Jadi Guru Besar Komunikasi, Ini Perjalanan Hidup Cendekiawan Muslim Jalaludin Rakhmat
Merdeka.com - Senin (15/02)Cendekiawan Muslim sekaligus guru besar Ilmu Komunikasi Indonesia, Jalaludin Rakhmat meninggal duni. Dari kabar yang beredar, tokoh yang akrab disapa Kang Jalal ini meninggal dunia di RS Santosa Internasional Bandung diduga terpapar Covid-19. Sebelumnya diketahui empat hari yang lalu, sang istri turut meninggal dunia dengan penyakit yang sama.
"Iya, betul beliau sudah berpulang," ujar Ketua DPD PDI Perjuangan Ono Surono, saat dihubungi melalui sambungan telepon, seperti dilansir dari Liputan6.
Sebelumnya ia dikenal sebagai seorang akademisi di bidang Komunikasi, dan sempat menjadi dosen hingga 2013 lalu. Ia juga diketahui pernah terjun di bilang politik dari fraksi PDI Perjuangan periode 2014-2019 dari dapil Jawa Barat II, dan juga sebagai Kepala Dewan Syura Ikatan Jemaat Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jawa Barat.
-
Siapa Profesor yang berpengaruh di Bahasa Indonesia? Tokoh tersebut bernama Prof. Sutan Muhammad Zain, seorang ahli pakar Bahasa Indonesia.
-
Siapa yang berjasa di bidang pendidikan? Memperingati Hari Pendidikan Nasional merupakan upaya kita untuk menghargai perjuangan para pahlawan yang berjasa di bidang pendidikan.
-
Siapa yang pertama kali mendapat gelar sarjana di Indonesia? Sosok Sosrokartono menjadi salah satu inpirasi, sehingga dibentuk Hari Sarjana Nasional untuk memberikan penghargaan bagi anak bangsa yang telah berhasil menamatkan pendidikan tingginya.
-
Siapa pembicara? Akhirnya sampai di acara inti, ceramah pada sore hari ini akan disampaikan oleh ustaz Muhammad Halim.
-
Siapa anggota DPRD Jawa Tengah? Wafa dipastikan menjadi anggota DPRD Jawa Tengah, sedangkan Luthfi dipastikan terpilih menjadi anggota DPRD Rembang.
-
Apa saja jabatan yang pernah dipegang Bambang Pramujati di ITS? Mengutip laman Alumni ITS, sejumlah jabatan di lingkup ITS yang pernah diduduki Pramu yakni sebagai Kepala Departemen Teknik Mesin, Ketua Jurusan Teknik Mesin. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengadaan dan Pemeliharaan Mesin Peralatan, Jurnal dan Buku, Ketua Implementasi 5S+S, Wakil Rektor 4 bidang kerja sama dan alumni.
Lantas bagaimana sepak terjang Jalaludin Rakhmat semasa hidupnya? Berikut informasi lengkapnya yang Merdeka.com rangkum dari berbagai sumber.
Jalal Kecil dalam Keluarga yang Beragama
Dalam sebuah ulasan yang ditulis oleh Gus Rapet dari Universitas Gunadarma dan dipublikasi di academia.edu, Kang Jalal kecil dibesarkan di lingkungan keluarga yang terdidik secara agama. Bahkan sang ayah pernah mengikuti organisasi yang berfokus terhadap perjuangan umat Islam di masanya.
Selain itu sang kakek juga disebut memiliki sebuah Pondok Pesantren di kawasan Cicalengka, Bandung, Jawa Barat. Jalal sendiri lahir di Kota Bandung, 29 Agustus 1949.
“Saya dilahirkan dalam keluarga Nahdiyyin (NU), kakek saya punya pesantren di Puncak Bukit Cicalengka. Ayah saya pernah turut serta dalam kegiatan keagamaan dalam menegakkan syariat Islam. Saking bersemangatnya beliau pernah meninggalkan saya di waktu kecil” terang Kang Jalal dalam ulasan tersebut.
Kehidupan Remaja Perkenalan dengan Filsafat di Perpustakaan Belanda
Semasa SMP ia terus dikenalkan dengan ilmu keagamaan oleh sang Ibu. Sang ibu pun mengirimnya ke Madrasah di Kota Bandung dan membimbingnya membaca Kitab Kuning pada malam hari.
Tak sampai di situ, Kang Jalal juga diketahui kerap menghabiskan waktu untuk membaca berbagai karya ilmu sosial di sebuah Perpustakaan Negeri peninggalan Belanda yang kemudian menghantarkannya berkenalan dengan tokoh Filsafat Eropa seperti Spinoza dan Nietzsche.
“Saya lalu berangkat ke Kota Bandung untuk belajar di SMP” tambahnya.
Di tengah keinginannya mendalami ilmu Filsafat, ia juga memaksakan diri untuk mendalami Bahasa Belanda. Ia juga mempelajari kitab-kitab Agama Islam peninggalan ayahnya hingga ia akrab dengan karya karya dari Ihya Ulum Al-Din hingga Al Ghazali.
