Gertakan Balik Mayor Ibrahim Adjie, Moncong Pistol di Jidat Anak Buah
Merdeka.com - Semasa bertugas ke palagan Sumatera Utara, Mayor Adjie banyak menghadapi masalah indispliner. Termasuk perilaku bandel para perwira di sana.
Penulis: Hendi Jo
Sejak awal 1948, Mayor Ibrahim Adjie ditugaskan oleh Markas Besar Tentara (MBT) di Yogyakarta untuk bertugas di Sumatera. Bersama-nya ikut ditugaskan pula dua perwira Divisi Siliwangi lain-nya yakni Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang dan Mayor Utaryo.
-
Mengapa perwira tersebut diperlakukan seperti itu? Dijelaskan dalam video, bahwa setiap prajurit yang sudah masuk ke rumah tahanan maka dianggap sama. “Tidak ada yang spesial di penjara militer meski setinggi apapun pangkatnya,“
-
Apa yang terjadi pada perwira tersebut di dalam tahanan? Dalam video, tampak sekumpulan pria berpakaian serba oranye, bertuliskan 'Narapidana Militer'. Sementara tentara yang menjadi tahanan baru, mengenakan seragam loreng dan dipajang di tengah lapangan. Pangkat yang melekat di pundaknya tidak ada artinya. Perwira itu digojlok oleh para tahanan senior. Perwira itu diperintah untuk menyebutkan nama dan pangkatnya.
-
Siapa saja yang rentan mengalami conduct disorder di Sumut? Anak yang mempunyai riwayat keluarga dengan CD atau masalah kejiwaan lainnya, lebih berisiko mengalami conduct disorder.
-
Kenapa Mayor Boediardjo disangka Jenderal? Ternyata Karena Tanda Pangkat TNI AU yang Dikenakan Boediardjo saat itu pangkat perwira masih menggunakan kombinasi balok emas tebal dan tipis. Untuk seorang mayor tanda pangkatnya adalah satu balok emas tebal di bahu atau di lengan, tergantung pakaian dinas yang digunakan. Uniknya di kalangan militer internasional. Tanda pangkat balok emas itu adalah pangkat setara komodor atau brigadir jenderal di lingkungan Angkatan Laut.
-
Bagaimana Adjie menunjukkan kedekatan dengan prajurit? Adjie kemudian menyodorkan jatah nasi bungkusnya kepada prajurit itu: 'Ini saja makan sama kamu,' katanya.
-
Apa masalah utama yang dihadapi penjara di Jawa Tengah? Hampir semua lapas dan rutan yang kami kelola sudah over kapasitas. Rata-rata setiap lokasi rutan dan lapas penghuninya sudah over sampai 60 persen, ada juga yang over 50 persen.
"Awalnya ayah saya dan kedua temannya itu ditempatkan di Bukittinggi untuk menunggu perintah selanjutnya dari MBT," ungkap Kikie Adjie, salah satu putra Ibrahim Adjie.
November 1948, mereka ditunjuk membenahi Sub Teritorial VII di Sumatera Utara. Sebagai pimpinan yang langsung ditunjuk MBT, mereka harus mulai membereskan kekacauan-kekacauan yang ada di Tapanuli, Sumatera Timur Selatan.
Komandan Sub Teritorial VII Letnan Kolonel Alex lantas mengawali langkah pertamanya dengan membubarkan brigade-brigade yang ada. Lalu menggantinya dengan sektor-sektor. Setidaknya ada 4 sektor yang dia bentuk untuk menghadapi kemungkinan agresi militer Belanda yang kedua kalinya.
Pembentukan sektor-sektor otomatis diikuti dengan perpindahan wilayah kekuasaan masing-masing kekuatan bersenjata yang ada saat itu. Sebagai contoh Pasukan Sektor I harus meninggalkan Sibolga digantikan oleh Pasukan Sektor IV dan Sektor S. Mayor Adjie merupakan salah satu perwira yang ditugaskan Alex untuk menjalankan proses pemindahan itu. Dia harus menghubungi para komandan lapangan agar patuh kepada perintah Komandan Alex.
