Cikal Bakal Berdirinya Planetarium Jakarta, Berkaitan Takhayul dan Mitos
Planetarium dan Observatorium Jakarta adalah tempat wisata pertunjukan yang menyajikan pemutaran bintang atau benda-benda luar angkasa.
Planetarium dan Observatorium Jakarta adalah tempat wisata pertunjukan yang menyajikan pemutaran bintang atau benda-benda luar angkasa. Pembangunan Planetarium ini digagas oleh Presiden pertama, Sukarno.
Pembangunan Planetarium bertujuan agar masyarakat tidak lagi percaya takhayul dan lebih berpikir dari segi sains.
Sebelum didirikannya Planetarium Jakarta, Indonesia sudah mempunyai Observatorium Mohr di Batavia sebagai observatorium pertama di Hindia Timur pada pertengahan abad ke-18, hingga aktivitas Observatorium Bosscha di Lembang pada tahun 1923.
Untuk melanjuti pengetahuan di bidang astronomi ini, Bung Karno berupaya melanjutkan ilmu astronomi di Indonesia dengan mempopulerkan sains antariksa di kalangan masyarakat melalui pembangunan Planetarium Jakarta pada awal 1960-an, yang juga mencakup fasilitas observatorium baru bagi para peneliti astronomi.
Tujuan Planetarium
Tujuan dari pendirian planetarium ini adalah agar masyarakat Indonesia tidak lagi mempercayai takhayul. Pada masa itu kepercayaan masyarakat Indonesia masih berkaitan kuat dengan takhayul atau mitos.
Terutama yang berkaitan dengan fenomena langit seperti gerhana dan kemunculan komet, yang kerap dianggap sebagai pertanda bencana, malapetaka, atau kepergian seorang tokoh, dan hal-hal lain yang bersifat negatif.
Selain itu, tujuan dibangunnya Planetarium juga untuk menjadikan Indonesia unggul dalam bidang sains dan teknologi. Soekarno menyadari bahwa bangsa Indonesia dapat setara dengan bangsa-bangsa lain melalui kemajuan dalam sains.
Pada masa itu, astronomi menjadi cabang ilmu yang paling menonjol sebagai simbol kemajuan peradaban sebuah bangsa.Pembangunan Planetarium Jakarta memerlukan biaya yang sangat besar. Hanya untuk pembangunan gedungnya, sudah menghabiskan dana miliaran rupiah, belum lagi peralatan planetarium.
Sempat Terhenti
Agar tidak membebani keuangan negara, Sukarno meminta keterlibatan utama sektor swasta dalam proyek Planetarium Jakarta ini. Saat itu, perusahaan-perusahaan swasta yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) bersedia mendanai pembangunan gedung Planetarium Jakarta.
Sayangnya, pembangunan harus terhenti kala terjadi peristiwa G30S. Dan GKBI mengalami kekurangan dana dan tidak lagi mampu membiayai pembangunan Planetarium dan Observatorium Jakarta.
Akhirnya, Pemerintah Jakarta mengambil alih tanggung jawab pembangunan tersebut pada periode 1966-1968.Seluruh kerja keras tersebut akhirnya membuahkan hasil. Planetarium berhasil menyelenggarakan pertunjukan teater bintang pertamanya untuk publik pada 1 Maret 1969.
Pengelola Planetarium Jakarta menetapkan tanggal ini sebagai hari jadi Planetarium dan Observatorium Jakarta, menjadikan Indonesia akhirnya memiliki planetarium pertama.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti