Kisah Dua Jenderal Kopassus Bertemu Mantan Lawan Tangguh di Medan Perang
Merdeka.com - Di medan perang dulu keduanya berhadapan sebagai lawan. Puluhan tahun kemudian setelah keadaan damai mereka bertemu lagi. Adakah dendam? Atau malah menjadi sahabat.
Bong Kee Chok alias Yusuf Said pernah menjadi menjadi target utama pasukan gabungan Indonesia-Malaysia akhir periode tahun 1960-an. Ribuan prajurit kedua negara memburunya di belantara Kalimantan.
Di era Orde Lama, Bong Kee Chok sebenarnya dilatih tentara Indonesia saat konfrontasi dengan Malaysia. Dia mendirikan Pasukan Gerilya Serawak (PGRS) untuk memerangi Inggris bersama tentara Indonesia.
-
Bagaimana persahabatan mereka berdua setelah lama tak bertemu? Walau sudah lama tidak berjumpa, kedua sahabat ini tetap akrab dan saling support di Pematang Siantar.
-
Siapa yang berdamai dengan masa lalu? Adelia dan Okie disebut-sebut telah move on dari segala isu dan kini berdamai dengan kenangan masa lalu.
-
Gimana mereka ketemu? Di balik pernikahannya yang terkesan sangat mendadak itu, banyak netizen menduga keduanya menikah melalui jalur perjodohan. Namun, dugaan tersebut tidak dikonfirmasi oleh keduanya hingga 1 tahun usia pernikahannya.
-
Bagaimana pertemuan mereka? Di awal tahun 2020, Nella Kharisma terungkap menjalin hubungan dekat dengan Dory Harsa. Pertemuan mereka saat itu menggemparkan media sosial dan banyak orang langsung berusaha menjodohkan mereka.
-
Bagaimana mereka bertemu? Sejak perang meletus pada 7 Oktober lalu, pria Palestina ini, bersama dengan seluruh warga Palestina di Tepi Barat, dilarang masuk ke Israel, sehingga keduanya bertemu secara diam-diam di Ramallah.
-
Bagaimana hubungan mereka sekarang? Setelah melewati badai dalam rumah tangga mereka, keduanya sepakat untuk memperbaiki hubungan dan kini kembali menunjukkan romantisme seperti dulu.
Namun situasi politik berubah. Indonesia di bawah Orde Baru, berbalik memusuhi PGRS, karena dicap komunis. Bong Kee Chok dan anak buahnya pun terpaksa memerangi tentara Indonesia yang mereka anggap guru sendiri.
Bukan perkara mudah menangkap komandan gerilya ini. Indonesia dan Malaysia mengerahkan satuan elitenya untuk terus melacak jejak Bong Kee Chok.
Salah satunya adalah AM Hendropriyono dan tim pasukan elite baret merah TNI AD. Hendro saat itu masih menjadi perwira pertama. Hendro berhasil menangkap atau menewaskan tokoh-tokoh gerilyawan di Kalimantan. Tetapi Bong, pria yang digelari si tikus hutan ini, tak tertangkap.
Baru pada November 1973, akhirnya Bong Kee Chok mau keluar hutan dan menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah Malaysia.
Bertemu Setelah 38 Tahun
Pada tahun 2005, Hendropriyono yang sudah pensiun dari TNI dan berpangkat jenderal, baru bisa melihat wajah Bong Kee Chok. Pertemuan itu digelar di Hotel Four Seasons Singapura berkat jasa kenalan Hendro.
Pengalaman ini ditulis Jenderal (Purn) AM Hendropriyono dalam buku Operasi Sandi Yudha, Menumpas Gerakan Klandestin yang diterbitkan penerbit Kompas tahun 2013.
Setelah 38 tahun, Hendro akhirnya bisa bertemu bekas musuhnya. Dia menggambarkan sosok Boong Kee Chok. Tingginya sekitar 163 cm, tubuhnya masih kekar dan otot-otot lengannya terlihat jelas walau saat itu sudah berusia 70 tahun.
Namun sorot mata sang komandan harimau yang mengesankan Hendro.
"Dengan sorot mata laksana harimau, jelas menunjukkan ia seorang pemimpin, seorang pemberani, dan seorang yang cerdas," kata Hendro melukiskan pertemuan pertama tersebut.
Luka Bekas Ledakan Granat
Tak ada amarah atau dendam tersisa. Hanya rasa hormat dan rasa saling mengagumi antar dua prajurit tua ini.
Keduanya berbincang akrab. Ternyata Bong Kee Chok kehilangan jari tengah dan telunjuk tangan kanan saat bergerilya. Penyebabnya ternyata granat tua dari Indonesia yang meledak sebelum dilempar. Sementara luka-luka lama Hendro saat berduel dengan salah satu pimpinan PGRS, Ah San, juga masih ada.
