Sejarah Cendol, Minuman Asal Jawa yang Tersebar di Berbagai Negara Asia Tenggara
Asal-usul sejarah cendol kerap menjadi perdebatan karena bisa ditemukan di hampir seluruh negara Asia Tenggara.
Perdebatan mengenai klaim warisan budaya di antara negara-negara Asia Tenggara tampaknya masih menarik perhatian publik. Baru-baru ini, warganet di kawasan tersebut memperbincangkan asal-usul cendol. Salah satu pengguna akun X, yang diduga berasal dari Malaysia, menulis, "Ini dan banyak bukti lainnya menunjukkan bahwa negara-negara Asia Tenggara memiliki keterkaitan dan berbagi banyak budaya serta adat yang serupa. Ini bukanlah milik eksklusif satu negara saja," sambil membagikan gambar berbagai versi cendol dari negara-negara di Asia Tenggara.
Meskipun namanya berbeda-beda, seperti cendol, chendol, nom lort, lot chong, dan mont let saung, penampilannya hampir serupa. Menanggapi hal ini, beberapa warganet Indonesia mengakui keberadaan berbagai versi cendol tersebut. Namun, salah satu dari mereka berpendapat, "Tapi jika berbicara tentang asal-usul, itu berbeda. Cendol berasal dari Indonesia, kemudian menyebar dan diadaptasi oleh berbagai negara di Asia Tenggara."
-
Dari mana asal dawet? Dawet berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia.
-
Apa bahan utama dari cendol? Bahan utama dalam pembuatan cendol adalah tepung hunkwe atau tepung kacang hijau.
-
Dimana rendang berasal? Lord Adi, nama yang akrab di telinga para penonton MasterChef Indonesia, adalah panggilan yang diberikan kepada Suhaidi Jamaan, seorang peserta dari MasterChef Indonesia Season 8. Pria asal Sumatra Barat ini menjadi favorit pemirsa berkat kepribadiannya yang karismatik, keahlian memasak, dan kecintaannya pada masakan tradisional Indonesia, terutama masakan Padang.
-
Makanan khas apa yang terkenal di Jawa Barat? Jawa Barat terkenal dengan makanan-makanannya yang memiliki cita rasa pedas gurih.
Banyak di antara mereka yang mendukung argumen ini dengan merujuk pada dokumenter CNA mengenai asal-usul cendol. Menurut informasi dari outlet tersebu, cendol pertama kali disebut dalam naskah Kresnayana yang berasal dari Kerajaan Kediri pada abad ke-12 di Jawa. "Nama Jawa untuk cendol adalah dawet," tulis SEA Mashable. Dawet disajikan sebagai minuman, bukan es serut, dan memiliki jeli beras hijau sebagai ciri khas. Dalam tradisi Jawa, minuman ini memiliki peran penting dalam pernikahan melalui upacara Dodol Dawet. Tradisi ini dilakukan sehari sebelum pernikahan, di mana orangtua mempelai perempuan menjual dawet kepada tamu dan kerabat. Para tamu kemudian membayar orangtua calon pengantin dengan koin terakota, yang melambangkan pendapatan bagi keluarga.
Cendol di Semenanjung Malaya
Di masyarakat, terdapat kepercayaan bahwa semakin banyak dawet yang terjual, semakin banyak pula tamu yang datang ke acara pernikahan. Istilah "cendol" pertama kali muncul pada tahun 1932 dalam Proyek Konkordansi Melayu, yang mencatat daftar makanan di Kuala Lumpur pada masa itu. Saat ini, berkat hubungan budaya, sejarah, dan warisan antara Malaysia dan Indonesia, muncul keyakinan bahwa istilah cendol berasal dari kata "jendol" dalam bahasa Indonesia, yang berarti "menonjol" atau "bengkak."
Istilah jendol merujuk pada jeli hijau yang cenderung membesar ketika terkena cairan. Kolonialisasi Inggris diyakini telah memperkenalkan cendol di Malaysia dengan tambahan es serut. Mereka tiba di pelabuhan-pelabuhan Malaysia dengan membawa es berkat penemuan teknologi kapal berpendingin.
Bahkan, pada pertengahan abad ke-19, sudah ada kapal kargo berpendingin yang beroperasi. Oleh karena itu, para sejarawan percaya bahwa penduduk di kota-kota pelabuhan Malaysia, seperti Melaka dan Penang, memiliki akses terhadap es dan memanfaatkannya untuk bereksperimen dengan hidangan penutup mereka.
Cendol Bisa Ditemukan di Seluruh Asia Tenggara
Es cendol, yang memiliki berbagai variasi dan nama, kini dinikmati di sepuluh negara di Asia Tenggara. Negara-negara tersebut meliputi Vietnam, Kamboja, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei, dan bahkan hingga Timor Leste.
"Tidak ada cara baku untuk menikmati cendol. Anda bisa meminumnya dari gelas dengan sedotan atau menyantapnya dalam mangkuk. Pilihan ada di tangan Anda," demikian bunyi publikasi tersebut.
Cendol bukanlah makanan penutup yang baru diperdebatkan di antara negara-negara Asia Tenggara. Pada tahun 2018, CNN merilis daftar 50 Makanan Penutup Terbaik di Dunia, dan cendol termasuk di dalamnya, meskipun Singapura disebut sebagai negara asalnya. Hal ini tidak mengherankan karena daftar tersebut memicu perdebatan antara warganet Malaysia, Indonesia, dan Singapura.
CNN menjelaskan bahwa es cendol terbuat dari santan yang disajikan dengan sirup gula aren serta jeli hijau rasa pandan yang terbuat dari tepung ketan. Meskipun disebut berasal dari Singapura, CNN juga mencatat bahwa cendol dapat ditemukan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Mereka memilih versi Singapura yang ditambahkan isian kacang merah. Namun, warga Malaysia berpendapat bahwa cendol di negara mereka juga menggunakan kacang merah. Perdebatan semakin memanas ketika banyak warganet Indonesia mengklaim bahwa cendol adalah sajian tradisional yang berasal dari Nusantara.
Asal-usul cendol
Lima tahun kemudian, perdebatan mengenai asal-usul cendol masih menjadi topik hangat. Dalam konteks ini, Ming Tang, melalui program Food Fight di CNA Insider Singapura, melakukan penelusuran mengenai asal cendol di tiga negara. Pertama, ia mengunjungi Malaysia, khususnya Kota Melaka yang terkenal dengan cendolnya.
Cendol di daerah ini menggunakan gula aren yang dikenal sebagai gula Melaka. Di sana, Ming mencicipi cendol di Madam Kiow Cendol, sebuah tempat yang telah menjadi ikon Melaka dan telah beroperasi selama dua generasi. Ia juga bertemu dengan pakar kuliner Ivan Brehm, yang menjelaskan bahwa cendol terinspirasi dari hidangan khas Persia bernama Faloodeh yang ada sejak abad ke-18 hingga ke-19.
Selanjutnya, cendol diperkenalkan di India dan dinamakan Falooda. Pada abad ke-20, Falooda dibawa ke Malaysia dan diubah menjadi cendol. Ivan meyakini bahwa asal cendol adalah dari India. Namun, pencarian Ming tidak berhenti di situ. Ia melanjutkan perjalanan ke Indonesia, tepatnya Jakarta, untuk bertemu dengan pakar kuliner senior, Chef William Wongso.
Chef William menjelaskan bahwa di Indonesia, cendol memiliki "saudara kembar" bernama dawet. Dawet dianggap sebagai cikal bakal cendol di Indonesia karena telah ada sejak 300 hingga 400 tahun lalu. Perjalanan Ming dalam mencari asal-usul cendol berakhir di Singapura. Ia mengunjungi kedai Geylang Serai Cendol, yang dikenal sebagai kedai tertua di Singapura. Ketika ditanya tentang apakah cendol berasal dari Singapura, pemilik kedai, Rezal Ahmad Yunos, meragukan hal tersebut. Menurutnya, cendol sebenarnya berasal dari Pulau Jawa di Indonesia.