Sejarah Condet yang Belum Banyak Diketahui, dari Area Kebun Duku sampai Cagar Budaya Betawi yang Gagal
Penetapan cagar budaya Betawi di Condet sendiri sebelumnya dilakukan oleh Gubernur Ali Sadikin.
Penetapan cagar budaya Betawi di Condet sebelumnya dilakukan oleh Gubernur Ali Sadikin.
Sejarah Condet yang Belum Banyak Diketahui, dari Area Kebun Salak dan Duku sampai Cagar Budaya Betawi yang Gagal
Jakarta memiliki banyak tempat bersejarah, salah satunya Condet.
Secara administrasi, Condet merupakan sebuah daerah yang terletak di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Ada banyak kisah menarik tentang kawasan Condet, mulai dari bekas perkebunan salak dan duku sampai sisa cagar budaya Betawi yang gagal.
-
Apa nama wilayah Jakarta di masa awal? Siapa sangka jika Ibu Kota Jakarta dulunya hanya sebuah wilayah pelabuhan kecil dengan luas wilayah sekitar 125 KM persegi.
-
Mengapa Condet jadi kawasan wisata? Zaman dahulu, sekitar 1900-an, Condet jadi kawasan wisata yang dikelola tuan tanah Belanda bernama D.W Freyer. Setelahnya area ini ditinggali warga asli Betawi, dan ditanami banyak buah salah manis sebagai komoditas utama.
-
Kapan Condet jadi cagar budaya? Oleh Gubernur Ali Sadikin, kawasan ini kemudian dipelihara dan dijadikan wisata edukasi seputar Betawi. Pada 1977, tercatat jumlah pohon salak mencapai angka 1.656.600 rumpun dan 2.383 pohon duku.
-
Kenapa Kota Tua Jakarta memiliki sejarah penting? Kota ini menjadi markas besar VOC di Hindia Timur dan berkembang pesat dari perdagangan rempah-rempah.
-
Bagaimana Batik Betawi berkembang di Jakarta? Mengutip situs Indonesia Kaya, melihat antusiasme pasar batik di Jakarta yang menjanjikan, pengusaha batik Tionghoa mendatangkan perajin dari kota batik Pekalongan dan Solo untuk membangun industri batik di Jakarta.
-
Dimana letak Kota Tua Jakarta? Di jantung ibu kota Indonesia, tersembunyi sebuah permata sejarah yang tak ternilai—Kota Tua Jakarta.
Belakangan nama Condet kesohor berasal dari anak Sungai Ciliwung yakni Ci Ondet. Namun Condet tak melulu tentang sungai, karena ada banyak kisah menarik tentang wilayah ini di masa silam.
Saat ini Condet lebih populer sebagai nama jalan yang selalu disebut warga saat menaiki angkutan kota.
Berikut fakta menarik tentang Condet selengkapnya.
Dari Nama Sungai sampai Nama Sosok Berwajah Baret
Memang benar, jika Condet diadaptasi dari nama sungai yang merupakan anak Sungai Ciliwung. Dahulu sungai itu bernama Ci Ondet yang berasal dari bahasa Sunda, yaitu air (cai).
Mengutip buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta karya Rachmat Ruchiat, hasil penelusuran lebih jauh menyebut bahwa Ci Ondet berasal dari nama pohon yakni Antidesma Diandrum Sprg. Ini merupakan tanaman mirip pohon Buni, dengan buah yang bisa dimakan.
Dari laman Seni Budaya Betawi, selain nama sungai, Condet konon berasal dari sosok sakti dengan luka baret di wajah bekas sayatan senjata tajam.
Dahulu sosok ini kerap memunculkan diri di sekitar sungai, Batu Ampar, Balekambang, serta Pejaten. Perlu dilakukan penelitian lebih dalam, terkait kepastian asal-usul nama Condet menjadi sebuah daerah.
Dahulu Condet Merupakan Perkebunan Salak dan Duku
Jauh sebelum merebaknya permukiman warga, kawasan ini masih berupa kampung yang sederhana. Banyak daerah kosong di sana yang dimanfaatkan warga, salah satunya untuk perkebunan duku.
Selain duku, ada juga komoditas lainnya yang juga dibudidayakan yakni salak dengan cita rasa manis. Namun lambat laun daerah perkebunan mulai dijadikan kawasan permukinan, dengan banyak bangunan.
Daerah tersebut pun sudah sulit menemukan daerah kosong maupun perkebunan, dan berganti menjadi sebuah kota.
Pernah Berdiri Kawasan Vila Mewah
Karena dianggap potensial, kawasan Condet juga pernah menjadi kawasan partikelir yang tanahnya dikelola oleh kongsi dagang VOC.
(Gambar: Salak Condet)
Saat itu terdapat resolusi pimpinan Belanda di Batavia pada 8 Juni 1753. Dalam keputusan itu berbunyi penjualan sebidang tanah di Condet seluas 816 morgen atau 52.530 hektare, seharga 800 ringgit kepada Frederik Willem Freijer.
Oleh Frederik, kawasan Condet dijadikan lokasi peristirahatan atau vila dengan nama Tanjung Oost atau Tanjung Timur, Groeneveld. Area wisata itu membentang dari Depok hingga Srengseng dan Condet.
Sempat jadi Cagar Budaya Betawi
Tahun 1974 menjadi titik balik Condet sebagai kawasan yang murni dihuni oleh warga Betawi. Mengutip Indonesia.go.id, hampir 90 persen warga Condet merupakan keturunan Betawi murni dengan mengandalkan perkebunan salak, duku hingga durian.
Ini membuat Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin menetapkan kawasan Condet sebagai cagar budaya Betawi melalui Kepgub Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. D.IV-1V-115/e/3/1974 tentang Penetapan Kampung yang Diperkembangkan sebagai Daerah Tempat Tinggal Baru di Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Selain itu, kawasan tersebut juga ditetapkan sebagai lahan produktif komoditas buah seperti duku, salak dan durian sebagai hasil utama kawasan Condet.
Sayangnya seiring berjalannya waktu, mulai banyak para pendatang yang membeli tanah di sana dan mendirikan permukiman. Condet yang awalnya dihuni warga Betawi perlahan menjadi daerah urban yang ditinggali warga dari luar Jakarta.
Pada tahun 2004, status cagar budaya Betawi kawasan Condet harus dicabut lantaran warga Betawi sudah tersisihkan. Sebagai gantinya, pemerintah provinsi saat itu menjadikan kawasan Setu Babakan sebagai cagar budaya Betawi.