Banyak pikiran yang berkecamuk, seperti kenapa dulu saling bertempur dan saling menyiksa hanya karena perang yang mau memaksakan ideologi, keyakinan atau kehendak suatu pihak kepada pihak yang lain?
Tapi keduanya tak menyesal dengan pilihan yang diambil. Hendro sadar dirinya prajurit Indonesia yang wajib membela negara. Dalam bertempur pilihannya membunuh atau dibunuh. Bong Kee Chok pun seperti itu.
Keduanya berjabat tangan erat sebelum berpisah. Tertawa. Mengenang pengalaman masa muda mereka sebagai sesama prajurit tempur.
Nyaris Ditembak SAS di Belantara Kalimantan
Kisah kedua dialami Jenderal TNI Benny Moerdani. Tahun 1960-an, Benny bertugas dalam Operasi Dwikora menghadapi Tentara Inggris di Belantara Malaysia.
Dalam sebuah misi, rupanya kepala Benny sudah masuk dalam bidikan sniper SAS. Nyaris saja nyawanya melayang di tangan penembak jitu pasukan elite Inggris itu.
Dalam kunjungannya ke inggris pada 1976, dan sudah menjadi jenderal, barulah Benny mengetahui peristiwa bertahun-tahun silam itu. Saat itu Benny mengunjungi Inggris dalam tugas kenegaraan. Di sana dia tak sengaja bertemu dua prajurit SAS mantan musuhnya di belantara Kalimantan.
Kisah ini ditulis dalam buku 'Benny: Tragedi Seorang Loyalis' yang ditulis Julius Pour terbitan Kata Hasta Pustaka tahun 2007.
Benny terkejut ketika mengetahui dia sudah menjadi sasaran tembak personel SAS. Untuk mengetahui lebih dalam, Benny mengajak dua personel SAS tersebut ke penginapannya. Tanpa menunggu lama, Benny lantas memberikan pertanyaan.
"Apa betul kamu bertugas di sana waktu itu?" tanya Benny kepada kedua prajurit Inggris itu.
"Yes Sir," jawab mereka serentak.
“Kenapa tidak kau tarik pelatuknya?" desak Benny ingin tahu.
Mendengar itu, salah seorang prajurit segera mengapit rekannya, dia memberi jawaban.
"He told me to wait for the Queen Elizabeth, Sir (dia meminta saya untuk menunggu Queen Elizabeth, Pak)."
Queen Elizabeth adalah kode untuk kapal yang lebih besar. Mereka menyangka di belakang Benny ada kapal besar yang mengangkut pasukan TNI dalam jumlah besar. Jadi mereka menunggu iring-iringan, baru memulai serangan.
Hanya saja, dalam penyusupan itu, tak ada kapal besar lain selain sejumlah sampan kecil yang memuat pasukan Indonesia. Nyawa Benny pun selamat.
Benny terkejut mendengar keterangan prajurit SAS itu. Namun kemudian dengan tenang dia berkata.
"Jika kau menarik pelatuknya, kau akan mendapat korban dengan pangkat tertinggi di pasukan kami." (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika dulu pernah menimba ilmu dan sama-sama menyandang status siswa SMA, kini terdapat perbedaan status di antara mereka.
Baca SelengkapnyaDiketahui, bahwa Mayjen Kunto Arief bersahabat dengan Mayjen Bangun Nawako sejak berpangkat Letnan Dua (Letda).
Baca SelengkapnyaMomen mengharukan dua saudara anggota TNI terpisah 5 tahun dan bertemu di Papua saat penugasan. Simak berikut ini.
Baca SelengkapnyaSoeharto memerintahkan camat dan lurah untuk membawa sahabatnya dari desa ke Jakarta
Baca SelengkapnyaDi lokasi sebuah pesta pernikahan, sosoknya justru bertemu dengan sejumlah rekan perjuangan semasa di Akmil.
Baca SelengkapnyaMantan Panglima TNI Hadi Tjahjanto mendapatkan kunjungan spesial dari sahabat sekaligus juniornya eks Kasad, Dudung Abdurachman.
Baca SelengkapnyaTampak sang adik langsung hormat dan push-up saat bertemu dengan sang kakak.
Baca SelengkapnyaSimak momen silaturahmi Jenderal Mulyono ke rumah mantan Kasad juniornya.
Baca SelengkapnyaPanglima dan Kapolri sedang duduk bersama tertawa renyah dan mengenang masa lalu, keduanya sama-sama lulusan Akmil dan Akpol tahun 1991.
Baca SelengkapnyaMewujudkan mimpi menjadi tentara bersama-sama, takdir nyatanya harus memisahkan dua pria gagah ini.
Baca SelengkapnyaDudung menyambut eks Kasad itu dengan hangat di rumahnya.
Baca SelengkapnyaDua Jenderal TNI-Polri belum lama ini bersua di acara reuni alumni 1988 SMA se-Bandung Raya.
Baca Selengkapnya