Keutamaan Hari Arafah, Waktu Disempurnakannya Agama
Hari Arafah menyimpan banyak keutamaan bagi kaum muslimin, mulai dari penyempurna agama hingga sebagai hari pengampunan.
Hari arafah tak hanya spesial bagi jemaah haji. Karena hari tersebut memiliki keutamaan luar biasa bagi setiap muslim.
Keutamaan Hari Arafah, Waktu Disempurnakannya Agama
Hari Arafah adalah salah satu hari penting dalam agama Islam. Hari tersebut jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah, di bulan terakhir dalam kalender Islam, tepat sehari sebelum Hari Raya Idul Adha. Pada Hari Arafah, jutaan jemaah haji berkumpul di Padang Arafah, sebuah dataran di dekat kota Mekkah, Arab Saudi. Mereka melakukan ibadah wukuf, yaitu berdiri di Padang Arafah dari matahari terbit hingga terbenam. Wukuf sendiri dianggap sebagai salah satu momen puncak dalam ibadah haji.
-
Apa keutamaan puasa Arafah? Termasuk dalam ibadah sunnah, puasa Tarwiyah dan Arafahtentu tidak menyebabkan dosa jika tak dilaksanakan. Namun, kedua puasa ini memiliki keutamaan yang luar biasa bagi mereka yang mengerjakannya.
-
Kenapa puasa Arafah diutamakan? Anjuran ini tidak lain agar umat Muslim yang belum berhaji juga bisa mendapatkan rahmat ampunan dari Allah SWT.
Namun, hari Arafah tak hanya istimewa bagi orang yang berhaji. Hari kesembilan bulan Dzulhijjah ini adalah hari yang mulia bagi umat Islam. Dilansir dari rumaysho.com, hari tersebut adalah hari mustajabnya doa, diampuninya dosa dan pembebasan diri dari siksa neraka. Hari Arafah menyimpan banyak keutamaan. Berikut kami sampaikan apa saja keutamaan hari Arafah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah.
Hari Disempurnakannya Agama dan Nikmat
‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada ‘Umar,
“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).” “Ayat apakah itu?” tanya ‘Umar. Ia berkata, “(Ayat yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” ‘Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah pada hari Jum’at.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
rumaysho.com
Hari Ied Kaum Muslimin
Ibnu ‘Abbas berkata, “Surat Al Maidah ayat 3 tadi turun pada dua hari ‘ied: hari Jum’at dan hari Arafah.” ‘Umar juga berkata, “Keduanya (hari Jum’at dan hari Arafah) -alhamdulillah- hari raya bagi kami.” Namun, hari Arafah adalah hari ‘ied hanya bagi orang yang sedang wukuf di Arafah saja. Bagi mereka yang tidak wukuf dianjurkan untuk berpuasa, menurut mayoritas ulama.
Hari Arafah sebagai Asy Syaf’u
Hari Arafah disebut sebagai Asy Syaf’u, atau penggenap, yang Allah bersumpah dengannya. Sedangkan Idul Adha (hari Nahr) disebut sebagai al watr, atau ganjil. Inilah yang disebutkan dalam ayat, “dan (demi) yang genap dan yang ganjil” (QS. Al Fajr: 3). Demikian kata Ibnu Rajab Al Hambali. Namun Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir memiliki pendapat sebaliknya. Yang dimaksud al watr adalah hari Arafah, sedangkan asy syaf’u adalah hari Nahr (Idul Adha).
Keutamaan Puasa Arafah
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata, “Hari ‘Arafah lebih utama dari 10.000 hari.” Kemudian ’Atho’ berkata, “Barangsiapa berpuasa pada hari ‘Arofah, maka ia mendapatkan pahala seperti berpuasa 2000 hari.”
Tak hanya itu, puasa Arafah juga memiliki keutamaan dapat mengampuni dosa dua tahun. Dari Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim).
Hari Pengampunan Dosa dan Pembebasan dari Siksa Neraka
Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim). Ada pula hadis dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah berbangga kepada para malaikat-Nya pada sore Arafah dengan orang-orang di Arafah, dan berkata: “Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu” (HR. Ahmad).