Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menengok Ganasnya Wabah Pes Garut Tahun 1930, Bupati Garut Jadi ODP 9 Hari

Menengok Ganasnya Wabah Pes Garut Tahun 1930, Bupati Garut Jadi ODP 9 Hari Wabah Penyakit Zaman Belanda. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Kemunculan Covid-19 di Indonesia rupanya menggemparkan semua pihak, lantaran penyebarannya yang begitu cepat dan menewaskan ribuan nyawa dari seluruh dunia. Namun, siapa sangka jika dahulu Indonesia yang masih bernama Hindia Belanda pernah dilanda wabah yang luar biasa.

Salah satunya adalah wabah Sampar atau Pes, sebuah penyakit yang popular di Eropa abad pertengahan. Pes dikatakan tak kalah berbahaya dari Covid-19, karena keadaan yang sama saat itu bahwa wabah tersebut telah merenggut kurang lebih 240.000 nyawa di seluruh pulau Jawa dan Garut merupakan salah satu klasternya pada 1930.

Melumpuhkan Aspek Sosial dan Ekonomi

Orang lain juga bertanya?

wabah penyakit zaman belanda

Penanganan Pes oleh Pemerintah Hindia Belanda

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ ©2020 Merdeka.com

Gencarnya pemberitaan dari AID De Preanger-Bode yang juga disadur oleh media-media yang terbit di Hindia Belanda dan Belanda, seperti De Indische courant, Soerabaijasch Handelsblad, Nieuwe Apeldoornsche courant, De Standaard, De Tijd, dan Bredasche courant, membuat masyarakat kian resah.

Bahkan aspek ekonomi pun lumpuh, salah satu terdampak luar biasa adalah bisnis Hotel di Garut yang saat itu merupakan salah satu pemasukan wilayah yang cukup besar akibat tingginya minat wisatawan yang hendak berlibur ke wilayah yang disebut “Swiss van Java” tersebut.

Dikutip dari Ayotasik, disebutkan bahwa para pemilik hotel saat itu bersatu untuk membuat petisi kepada pihak keamanan agar media-media tak lagi memberitakan wabah yang merugikan industri pariwisata Garut hingga lebih dari 50 % tersebut.

Meninggalnya Camat Garut Kota Setelah Berinteraksi Dengan ODP

bupati garut

Bupati Garut

twitter tukang pulas ©2020 Merdeka.com

Mengganasnya wabah Pes (sampar) saat itu rupanya juga merenggut nyawa dari Raden Kanduruan Kertanegara yang saat itu menjabat sebagai Camat (kepala bagian kecamatan) wilayah Garut Kota.

Penyakit dari hewan pengerat tersebut memang tak kalah mengerikan dari Covid-19, mengutip dari Halodoc, wabah Pes bisa menular dengan cepat lewat udara yang terpapar tikus maupun urinenya. Sehingga menjadi suatu teror yang mampu merenggut nyawa banyak orang.

Diketahui via kebudayaan.kemdikbud.go.id, jika Raden Kanduruan Kertanegara telah melakukan aktivitas dinas dan berinteraksi langsung dengan Bupati Garut (tot de contactpersonnen behoort de regent), yang menjabat saat itu bernama R.T.M.M. Suria Karta Legawa dan dikatakan positif terpapar Pes atau Sampar seperti yang tertulis dalam berita yang diterbitkan oleh Koran Belanda di Bandung “AID De Preanger-Bode”.

Bupati Garut Jadi ODP

Sejak lama memang prinsip isolasi atau karantina personal sudah digunakan oleh seseorang yang terpapar wabah sejak lama, seperti yang dimuat dalam pemberitaan dari surat kabar “AID De Preanger-Bode”. Salah satu orang yang dilarang beraktivitas di luar dan harus mengurung diri di kediamannya selama 9 hari adalah Bupati Garut.

“De regent van Garoet, die, in verband met het overlijden aan longpest van den assistent-wedana van de kota Garut, negen dagen in observatie is geweest, als contactpersoon, is thans practisch buiten gevaar”.

“Bupati Garoet, yang, sebagai penghubung, telah melakukan kontak dan tak boleh keluar selama sembilan hari sehubungan dengan wabah pneumonia dari asisten wedana (Camat) kota Garoet, Kutipan yang diterbitkan oleh kantor berita Aneta pada 2 Mei 1933.

Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda

wabah penyakit zaman belanda

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ ©2020 Merdeka.com

Mewabahnya penyakit Pes atau Sampar tak lepas dari banyaknya rumah berbilik bambu dan beralaskan tanah lembap yang disukai oleh tikus. Aktivitas yang saling berdekatan antara hewan pengerat dan manusia tersebut jadi salah satu penyebab cepatnya penyebaran wabah mematikan tersebut di kawasan Garut.

Sejak saat itu, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan kebijakan tentang pendirian bangunan yang harus mendapatkan izin dari Mantri Bangunan, salah satunya dinding harus terbuat sekurang-kurangnya setengah tembok (semen) dan tidak menggunakan bilik. Setelah itu, lantai wajib menggunakan papan dan harus berjarak sekurang-kurangnya sebatas lutut orang dewasa dari tanah (struktur panggung).

Selain itu, untuk atap rumah-rumah yang masih menggunakan ijuk harus diganti struktur genteng yang disubsidikan langsung oleh Pemerintah Hindia Belanda dari pabriknya di Kampung Lio.

Biaya pembangunan juga dibantu oleh pemerintah Belanda. Bahkan bagi warga yang punya rencana perbaikan rumahnya dapat dibantu dengan pinjaman dari bank (bantuan sosial), asal sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Mantri Bangunan.