Persoalan muncul ketika ada beberapa komandan lokal yang tersinggung dengan perintah-perintah itu. Merasa sebagai penguasa lokal, alih-alih menuruti, mereka malah dengan sengaja menentang perintah Alex dan Adjie. Salah satu pembangkang itu adalah seorang komandan di Sibolga yang memiliki pamor sebagai jagoan lokal sejak zaman Jepang.
"Pokoknya orang itu dikenal garang dan tak jarang main tembak begitu saja," tutur Kikie Adjie.
Mayor Adjie lantas memanggil sang komandan. Eh, bukannya datang menghadap, dia malah menyuruh kurir untuk memerintahkan Adjie datang langsung ke markasnya.
"Enak saja dia, belum setahun ada di sini, perwira Jawa itu mau main perintah-perintah sama awak? Bilang sama komandan kau itu, kalau mau ada maunya datanglah langsung ke sini. Jangan macam raja!" ujar sang komandan dalam nada marah.
Mendapat laporan itu, tentu saja Adjie merasa kesal luar biasa. Namun dia berusaha menahan diri dan memutuskan mengalah, akan mendatangi markas pasukan yang membandel itu.
"Ayah saya bilang, mereka biasanya hanya menguji nyali para komandan saja," tutur Kiki Adjie.
Datang ke markas Si Jagoan, Adjie disambut sikap angkuh. Perundingan pun terjadi. Si Komandan bersikeras tidak mau pindah. Tak ada titik temu, dia lalu mengusir Adjie dan menyebut tidak mengakui kepemimpinannya. Adjie bersikeras dalam sikap tegas. Tiba-tiba di tengah percekcokan itu, sang komandan mengeluarkan pistol, menyimpannya di meja lalu meludahinya.
"Kau ku kasih kesempatan untuk pergi dari sini sampai ludah di pistolku itu kering. Jika tidak, kau kutembak!" tantangnya.
Di luar dugaan Si Komandan, secepat kilat Adjie malah menyambar pistol berludah itu. Dengan tenang, dia lalu menodongkan moncongnya tepat ke jidat Si Komandan.
"Kau tak perlu menunggu ludah itu kering, sekarang juga kau aku tembak jika tidak ikut perintahku!" ujar Adjie.
"Sii...Siiapppp! Taat perintah!" teriak Sang Komandan.
Masih dalam sikap ketakutan, Si Komandan akhirnya menyanggupi semua permintaan Mayor Adjie. Sejak kejadian itulah para komandan di Tapanuli tak pernah lagi membantah perintah-perintah yang datang dari Alex Kawilarang dan Ibrahim Adjie. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peristiwa itu terjadi pada tahun 2015 saat dirinya menjabat Kapolda Jabar.
Baca SelengkapnyaKeberanian Brigadir Andri berbuah apresiasi. Kapolda memuji anak buahnya melawan geng motor.
Baca SelengkapnyaBrigadir Andri Sitompul saat ini sudah mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit Bhayangkara Polda Jambi.
Baca SelengkapnyaAnggota itu sempat mengamankan satu orang berandalan bermotor yang saat ini telah diamankan di Polresta Jambi.
Baca SelengkapnyaDalam beberapa tahun terakhir, sudah banyak kejadian naas tersebut yang merusak citra Kepolisian Tanah Air.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi di Desa Teluk Pandak, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo pada September 2024 lalu.
Baca SelengkapnyaAnggota polisi mengalami luka di bagian lengan tangan sebelah kiri diakibatkan oleh senjata tajam.
Baca SelengkapnyaOrang-orang Jakarta dulu menjuluki Ali Sadikin sebagai "Gubernur Monyet"
Baca SelengkapnyaBukan hanya sekali, berikut deretan kasus polisi tembak polisi yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat ini Anggota Polri sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Jambi untuk mendapatkan perawatan medis.
Baca Selengkapnya