Sejarah Kuliner Soto Favorit Jokowi, Berakar dari Cina Kini Jadi Ikon Kuliner Indonesia
Sejarah soto yang jadi makanan favorit Jokowi, ternyata dulunya berasal dari Cina.
Pada akhir pekan usai masa jabatannya, Presiden ke-7 RI Joko Widodo bersama sang istri, Iriana, terlihat sarapan santai di sebuah warung soto legendaris di Solo, yakni Soto Triwindu. Berlokasi di Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Soto Triwindu menjadi pilihan Jokowi untuk bernostalgia.
Dengan setelan sederhana—kaus lengan panjang putih dan celana hitam—Jokowi duduk bersama Iriana yang mengenakan busana warna cokelat senada dengan jilbabnya. Sambil menikmati soto favoritnya, Jokowi berkata, “Ya, udah lama enggak ke sini.”
-
Apa yang membuat soto sangat disukai di Indonesia? Penggunaan santan, koyah, tauge, bihun, bawang goreng, kentang, dan berbagai bahan lainnya bervariasi di setiap daerah, mencerminkan keberagaman selera lokal. Perbedaan inilah yang membuat soto sangat disukai oleh berbagai kalangan di seluruh Indonesia.
-
Kenapa soto menjadi bagian penting dari kuliner Indonesia? Sebagai bukti adopsi yang luas, soto tidak lagi sekadar makanan China yang diintegrasikan ke dalam budaya Indonesia. Soto telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Indonesia yang kaya dan beragam.
-
Kenapa Soto Gading jadi favorit Jokowi? Soto ayam menjadi salah satu menu makanan favorit Presiden Jokowi. Soto Gading yang khas dari Solo merupakan soto yang paling menggugah selera Jokowi. Soto ini sering dikunjungi Jokowi bersama keluarga.
-
Makanan favorit Jokowi? “Saya belum pernah (selama) melayani bapak (menyediakan makanan) dikomplain, dimarahin, belum pernah. Alhamdulillah, saya bisa layani bapak dengan baik,“ kata Tri, melansir kanal Youtube Presiden Joko Widodo. “Kali ini, saya mengajak Anda semua menengok dapur saya. Maksud saya, dapur tempat mengolah makanan dan minuman di kediaman saya. Tentu atas seizin Bapak Tri Supriharjo, sang juru masak. Ia telah bersama saya sejak tahun 2013. Pak Tri begitu paham selera makan saya. Ia juga tahu benar takaran dan racikan ramuan jamu untuk saya,“ kata Jokowi.
-
Kenapa soto daging populer di Indonesia? Soto daging adalah salah satu kuliner khas Indonesia yang sangat disukai oleh banyak orang. Kelezatan kuah yang kaya rasa dan daging yang lembut menjadikan soto daging ini menjadi hidangan favorit di berbagai kalangan.
-
Bagaimana soto berkembang di Indonesia? Meskipun awalnya dianggap sebagai adaptasi dari sup jeroan China, perkembangan soto di Indonesia telah melibatkan pengambilan dan penyesuaian dengan lidah setiap daerah.
Soto Triwindu bukanlah tempat baru bagi Jokowi. Tempat ini telah menjadi langganannya sejak lama, bahkan sebelum menjabat sebagai Presiden Indonesia. Dalam pernyataannya, Jokowi mengenang bagaimana ia dulu sering berkunjung ke warung ini sebelum kesibukannya sebagai kepala negara membuat waktu kunjungannya semakin terbatas. “Dulu sering, dulu masih sering, sekarang udah lama sekali,” tuturnya.
Pemilik Soto Triwindu, Sri Suwarni, mengungkapkan bahwa Jokowi biasanya memesan soto daging dan tempe kering sebagai lauk favoritnya. “Dari dulu suka sekali soto kami, biasanya soto daging, kami hanya spesial satu ya, soto daging terus biasanya pakai tempe garing kesukaan Bapak itu,” ujar Sri.
Menurutnya, kedatangan Jokowi ke warungnya berdampak positif, membuat semakin banyak pengunjung yang penasaran untuk mencoba Soto Triwindu. “Sejak di mebel, Bapak sudah langganan di sini. Bapak dari dulu juga begitu tidak ada bedanya. Soto saya tambah ramai mestinya,” tambah Sri.
Jejak Sejarah Soto dari Caudo hingga Jadi Soto Ayam Nusantara
Menu baik soto ayam ataupun soto daging, yang kini menjadi simbol kuliner Indonesia, ternyata memiliki akar sejarah yang panjang dan menarik. Berdasarkan catatan Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia, asal-usul soto dapat ditelusuri dari hidangan Cina bernama caudo atau jao to.
Hidangan ini populer di Semarang pada abad ke-19, di mana dalam dialek Hokkian caudo berarti 'jeroan berempah'. Jeroan merupakan bahan utama yang membuat hidangan ini digemari sebagai makanan berkuah kaya rempah.
