Mengenal Talbot, Bioskop Pertama di Indonesia yang Pernah Berkeliling Kampung
Merdeka.com - Siapa yang tidak mengenal bioskop, tempat untuk menonton film bersama orang terdekat atau keluarga ini ternyata memiliki sejarah awal yang unik di Indonesia.
Umumnya bioskop merupakan satu ruangan tetap yang bisa dikunjungi orang untuk menonton dengan membayar tiket. Namun, tahu kah Anda jika di awal pendiriannya bioskop posisinya berpindah-pinda dan tidak menetap?
Berikut sepenggal kisah lahirnya Talbot, yang merupakan cikal bakal bioskop di era sekarang.
-
Apa cara orang dulu 'ngadem' di bioskop? Meskipun ada pendingin yang diciptakan dengan metode balok es, hal ini tidak cukup untuk menangkal udara panasnya. Paling tidak lumayan untuk 'ngadem' kala itu. Terutama bagi warga AS sebelum tahun 1922.
-
Di mana bioskop pertama di Indonesia? Rumah seorang pengusaha ini dialihfungsikan sebagai bioskop dengan nama 'The Royal Bioscoope'.
-
Siapa yang membangun bioskop pertama di Medan? Di Medan, pada tahun 1889 telah dibangun bioskop pertama yang didirikan oleh seorang Belanda bernama Michael.
-
Kapan bioskop pertama di Medan dibangun? Di Medan, pada tahun 1889 telah dibangun bioskop pertama yang didirikan oleh seorang Belanda bernama Michael.
-
Apa nama bioskop pertama di Medan? Bioskop tersebut bernama De Oranje Bioscoop yang pada saat itu masih menayangkan film-film bisu yang menceritakan kisah orang-orang Belanda maupun Eropa.
-
Kenapa bioskop pertama di Medan dibangun? Pada saat itu, orang-orang yang datang ke bioskop adalah dari kelompok masyarakat kalangan elite yang tinggal di Kota Medan, sekaligus para pejabat pemerintahan Hindia-Belanda.
Memiliki Nama Talbot
https://www.kitlv.nl/ ©2020 Merdeka.com
Dikutip dari merdeka.com, pertama kali bioskop didirikan di Indonesia pada 1900-an dengan nama Talbot. Talbot merupakan panggilan dari nama pemilik awal yang dijadikan nama bioskop karena kepopularannya.
Hal unik dari Talbot, selain didirikan di sebuah rumah berkonsep bedeng dengan dinding anyaman bambu dan atap seng, ketika selesai ditayangkan bioskop tersebut akan dibawa berkeliling kota oleh sang pemilik dengan mencopot susunan dari bangunan Talbot.
Tiket Seharga 10 Karung Beras
Pada awal pendiriannya, Talbot yang beralamat di Jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat ini memiliki tiket yang sangat mahal, yaitu sebesar dua setengah gulden atau setara dengan 10 kilogram beras.
Dan saat itu, rata-rata hanya anak bangsawan dan kalangan Belanda saja yang mampu untuk menonton film bisu, berlatar musik orkestra di Talbot tersebut.
Di masanya, terdapat salah satu film bisu yang selalu dipertontonkan kepada warga Belanda maupun warga Jakarta, yaitu film hitam putih berjudul “Sri Baginda Maharatu Belanda bersama Pangeran Hertog Hendrick memasuki Ibu Kota Belanda, Den Haag".
Tragedi Kebakaran dan Bioskop Pertama
Di tahun 1903, seorang pengusaha lainnya bernama Schwarz juga mendirikan sebuah Talbot baru semi permanen di Jalan Kebon Jahe, Tanah Abang, Jakarta. Namun, karena kesalahan operasional sehingga bioskop tersebut dilanda kebakaran hebat, sehingga tidak bisa diselamatkan.
Akhirnya Schwarz mendirikan mencoba mendirikan Talbot secara permanen di sebuah bangunan gedung di daerah Pasar Baru.
Cikal Bakal Layar Tancap
Selain dibawa secara berkeliling, saat itu Talbot mulai menarik minat masyarakat kelas menengah ke bawah untuk ikut merasakan gelaran visual tanpa suara tersebut.
Hal itulah yang mendorong pengusaha bioskop bernama Jules Francois de Calonne untuk membawa tontonan ke ranah khalayak ramai, dengan mempertontonkannya di ruang terbuka (lapangan).
Kelak konsep menonton Talbot seperti itu akan menjadi tren yang merupakan cikal bakal ‘Layar Tanjep’ atau ‘Misbar’ alias gerimis bubar.
Karena ditujukan bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah, maka harga tiketnya pun disesuaikan dengan keadaan segmentasi penonton yang saat itu penasaran dengan tampilan visual bergerak yang diiringi musik orkes.
Semakin antusiasnya seluruh lapisan masyarakat, membuat bioskop menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan hingga banyak pengusaha-pengusaha di era tersebut mulai mendirikan berbagai bioskop dengan konsep yang lebih modern dan berbeda. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada 1907 jadi tahun pertama kemunculan bioskop di Kota Kembang. Letaknya ada di sekitar alun-alun Kota Bandung, dengan gedung tenda bilik sederhana.
Baca SelengkapnyaSebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya, Banda Aceh memiliki kisah dan sejarah panjang tentang lahirnya bioskop dan perfilman di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAl Hambra adalah bioskop pertama di Jogja. Pada awal kemunculannya, bioskop ini dibagi menjadi dua kelas berdasarkan status sosial masyarakat pada saat itu.
Baca SelengkapnyaPada tahun 1900-an, masyarakat saat itu menyebutnya sebagai "Toneel Melajoe" atau "Komedi Stamboel".
Baca SelengkapnyaTempat pemutaran film pertama di Kota Medan yang sudah ada sejak akhir abad 19.
Baca SelengkapnyaDulu gambar toong sempat viral di masanya, anak-anak yang ingin menonton diharuskan membayar sebesar Rp5 sampai Rp10 rupiah
Baca SelengkapnyaKereta api menjadi salah satu moda transportasi darat favorit bagi masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.
Baca SelengkapnyaSuasana Indonesia pada tahun 1970 membuat siapapun akan bernostalgia. Mulai transportasi hingga keseharian warganya sudah tidak banyak ditemukan saat ini.
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi sejarah di Indonesia dari masa ke masa ini menarik untuk disimak.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan suasana Indonesia pada tahun 1920-an seperti kembali ke masa lalu.
Baca SelengkapnyaKarena harga yang sangat terjangkau, anak-anak pun ramai datang ke rumahnya untuk menonton film di 'bioskop' mini.
Baca SelengkapnyaPesona Ibukota Jakarta sudah tersaji sejak dahulu kala. Meski sudah banyak perubahan saat ini, namun suasana klasik zaman dulu mampu membangkitkan nostalgia
Baca Selengkapnya