentang pontianak tetap hadir dalam bentuk cerita rakyat, dan bahkan menjadi subjek dalam banyak film horor lokal. Beberapa lokasi di Singapura, seperti Changi dan Bukit Timah, diyakini sebagai tempat-tempat yang angker, di mana pontianak sering muncul.
Pontianak dalam Budaya Lain
Pada sejumlah budaya lain, terdapat juga hantu wanita berambut putih dan berambut panjang seperti kuntilanak. Berikut sejumlah hantu tersebut:
La Llorona (Amerika Latin)
La Llorona adalah salah satu legenda paling terkenal di Amerika Latin, terutama di Meksiko. Sosoknya digambarkan sebagai wanita berpakaian putih yang terus menangis mencari anak-anaknya yang hilang. Menurut legenda, La Llorona adalah seorang ibu yang menenggelamkan anak-anaknya dalam sungai setelah mengalami tragedi, dan setelah menyadari kesalahannya, ia pun bunuh diri. Sebagai hukuman, arwahnya dikutuk untuk gentayangan sepanjang masa mencari anak-anaknya.
La Llorona sering dikaitkan dengan sungai dan air, dan muncul di malam hari dengan suara tangisan yang memilukan. Sama seperti kuntilanak, ia mencerminkan rasa bersalah, dendam, dan ketidakadilan dalam kematian. Legenda ini digunakan dalam masyarakat sebagai peringatan bagi anak-anak untuk tidak bermain di dekat sungai atau keluar larut malam.
Yurei (Jepang)
Di Jepang, terdapat hantu yang dikenal sebagai yurei, yang dalam banyak hal mirip dengan kuntilanak. Yurei adalah roh wanita yang meninggal dengan penuh amarah atau kesedihan, sehingga arwahnya tidak bisa tenang. Sosok yurei biasanya digambarkan sebagai wanita berpakaian kimono putih dengan rambut panjang terurai, yang menjadi ciri khas dari sosok hantu wanita Jepang.
Salah satu contoh terkenal dari yurei adalah legenda Oiwa, seorang wanita yang dikhianati oleh suaminya dan meninggal dengan tragis. Arwahnya kemudian kembali untuk menuntut balas, dan cerita ini menjadi inspirasi bagi banyak kisah hantu di Jepang. Yurei, seperti halnya kuntilanak, sering dianggap sebagai simbol ketidakadilan, di mana roh wanita yang mengalami penderitaan dalam hidup gentayangan untuk mencari keadilan.
White Lady (Eropa)
Fenomena White Lady, atau Wanita Berbaju Putih, adalah mitos yang ditemukan di banyak negara di Eropa, termasuk Inggris, Jerman, dan Portugal. Sosok White Lady biasanya dikaitkan dengan kastil tua, hutan angker, atau tempat-tempat bersejarah lainnya. Ia digambarkan sebagai wanita yang meninggal dengan tragis, sering kali karena pengkhianatan cinta atau kematian yang tidak wajar.
Di Jerman, misalnya, White Lady sering muncul sebagai tanda kematian atau bencana besar. Sementara di Inggris, sosok ini sering menghantui kastil atau rumah bangsawan yang memiliki sejarah kelam. Kesamaan dengan kuntilanak adalah penampilannya yang serba putih dan rambut panjang, serta kisah tragis yang menyertainya. Di beberapa negara, White Lady juga dianggap sebagai penjelmaan dari perempuan yang dibunuh atau menghilang secara misterius.
Cheonyeo Gwishin (Korea)
Dalam mitologi Korea, terdapat sosok hantu wanita yang disebut Cheonyeo Gwishin, yang juga digambarkan mengenakan hanbok (pakaian tradisional Korea) berwarna putih dan memiliki rambut panjang yang terurai. Cheonyeo Gwishin adalah roh wanita yang meninggal sebelum menikah, sehingga arwahnya dianggap tidak tenang. Ia sering dikaitkan dengan tempat-tempat angker seperti hutan, gunung, atau rumah kosong.
Cheonyeo Gwishin, seperti halnya kuntilanak, sering dianggap sebagai sosok yang penuh dendam dan amarah. Dalam budaya Korea, menikah adalah salah satu fase penting dalam kehidupan, sehingga wanita yang meninggal sebelum menikah dianggap tidak menyelesaikan tugas hidupnya. Arwah mereka sering digambarkan sebagai tidak bisa mencapai kedamaian, sehingga gentayangan mencari penyelesaian.
Kuntilanak dan pontianak adalah dua nama untuk hantu yang serupa, namun dengan latar belakang dan mitos yang sedikit berbeda tergantung pada daerahnya. Meski berbeda-beda, hantu perempuan ini mencerminkan ketakutan manusia terhadap kematian yang tragis dan ketidakadilan, serta menjadi bagian penting dari budaya dan cerita rakyat di Asia Tenggara. Penemuan hantu serupa di budaya lain juga menunjukkan bahwa cerita ini mungkin merupakan arketipe global tentang cara manusia menghadapi trauma dan kehilangan.