Hukum Rebo Wekasan Menurut Islam, Penting Diketahui Umat Musim
Penting bagi umat muslim memahami pandangan hukum Rebo Wekasan menurut islam.
Hukum Rebo Wekasan menurut Islam seringkali jadi pertanyaan bagi sejumlah umat muslim. Sebagian dari Anda mungkin tidak asing dengan tradisi Rebo Wekasan. Khususnya bagi masyarakat muslim di Jawa, tradisi ini sering kali dilakukan untuk memohon perlindungan kepada Allah dari bahaya.
Tradisi ini dilakukan melalui amalan-amalan tertentu yang dianjurkan. Mulai dari amalan dzikir, sholat sunnah, hingga sederkah. Namun, bagaimana hukum Rebo Wekasan menurut Islam. Berikut, kami rangkum penjelasan hukum Rebo Wekasan menurut Islam dan penjelasan lainnya, penting untuk diketahui.
-
Kenapa Rebo Wekasan diyakini sebagai hari turunnya musibah? Rebo Wekasan juga disebut sebagai hari diturunkannya bala musibah. Maka dari itu, seseorang dianjurkan untuk memperbanyak zikir dan berdoa.
-
Apa arti penting Ramadan? Ramadan mengajarkan kita untuk bersabar, bersyukur, dan berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.
-
Apa itu Rebo Wekasan? Tradisi ini sebenarnya telah lama menjadi bagian dari budaya religiositas dari masyarakat di wilayah Pulau Jawa untuk memperingati hari Rabu terakhir di bulan Safar.
-
Apa makna Rebo Wekasan? Mbah Moen menjelaskan bahwa nama Rebo Wekasan berasal dari bulan Safar, yang dalam bahasa Arab berarti kuning. Menurut pandangan orang Arab, sesuatu yang berwarna kuning dianggap pucat. 'Pucat itu identik dengan kekosongan. Dalam bahasa Arab, kata shifrun berarti kosong. Jadi, bulan Safar seolah-olah menggambarkan bulan yang kosong. Seolah-olah Allah menciptakan bumi pada bulan Safar,' ungkap Mbah Moen.
-
Apa saja tradisi Rebo Wekasan di berbagai daerah? Misalnya, di Bantul biasanya membuat lemper raksasa untuk dibagikan, di Banyuwangi melakukan tradisi petik laut, atau di Banten yang melaksanakan salat khusus di pagi hari pada Rabu terakhir bulan Safar.
-
Kenapa doa Rabu Wekasan penting? Membaca doa Rabu Wekasan di bulan Safar dianggap penting karena diyakini sebagai upaya untuk meminta keselamatan dan keberkahan dari Allah.
Mengenal Rebo Wekasan
Sebelum dijelaskan hukum rebo wekasan menurut Islam, perlu dipahami apa yang dimaksud dengan rebo wekasan. Rebo Wekasan adalah istilah dalam tradisi Jawa yang merujuk pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah. "Rebo" berarti Rabu, sementara "Wekasan" berasal dari kata "wekasan" yang berarti akhir. Jadi, Rebo Wekasan secara harfiah berarti "Rabu terakhir."
Rebo Wekasan diyakini sebagai hari yang penuh bala' atau bencana menurut tradisi kepercayaan masyarakat tertentu, khususnya di Jawa. Beberapa masyarakat percaya bahwa pada hari ini banyak bencana atau musibah diturunkan ke bumi, sehingga mereka melakukan berbagai upaya untuk menolak bala.
Beberapa tradisi dan amalan yang dilakukan pada Rebo Wekasan meliputi:
- Doa dan Zikir: Mengadakan doa bersama, membaca zikir, dan shalawat untuk meminta perlindungan dari Allah SWT.
- Mandi Safar: Sebagian masyarakat melakukan ritual mandi besar (mandi Safar) yang diyakini dapat membersihkan diri dari segala keburukan.
- Sedekah: Ada yang memberikan sedekah atau melakukan kegiatan sosial sebagai bentuk tolak bala.
- Menghindari Aktivitas Penting: Sebagian orang memilih untuk tidak melakukan aktivitas penting seperti bepergian jauh atau memulai usaha baru pada hari ini.
Perlu dicatat bahwa keyakinan dan praktik terkait Rebo Wekasan ini lebih bersifat tradisi budaya dan tidak ada dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Banyak ulama yang berpendapat bahwa tidak ada dalil yang sahih dalam Islam yang menetapkan hari Rebo Wekasan sebagai hari khusus untuk tolak bala. Oleh karena itu, sebagian orang juga melihat Rebo Wekasan lebih sebagai bagian dari budaya lokal daripada ajaran agama.
Hukum Rebo Wekasan
Setelah mengetahui pengertian dan tradisi rebo wekasan, berikutnya dijelaskan hukum Rebo Wekasan menurut Islam. Salah satu amalan yang sering dilakukan dalam tradisi ini adalah sholat Rebo Wekasan.
Sholat Rebo Wekasan adalah sholat sunnah yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar. Dalam hukum Islam, keabsahan sholat ini masih diperdebatan di kalangan ulama. Sebagian ulama seperti Syekh Nawawi al-Bantani menganggapnya baik sebagai bentuk permohonan perlindungan kepada Allah dari keburukan dan bencana, terutama di akhir bulan Safar, yang diyakini sebagai waktu rawan.