Penerapan Pembatasan Aktivitas Sosial

Sama seperti pandemi Covid-19 saat ini, saat makin meluasnya wabah Pes, pemerintah setempat memutuskan untuk membatasi bahkan menghentikan aktivitas yang mendatangkan keramaian, seperti pasar hiburan, balap kuda, pasar tradisional hingga sirkus terkait untuk mengatur kebijakan politik tertentu.

Saat itu pemberitaan tersebut muncul dalam tulisan yang berasal dari media masa berbahasa Belanda dengan tulisan berjudul “Pest en Politiek” (Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch) diterbitkan Indie, pada 5 Juli 1933.

Ditangani Dokter Slamet hingga Diabadikan Jadi Nama Rumah Sakit

Semakin menyebarnya penyakit tersebut hingga membuat Mantri Kesehatan yang saat itu dipegang oleh Iyas (tergabung dalam tim pemberantasan pes), juga terserang penyakit yang sama hingga akhirnya meninggal dunia.

Dengan keadaan yang semakin terdesak, akhirnya Mantri Kesehatan tersebut secara tugas juga dilakukan oleh ketua tim pemberantasan Pes bernama dr. Slamet Atmosoediro, selaku Kepala RSU yang telah ditunjuk oleh pemerintah Belanda untuk menghentikan penyebaran virus Pes itu.

Setelah dr. Slamet Atmosoediro meninggal dunia, kepala RS Garoet dilanjutkan oleh dr. H.R. Parjono Soerio Dipoero, pindahan dari RS Tasikmalaya. Ia menjabat kepala RSU Garoet dari tahun 1935 sampai 1945.

Untuk mengingat jasanya, nama dr. Slamet Atmosoediro dijadikan nama RSU Garoet, hingga dikenal sebagai RSU dr. Slamet hingga sekarang yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 51/Men.Kes/SK/II/79 tahun 1979 dilansir dari visitgarut.garutkab.go.id.  (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kasus Difteri Kembali Ditemukan di Garut, Seorang Warga Meninggal
Kasus Difteri Kembali Ditemukan di Garut, Seorang Warga Meninggal

Penyakit difteri kembali ditemukan di Garut, Jawa Barat. Seorang warga Kecamatan Samarang dilaporkan meninggal dunia setelah mengalami gejala difteri.

Baca Selengkapnya
Ketika Dokter Belanda Enggan Obati Pribumi yang Terjangkit Wabah, Sosok Ini Datang jadi Pahlawan
Ketika Dokter Belanda Enggan Obati Pribumi yang Terjangkit Wabah, Sosok Ini Datang jadi Pahlawan

Penyakit pes pernah melanda Jawa pada awal abad ke-20, dr Cipto Mangunkusumo adalah pahlawan karena mengobati pribumi yang terjangkit penyakit pes.

Baca Selengkapnya
Pulau di Pinggiran Jakarta Ini Pernah Jadi Lokasi Karantina Jemaah Haji Tahun 1911, Intip Penampakannya
Pulau di Pinggiran Jakarta Ini Pernah Jadi Lokasi Karantina Jemaah Haji Tahun 1911, Intip Penampakannya

Jemaah yang akan atau baru kembali dari Mekkah harus dikarantina di pulau tersebut.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal

Kemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.

Baca Selengkapnya
3 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ini Foto-Foto Paling Dramatis
3 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ini Foto-Foto Paling Dramatis

Merdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:

Baca Selengkapnya
Banyak Ditemukan Benda Peninggalan VOC, Intip Kisah Sejarah Pulau Onrust di Kepulauan Seribu
Banyak Ditemukan Benda Peninggalan VOC, Intip Kisah Sejarah Pulau Onrust di Kepulauan Seribu

Menguak sejarah Pulau Onrust yang berada di antara Kepulauan Seribu yang konon menjadi titik penting ketika masa kolonial.

Baca Selengkapnya
Pilunya Wabah Malaria di Cirebon, Terjadi Selama 27 Tahun dan Sebabkan 2.000 Orang Meninggal
Pilunya Wabah Malaria di Cirebon, Terjadi Selama 27 Tahun dan Sebabkan 2.000 Orang Meninggal

Warga Eropa dan pribumi banyak yang menjadi korban keganasan nyamuk malaria.

Baca Selengkapnya
Heboh Virus Nipah, Kemenkes Petakan Wilayah Banyak Kelelawar
Heboh Virus Nipah, Kemenkes Petakan Wilayah Banyak Kelelawar

Kemenkes mulai melakukan surveilans untuk mewaspadai masuknya virus Nipah.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Virus Nipah Bisa Masuk Indonesia, Ini Alasannya
Kemenkes Sebut Virus Nipah Bisa Masuk Indonesia, Ini Alasannya

Virus Nipah menyebabkan dua orang meninggal dunia di India.

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Menkes Siapkan Tempat Karantina Khusus Penderita TBC
Jokowi Minta Menkes Siapkan Tempat Karantina Khusus Penderita TBC

Penyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Pusat Penelitian Tebu di Pasuruan Ini Ternyata Pernah Selamatkan Industri Gula Dunia, Ini Kisahnya
Pusat Penelitian Tebu di Pasuruan Ini Ternyata Pernah Selamatkan Industri Gula Dunia, Ini Kisahnya

Wabah itu menyebabkan tebu-tebu yang ditanam di perkebunan mengalami cacat karena tidak memilii batang.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Kembali Muncul di Solo
Kasus Covid-19 Kembali Muncul di Solo

Meskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.

Baca Selengkapnya