Asal-Usul Rabu Wekasan, Amalan, dan Mitosnya
Tujuan dari Rabu Wekasan adalah untuk menolak bencana, atau dalam bahasa Jawa disebut "Tolak Balak," juga menjadi wujud rasa syukur.
Asal-Usul Rabu Wekasan, Amalan, dan Mitosnya
Asal-Usul Rabu Wekasan
Pemerintah Kabupaten Gresik menjelaskan bahwa Rabu Wekasan adalah hari yang dipandang sebagai momen kedatangan 320.000 sumber penyakit dan 320.000 bencana. Upacara yang dilaksanakan pada hari ini memiliki sifat Tolak Bala, yang berarti mereka berusaha untuk menolak malapetaka.
Tradisi ini sangat erat kaitannya dengan aspek religius, terutama Islam, dan sudah tersebar luas di wilayah Jawa, khususnya di pantai utara atau Pantura. Tujuan dari peringatan Rabu Wekasan adalah untuk menolak bencana, atau dalam bahasa Jawa disebut "Tolak Balak," juga menjadi wujud rasa syukur.
Bencana di Bulan Safar.
Banyaknya bencana yang terjadi pada bulan Safar, khususnya pada Rabu minggu terakhir. Orang Arab jahiliyah percaya bahwa bulan Safar adalah saat Allah menurunkan kemarahan dan hukuman ke dunia.
-
Dimana ragam ritual Rabu Wekasan? Misalnya, di Bantul biasanya membuat lemper raksasa untuk dibagikan, di Banyuwangi melakukan tradisi petik laut, atau di Banten yang melaksanakan salat khusus di pagi hari pada Rabu terakhir bulan Safar.
-
Apa itu Rabu Wekasan? Rabu Wekasan sendiri memiliki arti Rabu terakhir, yang merupakan sebuah prosesi ritual yang dilaksanakan setiap tahun pada malam Rabu di Bulan Safar dalam penanggalan hijriyah. Tradisi ini adalah ritual upacara doa memanjatkan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
-
Kenapa masyarakat percaya Rabu Wekasan sebagai hari sial? Dalam masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, menganggap bahwa bulan Safar adalah bulan Tasa’um atau kesialan. Di hari ini, sebagian umat Muslim menunaikan ibadah sholat dan amalan tertentu untuk menolak bala.
-
Bagaimana doa Rabu Wekasan? Berikut doa Rabu Wekasan bulan Safar yang bisa diamalkan:Allahummaftah lana abwabal khair, wa abwabal barakah, wa abwaban ni‘mah, wa abwabar rizqi, wa abwabal quwwah, wa abwabas shihhah, wa abwabas salamah, wa abwabal ‘afiyah, wa abwabal jannah.
-
Bagaimana cara melakukan sholat Rabu Wekasan? Tata cara sholat Rebo Wekasan adalah sebagai berikut: 1. Niat sholat sunnah mutlak dua rakaat.Ushalli sunnatan rak’ataini lillahi ta’alaArtinya,' Saya niat sholat sunnah dua rakaat karena Allah ta’ala'2. Setelah itu, membaca surat al-Fatihah, kemudian dilanjut baca surat Al-Kautsar 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali, Al-Falaq, dan An Nas sekali setiap rakaat.3. Lakukan sholat sebagaimana biasanya dua rakaat.4. Setelah salam, dilanjutkan membaca doa.5. Sholat sunnah mutlak ini dilakukan sebanyak dua kali.
Buku berjudul Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah karya Ida Fitri Shohibah.
Amalan Rabu Wekasan
1. Sholat Rebu Wekasan
Sholat Rebu Wekasan, sebagaimana dijelaskan dalam Buku Induk Fisik Islam Nusantara oleh K.H. Imaduddin Utsman al-Bantanie, merupakan sebuah amalan yang dapat dilakukan pada malam Rabu atau pagi harinya.
Sholat ini terdiri dari empat rakaat dengan dua kali salam. Selama melaksanakan sholat ini, umat Islam membaca surat Al-Fatihah di setiap rakaatnya, diikuti dengan membaca surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali, surat Al-Ikhlas 5 kali, serta surat Al-Falaq dan An-Nas masing-masing sekali.
Penting untuk diingat, sholat Rebo Wekasan tidak boleh diniatkan secara khusus, melainkan dapat diniatkan sebagai sholat hajat untuk memohon perlindungan dari Allah terhadap bencana.
2. Berdoa
Setelah menyelesaikan sholat Rebu Wekasan, umat Muslim dapat membaca doa khusus. Doa ini mengandung permohonan kepada Allah untuk melindungi dari malapetaka dan mendatangkan keberkahan.
Doa ini juga mencerminkan rasa ketergantungan kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa dan Penyayang. Doa ini adalah bagian penting dari amalan Rabu Wekasan dan menjadi wujud dari pengabdian spiritual yang mendalam.
3. Sedekah
Pada perayaan Rabu Wekasan, masyarakat Jawa tradisional seringkali memperbanyak amalan sedekah. Tindakan ini mencerminkan semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama.
Selain itu, mereka juga menggelar selamatan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar sebagai upaya untuk menghindari malapetaka.
Sedekah dan selamatan ini menjadi wujud nyata dari penghormatan terhadap tradisi dan kepercayaan spiritual yang diyakini oleh masyarakat Jawa dalam rangka menjaga kesejahteraan dan keselamatan.
Mitos Rabu Wekasan
1. Larangan Menikah
Salah satu mitos yang berkembang di masyarakat Indonesia tentang Rebo Wekasan adalah larangan menikah pada hari ini. Banyak yang meyakini bahwa melangsungkan pernikahan saat Rebo Wekasan dapat membawa akibat buruk.
Konon, pasangan yang menikah pada hari ini akan menghadapi kesulitan dan risiko perceraian. Mitos ini menciptakan keyakinan bahwa Rebo Wekasan bukanlah waktu yang baik untuk memulai ikatan pernikahan.
2. Dilarang Keluar Rumah
Mitos lain yang dianut masyarakat adalah larangan keluar rumah saat Rebo Wekasan. Diyakini bahwa pergi ke luar rumah pada hari ini dapat mendatangkan musibah, termasuk kecelakaan.
Oleh karena itu, pada malam Rebo Wekasan, disarankan untuk tetap berada di dalam rumah dan menghabiskan waktu dengan berdoa kepada Allah SWT. Mitos ini mencerminkan kewaspadaan terhadap potensi bahaya pada hari tersebut.
3. Bisa Mendatangkan Musibah
Dalam tradisi kepercayaan masyarakat Arab kuni, Rebo Wekasan dianggap sebagai hari di mana bala musibah diturunkan untuk satu tahun ke depan.
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk mengingat Allah dan banyak beristighfar (memohon ampunan) pada hari ini. Selain itu, pergi ke tempat yang jauh pada Rebo Wekasan dihindari, kecuali jika ada keperluan mendesak.
Mitos ini mencerminkan penghormatan terhadap kekuatan spiritual dan perhatian terhadap tindakan yang dapat membawa berkah dan keselamatan.