Namun, beberapa ulama lain berpendapat bahwa sholat ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam syariat. Mereka berargumen bahwa praktik ini lebih bersifat adat daripada ibadah yang diperintahkan. Dilansir dari nu.online, Ada pula yang menyebut menjalankan shalat Rebo Wekasan termasuk haram seperti yang ditetapkan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.
Pandangan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari tersebut didasarkan pada hadits sahih yang hanya berlaku untuk shalat-shalat yang disyariatkan, tidak termasuk shalat Rebo Wekasan.
“Tidak boleh berfatwa, mengajak dan melakukan shalat Rebo Wekasan dan shalat hadiah yang disebutkan dalam pertanyaan, karena dua shalat tersebut tidak ada dasarnya dalam syariat. Tendensinya adalah bahwa kitab-kitab yang bisa dibuat pijakan tidak menyebutkannya, seperti kitab al-Taqrib, al-Minhaj al-Qawim, Fath al-Mu’in, al-Tahrir dan kitab seatasnya seperti al-Nihayah, al-Muhadzab dan Ihya’ Ulum al-Din. Semua kitab-kitab tersebut tidak ada yang menyebutkannya. Bagi siapapun tidak boleh berdalih kebolehan melakukan kedua shalat tersebut dengan hadits shahih bahwa Nabi bersabda, shalat adalah sebaik-baiknya tempat, perbanyaklah atau sedikitkanlah, karena sesungguhnya hadits tersebut hanya mengarah kepada shalat-shalat yang disyariatkan.” (KH. Hasyim Asy’ari sebagaimana dikutip kumpulan Hasil Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum Rebo Wekasan cenderung mengarah pada tradisi yang dilakukan masyarakat muslim. Tidak ada hukum dasar yang kuat dalam syariat Islam, mengenai berbagai amalan yang dilakukan di Rebo Wekasan.
Dengan begitu, pandangan ini kembali pada masing-masing individu dalam memaknainya. Hal yang pasti, umat muslim bisa memohon perlindungan dari bahaya kepada Allah kapan saja, tanpa mengenal waktu-waktu tertentu.
Cara Memohon Perlindungan yang Dianjurkan
Setelah menyimak hukum Rebo Wekasan menurut Islam, terakhir dijelaskan cara memohon perlindungan yang dianjurkan dalam Islam. Cara berikut bisa dilakukan sebagai amalan harian, tanpa mengenal waktu tertentu.
Sebab, pada dasarnya penting bagi umat muslim untuk selalu memohon perlindungan dan pertolongan Allah setiap saat. Berikut cara memohon perlindungan dari bahaya yang bisa diamalkan:
1. Membaca Doa Perlindungan
Terdapat beberapa doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk memohon perlindungan dari bahaya dan kejahatan. Beberapa di antaranya adalah:
“Allahumma inni a’udzu bika min zawali ni’matik, wa tahawwuli ‘afiyatik, wa fuja’ati niqmatik, wa jamii’i sakhatik.” (Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, dari berubahnya kesejahteraan-Mu, dari datangnya siksaan-Mu secara mendadak, dan dari segala kemurkaan-Mu.”)
“Allahumma inni a’udzu bika minasy-syaithanir rajiim, wa min kulli hamazaatihi wa nafakhihi wa nafthihi.” (Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan yang terkutuk, dari segala godaan, bisikan, dan hembusannya.”)
2. Membaca Ayat-Ayat Al-Qur'an
Beberapa ayat dalam Al-Qur'an juga dianjurkan untuk dibaca sebagai perlindungan:
Surah Al-Falaq (QS. 113) dan Surah An-Nas (QS. 114): Kedua surah ini dikenal sebagai "Mu'awwidzatain" (dua surah perlindungan) yang sering dibaca untuk memohon perlindungan dari berbagai keburukan dan kejahatan.
Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255): Ayat Kursi sangat dianjurkan untuk dibaca setiap pagi dan malam serta sebelum tidur. Ayat ini diyakini dapat melindungi dari gangguan setan dan bahaya.
Surah Al-Ikhlas (QS. 112): Surah ini juga dianjurkan dibaca bersama dengan Al-Falaq dan An-Nas.
3. Rutin Berdzikir
Salah satu cara memohon perlindungan yaitu dengan rutin membaca dzikir. Bacaan dzikir bisa diamalkan kapan saja di waktu senggang atau bisa juga dibaca setelah selesai sholat di pagi hari maupun petang.
4. Berlindung dengan Shalat dan Sedekah
Sholat Sunnah: Memperbanyak sholat sunnah, terutama shalat malam (qiyamul lail), shalat Dhuha, dan shalat hajat untuk memohon perlindungan dari Allah.
Sedekah: Sedekah diyakini dapat menjadi sarana untuk menolak bala atau bencana. Memberikan sedekah sebagai bentuk syukur dan memohon perlindungan dari Allah adalah amalan yang sangat dianjurkan.
5. Menghindari Tempat-Tempat Berbahaya dan Perbuatan Dosa
Islam juga mengajarkan untuk menghindari tempat-tempat yang berbahaya dan menghindari perbuatan dosa yang dapat mendatangkan murka Allah. Ini adalah bentuk ikhtiar dalam menjaga diri dari bahaya.
6. Bertawakkal kepada Allah
Setelah melakukan berbagai usaha dan doa, bertawakkal atau berserah diri sepenuhnya kepada Allah adalah hal penting. Percayalah bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya, dan hanya Dia yang dapat memberikan perlindungan.