Mitos Rebo Wekasan di Kalangan Masyarakat, Banyak Dipercaya
Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar, di mana banyak mitos yang berkembang tentangnya.
Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar, di mana banyak mitos yang berkembang tentangnya.
Mitos Rebo Wekasan di Kalangan Masyarakat, Banyak Dipercaya
Ada begitu banyak tradisi dan mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat Indonesia. Salah satunya yakni mitos tentang Rebo Wekasan. Rebo Wekasan menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat di beberapa daerah di Indonesia.
Tradisi Rebo Wekasan sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Banten. Rebo Wekasan sendiri merupakan Rabu terakhir di bulan Safar atau Shafar. Ya, tradisi Rebo Wekasan sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lainnya. Umumnya, tradisi ini dilakukan dengan menjalani sholat dan berdoa. Masyarakat yang melakukan sholat ini memohon keselamatan dari berbagai bencana dan juga penyakit. Bagi sebagian orang, Rebo Wekasan dianggap sebagai hari keramat dan menakutkan. Pasalnya mereka meyakini bahwa pada hari itu akan ada bencana yang datang. Tak heran banyak beberapa mitos yang juga dipercaya masyarakat pada saat Rebo Wekasan berlangsung.
Sebagian besar mitos ini mengenai larangan-larangan selama Rebo Wekasan. Lebih jelasnya, berikut pengertian Rebo Weksan, macam-macam ritualnya, dan mitos Rebo Wekasan yang paling populer dilansir dari berbagai sumber.
Mengenal Apa Itu Rebo Wekasan
Rebo dalam bahasa Jawa adalah hari Rabu, sedangkan Wekasan adalah pungkasan atau terakhir. Sementara itu, bulan Safar merupakan bulan kedua dalam penanggalan tahun hijriyah Islam.Dalam masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, menganggap bahwa bulan Safar adalah bulan Tasa’um atau kesialan. Sampai saat ini, masih ada sebagian umat muslim yang meyakini anggapan tersebut, khususnya masyarakat Jawa. Untuk menghindari kesialan di hari ini, biasanya sebagian masyarakat melakukan beberapa ritual. Rebo Wekasan adalah salah satu tradisi budaya di Indonesia yang sampai saat ini masih lestari. Rebo Wekasan sendiri memiliki arti Rabu terakhir, yang merupakan sebuah prosesi ritual yang dilaksanakan setiap tahun pada malam Rabu di Bulan Sapar dalam penanggalan hijriyah. Tradisi ini adalah ritual upacara doa memanjatkan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pada tahun ini, Rebo Wekasan jatuh pada tanggal 21 September. Biasanya, sebagian masyarakat akan melakukan beberapa ritual untuk menolak bala atau musibah yang dipercaya akan datang di Rebo Wekasan. Dalam pelaksanaannya, setiap daerah memiliki cara atau tradisi yang berbeda-beda. Misalnya, di Bantul biasanya membuat lemper raksasa untuk dibagikan, di Banyuwangi melakukan tradisi petik laut, atau di Banten yang melaksanakan salat khusus di pagi hari pada Rabu terakhir bulan Safar.
Macam-macam Ritual Rebo Wekasan
Rebo Wekasan merupakan hasil akulturasi antara budaya Jawa dengan Islam. Rebo Wekasan sendiri pertama kali diperkenalkan pada zaman Wali Songo saat menyebarkan agama Islam. Ada sejumlah ritual Rebo Wekasan yang dilakukan sebagian masyarakat Indonesia, antara lain:Selametan
Saat Rebo Wekasan, sebagian masyarakat Indonesia menggelar berbagai macam ritual, salah satunya selametan. Biasanya, upacara selametan ini digelar di tempat-tempat yang disakralkan oleh masyarakat setempat. Puasa
Pada Rebo Wekasan, sebagian masyarakat Indonesia juga melakukan puasa sunnah. Biasanya, puasa ini dilakukan selama tiga hari. Puasa ini dikerjakan untuk tolak bala agar terhindar dari kesialan.
Hari Diturunkannya Bala Musibah
Rebo Wekasan juga disebut sebagai hari diturunkannya bala musibah. Maka dari itu, seseorang dianjurkan untuk memperbanyak zikir dan berdoa. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kesialan tersebut.
Salat Tolak Bala
Sebagian umat Islam juga melaksanakan salat tolak balak pada saat Rebo Wekasan. Salat sunnah lidafil bala’ ini dikerjakan pada waktu duha. Pada setiap rekaatnya, membaca surat Al-Fatihah, lalu membaca surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali, surat Al-Ikhlas, dan dilanjut membaca Surat Al-Falaq. Setelah itu, diakhiri dengan membaca doa.
Mitos Rebo Wekasan
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini deretan mitos Rebo Wekasan yang masih banyak dipercayai masyarakat di Indonesia.1. Larangan Menikah
Mitos Rebo Wekasan pertama yang banyak dipercaya masyarakat ialah larangan menikah. Banyak masyarakat yang percaya jika melakukan pernikahan saat Rebo Wekasan bisa berakibat buruk.
Orang yang menggelar pernikahan saat Rebo Wekasan diyakini tak akan berlangsung lama dan akan berakhir dengan perceraian. 2. Dilarang Keluar Rumah
Mitos Rebo Wekasan selanjutnya yang dipercaya ialah dilarang pergi keluar rumah saat Rebo Wekasan. Hal ini lantaran jika bepergian keluar rumah dipercaya akan mendapatkan musibah seperti kecelakaan dan lainnya.
Itu mengapa saat malam Rebo Wekasan kita dianjurkan untuk berdiam diri di rumah sambil memanjatkan doa kepada Allah SWT.
3. Dianggap Dapat Mendatangkan Musibah
Dalam kepercayaan masyarakat Arab kuno, Rebo Wekasan dianggap sebagai hari diturunkannya bala musibah untuk setahun (Rebo Wekasan). Sehingga dianjurkan untuk mengingat Allah dan banyak beristigfar, dilarang bepergian jauh kecuali ada keperluan yang mendesak.
Asal-Usul Rebo Wekasan
Rebo Wekasan tentu memiliki makna untuk masyarakat di Indonesia, sebab hari tersebut menjadi hari yang diingat sebagai sebuah kepercayaan dalam melakukan suatu amalan.Rebo Wekasan biasanya dirayakan oleh beberapa masyarakat di Indonesia. Dalam Islam sendiri, Rebo Wekasan dipercayai sebagai hari pertama Nabi Muhammad SAW sakit hingga beliau meninggal dunia.
Adapun manfaat dari tradisi ini diketahui sebagai suatu amalan atau usaha untuk meminta doa kepada Allah agar bisa menjauhkan dirinya dari segala penyakit dan musibah. Rebo wekasan sendiri mempunyai asal usul bahwa awalnya tradisi ini dilaksanakan pada masa dakwah dari Wali Songo, di mana banyak ulama yang mengungkapkan bahwa pada bulan Safar, Allah SWT menurunkan lebih 500 macam penyakit.
Adapun pada saat itu cara untuk mengantisipasi dalam menghindari terkena penyakit dan musibah, para ulama melakukan ibadah sebanyak-banyaknya. Serta berdoa untuk meminta Allah agar menjauhkan diri dari segala penyakit dan musibah yang diturunkan pada hari Rabu terakhir bulan Safar.
Tradisi rebo wekasan adalah upaya yang dilakukan untuk menghindari hal tersebut. Adapun beberapa umat Islam di Indonesia pun masih terus melestarikan tradisi tersebut. Setiap daerah di Indonesia mempunyai cara yang berbeda-beda dalam melaksanakan tradisi tersebut.