Bung Tomo Lepaskan Pangkat Jenderal: Daripada Jadi Jenderal Mulut Dibungkam!
Merdeka.com - Sejak 3 Juni 1947, badan-badan kelaskaran baik yang tergabung dalam biro perjuangan maupun tidak, dijadikan dalam satu wadah. Yakni Tentara Nasional Indonesia.
Pada 28 Juni di Istana Negara Jogja, Jenderal Soedirman dilantik menjadi Panglima Besar TNI dan Amir Syarifudin menjadi Menteri Pertahanan pada kabinet V (Juni-November 1947).
Bersamaan dengan Jenderal Soedirman dan Amir Syarifudin, Bung Tomo juga dilantik langsung oleh Presiden Sukarno, sebagai Jenderal Mayor dan duduk dalam Combined Staff di Markas Besar Angkatan Darat yang membawahi tiga angkatan.
-
Siapa yang merasa marah? Jordi Onsu, pamannya, merasa marah. Jordi menegaskan bahwa Betrand Peto telah diberi kasih sayang penuh oleh keluarga Ruben Onsu dan tidak pernah dianggap sebagai anak angkat, tetapi sebagai bagian dari keluarga.
-
Siapa yang memberikan pesan merinding? Dalam kesempatan itu, Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menyampaikan kata sambutan hingga memberi pesan yang mampu bikin merinding.
-
Apa yang membuat almarhumah tertekan? 'Pungutan ini sangat memberatkan almarhumah dan keluarga. Faktor ini diduga menjadi pemicu awal almarhumah mengalami tekanan dalam pembelajaran karena tidak menduga akan adanya pungutan-pungutan tersebut dengan nilai sebesar itu,' sambungnya.
-
Siapa yang marah dengan Letnan Komarudin? 'Begitu sirine berbunyi pukul 6 pagi, dia langsung memerintahkan pasukannya menyerbu Yogyakarta. Pertempuran hebat pun terjadi dengan Belanda. Akibatnya, Soeharto marah dan mengirim pengawal untuk menemui Komarudin, memberitahukan bahwa dia salah tanggal,' ujar Hendi Jo.
-
Kenapa Soekarno marah di Istana Negara? Presiden Sukarno sangat memperhatikan kebersihan di Istana,Bung Karno bahkan tak segan turun tangan menyapu taman atau jalan di dalam Istana untuk memberi contoh anak buahnya.
-
Bagaimana Tamara menunjukkan kemarahannya? Tamara semakin marah ketika pengacara Yudha menjelaskan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang menyatakan bahwa hubungan Tamara dengan terdakwa baik-baik saja sebelum kematian Dante. Namun, dalam persidangan, Tamara mengungkapkan bahwa ia pernah mengalami perlakuan kasar dari terdakwa yang membuatnya semakin emosi.
Menyandang jabatan sebagai Jenderal Mayor membuat Bung Tomo mondar-mandir memeriksa pertahanan. Tak lupa Bung Tomo selalu menyematkan pidato-pidatonya untuk memberi semangat pada rakyat.
Berdua dengan Laksamana Nazir, Bung Tomo memeriksa dan mempersiapkan basis pertahanan terakhir di gunung Lawu dan mereka pergi sampai ke Ponorogo. Kemudian perjalanan diteruskan ke Tawamangu untuk meninjau RRI.
Saat tiba di Tawamangu terjadi peristiwa yang tidak bisa dilupakan seumur hidup oleh Bung Tomo. Dia mendapatkan telegram dari Perdana Menteri Amir Syarifudin. Isinya sangat pedas.
"Bung Tomo harus memilih untuk tetap menjadi Jenderal namun tidak boleh berpidato, atau berhenti jadi Jenderal tetapi bisa berpidato," Isi dari telegram Amir Syarifudin yang ditulis Sulistina dalam buku Bung Tomo Suamiku.
Lepaskan Pangkat Jenderal
Mendengar kabar harus mengambil pilihan berat, Bung Tomo merenung melihat keluar jendela. Kemarahan Bung Tomo akhirnya tak terbendung. Wajahnya merah padam. Dia sangat tersinggung akan ucapan yang disampaikan Amir Syarifudin melalui telegram itu.
"Persetan, ora dadi jendral ya ora pateken (tidak jadi jenderal tidak mati). Siapa nanti yang memberi semangat, siapa nanti yang memberi penerangan kepada rakyat?" Tutur Bung Tomo emosi dengan suara khas Surabayanya yang keras.
Bung Tomo yakin bahwa keputusan untuk membuatnya memilih adalah taktik PKI. Oleh karena itu, Bung Tomo memilih pilihan kedua.
"Lebih baik jadi rakyat jelata asal tidak dilarang pidato. Daripada jadi jenderal tetapi mulutnya dibungkam!" Keputusan final Bung Tomo.
Anugerah Lain
Keputusan yang dipilih Bung Tomo tersebut didukung juga oleh kawan-kawan seperjuangan lainnya. Walau tidak jadi jenderal lagi, tetapi Bung Tomo diberikan anugerah lain berupa kehamilan pertama sang istri.
"Kalau lelaki nama belakangnya Sulistomo. Kalau perempuan Sulistami. Ini gabungan antara Sulistina dan Sutomo. Anak kita adalah tali jiwa kita. Anakku, kaulah nanti yang meneruskan perjuangan ayahmu. Hendaknya kau mengabdi pada nusa dan bangsa," ucap Bung Tomo.
Bung Tomo amat telaten dan rewel kepada istrinya untuk menjaga bayinya agar selamat. Saat anaknya akan lahir Bung Tomo terlihat cemas, ia keluar masuk kamar persalinan.
Akhirnya Bung Tomo nekat masuk ke dalam kamar walaupun dilarang oleh bidan.
"Barangkali bayinya minta ditunggui bapaknya," kata Bung Tomo
Keputusannya memilih menjadi rakyat jelata dan meninggalkan pangkatnya sebagai Jenderal tidak disesali. Bung Tomo tetap merasa bahagia dan bersyukur karena Allah menggantinya dengan seorang gadis mungil yang lahir kedunia, namanya Tien Sulistami.
Reporter Magang: Ita Rosyanti (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaPerayaan ulang tahun ke-66 itu dihadiri keluarga dan teman-teman terdekat secara sederhana di salah satu ruangan di Istana Bogor.
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaPakar Gestur dan Mikroekspresi, Monica Kumalasari membahas komentar Presiden Prabowo terkait mundurnya Gus Miftah.
Baca SelengkapnyaSeolah tak rela berpisah, prajurit Kowad TNI sekaligus ajudan wanita ini menangis melepas sosok Letjen TNI Arif Rahman.
Baca Selengkapnya