Aktif di Organisasi Islam
©2016 Merdeka.com
Semasa remaja (SMA) ia isi dengan mengikuti berbagai organisasi yang kental dengan nilai-nilai ke Islaman. Salah satunya Persatuan Islam serta beberapa kelompok diskusi yang mengatasnamakan Rijalul Ghad, atau Pemimpin Masa Depan.
Di waktu yang sama Kang Jalal juga bergabung dan aktif di Muhammadiyah dan mendalami ilmunya di Darul Arqam, serta pusat pengkaderan organisasi tersebut. Dari ilmu yang ia dapat di Muhammadiyah, Kang Jalal banyak menemukan ketidaksesuaian dengan keilmuannya (bid’ah).
Saat kembali ke kampung halaman ia berupaya memberantas perbedaan Fikih antara Fikih NU dan Muhammadiyah. Bahkan ia pernah membuang bedug di Masjid kampungnya karena dianggap tidak sesuai.
Kang Jalal dan Keilmuan Komunikasi
Seiring berjalannya waktu ia pun terus mendalami keilmuan Sosial, Psikologi hingga Ilmu Komunikasi. Saat menjadi dosen di Fikom Unpad ia melanjutkan pendidikan dengan mendapat beasiswa penuh (Fulbright) dan masuk ke Iowa State University.
Kang Jalal dikenal sebagai sosok pembaharu di bidang Ilmu Komunikasi setelah lulus dari kampus tersebut. Berkat kecerdasannya ia dianugerahi gelar Magna Cumlaude dengan predikat nilai 4.0 grade point average.
Di tahun 1981 ia mulai fokus mengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran dengan mengembangkan bahan ajar Psikologi Komunikasi melalui bukunya yang dianggap inovasi pada waktu itu.
Mendalami Filsafat Islam
Di sela-sela kesibukannya menjadi pengajar, ia menyempatkan diri untuk mengembangkan intelektualnya ke kota Qum, Iran. Di sana ia mendalami filsafat Islam dari para Mullah tradisional. Dilanjutkan ke Australia untuk mengambil studi perubahan politik dan hubungan internasional dari para akademisi modern sampai meraih gelar doktor di Fakultas Ilmu Komunikasi, UNPAD.
Saat di Bandung, Ia juga banyak mengajar di beberapa perguruan tinggi lainnya dalam bidang Etika dan Agama Islam seperti ITB dan IAIN Bandung. Kemudian Kang Jalan turut mencoba menggabungkan sains dengan Ilmu Agama.
Kontroversi
©2012 Merdeka.com/imam buhori
Dalam beberapa pemberitaan Kang Jalal pernah dikabarkan sebagai pegiat ajaran Syiah di Indonesia. Bahkan ia juga dikenal mendakwahkan ajaran tersebut sehingga dianggap bertentangan dengan nilai Agama Islam saat ini.
Dilansir dari Wikipedia ia juga pernah berurusan dengan Kepolisian di Kota Makassar lantaran diduga menggunakan ijazah palsu di tahun 2014. Kemudian oleh Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Makassar disebutkan bahwa Kang Jalal tidak berhak memakai gelar S2 karena tidak menyetarakan ijazah di Depdikbud sehingga ijazah S3-nya dianggap fiktif.
Sementara itu Mahkamah Kehormatan Dewan dalam Sidang Paripurna DPR memutuskan kasus ijazah Jalaludin Rakhmat tersebut tidak terbukti.
Aktif di Ijabi
Sebagai tokoh yang aktif di dunia Islam, ia membidani dan menjadi Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) sejak awal lahirnya tanggal 1 Juli 2000, dan kini telah memiliki hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia.
Diketahui jumlah keanggotaan dari Ijabi sendiri telah mencapai 2,5 juta orang. Ia juga terakhir diketahui menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir dan Umar Shahab, MA. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jumhur pernah menjadi narapidana kasus penyebaran berita hoaks.
Baca SelengkapnyaIa adalah menteri agama dengan masa jabatan paling pendek.
Baca SelengkapnyaIdrus Marham, politisi Golkar dan mantan Menteri Sosial, kembali jadi sorotan usai terpilih sebagai Wakil Ketua Umum Golkar.
Baca SelengkapnyaPratikno mulai dikenal masyarakat sebagai moderator dalam debat capres 2009 yang diselenggarakan oleh KPU.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto menunjuk Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menjadi Menteri Pemberdayaan Masyarakat.
Baca SelengkapnyaIa lahir dari keluarga petani yang taat beragama. Ia kemudian dibesarkan dalam pendidikan pesantren di daerah kelahirannya.
Baca SelengkapnyaPAC GP Ansor dan Banser Gunung Anyar menolak Ustaz Riza Syafiq Hasan Basalamah karena diduga terindikasi berasal dari HTI.
Baca Selengkapnya