Seiring waktu, caudo mengalami proses adaptasi di Indonesia hingga menjadi soto yang kita kenal sekarang. Salah satu antropolog dari Universitas Gadjah Mada, Lono Simatupang, menambahkan bahwa soto berasal dari makanan Hokkian bernama cau do atau jao to. Pengaruh budaya Tionghoa masih terlihat dalam penggunaan mi, bihun, bawang putih goreng, dan tauco dalam beberapa varian soto yang ada hingga kini.
Selain itu, masyarakat lokal mengubah bahan-bahan dasar soto agar lebih sesuai dengan cita rasa dan ketersediaan bahan di Nusantara. Misalnya, penggunaan daging babi pada caudo digantikan dengan daging ayam atau sapi untuk menyesuaikan mayoritas penduduk Muslim di Indonesia. Soto akhirnya menjadi makanan yang merakyat dan dinikmati oleh berbagai kalangan, mulai dari kelas menengah ke bawah hingga ke atas.
Ragam Variasi Soto Ayam di Berbagai Daerah
Soto ayam di Indonesia memiliki beragam variasi, mencerminkan kekayaan budaya lokal yang tersebar di Nusantara. Setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing dalam penyajian soto ayam, berikut beberapa di antaranya:
- Soto Ayam Lamongan: Berasal dari Jawa Timur, soto ini dikenal dengan kuahnya yang kuning gurih. Dilengkapi koya, bubuk dari campuran kerupuk udang dan bawang putih, soto Lamongan memiliki rasa dan tekstur yang unik.
- Soto Ayam Kudus: Kuah soto ini lebih bening dan biasanya menggunakan daging kerbau atau ayam sebagai pengganti daging sapi, sebagai bentuk penghormatan terhadap umat Hindu yang menganggap sapi sebagai hewan suci.
- Soto Ayam Banjar: Soto khas Kalimantan Selatan ini memiliki kuah bening tanpa kunyit. Hidangan ini disajikan dengan lontong, perkedel, dan telur, serta sambal khas Banjar.
- Soto Medan: Soto dari Sumatra Utara ini kental dengan aroma rempah kapulaga. Kuahnya berwarna kuning dan kental, mirip dengan soto Betawi karena pengaruh budaya India.
- Soto Bandung: Unik dengan lobak putih dalam kuah beningnya, soto ini disajikan dengan kedelai goreng sebagai taburan, memberikan sensasi renyah.
- Soto Ayam Madura: Soto ini hadir dengan kuah bening yang gurih, biasanya disajikan dengan potongan daging ayam, telur rebus, dan kentang.
Keberagaman soto ayam di seluruh Nusantara mencerminkan kemampuan masyarakat Indonesia untuk mengadaptasi hidangan dari berbagai budaya dan membuatnya menjadi ikon kuliner nasional. Keberadaan soto dalam banyak varian menunjukkan bagaimana soto telah menjadi bagian penting dari kehidupan kuliner masyarakat di berbagai daerah.
Soto Sebagai Simbol Keberagaman dan Identitas Nusantara
Soto bukan hanya sekadar hidangan berkuah lezat, tetapi juga simbol identitas budaya yang mencerminkan keberagaman Indonesia. Dengan sejarah yang berakar dari pengaruh Tionghoa, soto kemudian bertransformasi menjadi kuliner Nusantara melalui proses akulturasi yang panjang dan kaya.
Setiap daerah di Indonesia memiliki variasi soto yang unik, menunjukkan kearifan lokal dalam penggunaan bahan dan bumbu khas setempat. Kehadiran soto yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia ini menjadi bukti kuatnya integrasi budaya dan harmonisasi antartradisi.
Soto Ayam Mendunia: Kebanggaan Kuliner Indonesia
Soto ayam telah mendapatkan pengakuan internasional. CNN bahkan memasukkan soto ayam ke dalam daftar 20 sup terbaik di dunia, menggambarkannya sebagai hidangan Indonesia yang kaya dengan kombinasi rempah-rempah seperti kunyit, adas, kayu manis, serai, dan daun jeruk.
Pengakuan ini membuktikan bahwa soto ayam tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga diapresiasi di luar negeri, seperti di Malaysia, Singapura, dan Suriname, berkat diaspora Jawa. Popularitas soto ayam di dunia internasional menjadikannya simbol dari keanekaragaman kuliner Indonesia yang layak dibanggakan.
Dengan rasa yang kaya dan beragam, soto ayam menjadi bukti nyata bahwa satu hidangan sederhana dapat melintasi batasan budaya dan menyatukan masyarakat dalam satu mangkuk yang sarat akan cita rasa dan kenangan.
Sejarah soto ayam, mulai dari asalnya yang sederhana hingga menjadi favorit presiden, mencerminkan perjalanan panjang yang telah mengakar dalam tradisi kuliner Nusantara.