Krisis Air Bersih di Jakbar, Warga Bandingkan PAM Jaya dengan Palyja
Saat ini sebagian warga mengandalkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Krisis air tengah melanda permukiman warga RW 011 Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat. Sebanyak 11 RT di sana mengalami kekurangan air di sana.
Krisis Air Bersih di Jakbar, Warga Bandingkan PAM Jaya dengan Palyja
Krisis air ini akibat masalah perpipaan di PAM Jaya. Warga yang memiliki pompa dan mengambil air dari tanah tak mengalami kendala apa pun.
Ketua RW 011 Pegadungan Muhammad Arif Rahman mengatakan, air PAM Jaya tidak mengalir sekitar dua pekan. Namun, dua hari belakangan, air sudah mulai keluar tetapi tak bisa digunakan karena keruh berwarna hitam.
"Menurut informasi dari PAM Jaya, memang ada perbaikan Instalasi Pengelolaan Air (IPA) di Hutan Kota dan kurangnya debit air baku di musim kemarau," kata Arif kepada merdeka.com di kediamannya, Minggu (17/9).
Arif menjelaskan, mayoritas warga RT 001, 002, 003, dan 011 menggunakan air tanah. Meski demikian, masih ada warga yang terdampak dan membutuhkan air bersih.
"Untuk RT 005, 008, 009, 007, 006, 010, itu air tanahnya jelek. Makanya ketika dulu PAM masuk, dimatiin air tanahnya. Buat apa dipakai? Jelek kan," ujarnya.
Di RT 004, jumlah penggunaan air pipa PAM Jaya dengan air tanah sama banyaknya.
PAM Jaya pun, tambah Arif, selalu sigap merespons. Pihaknya mengirimkan lima mobil tangki air bersih setiap harinya. Pihak kepolisian pun sempat mengirimkan wator canon beberapa hari yang lalu.
"Tadi kan (air dikelola) Palyja, swasta, kontrak 20 tahun lama. Sekarang balik lagi (dikelola) pemerintah, (Palyja) kontraknya habis, PAM Jaya (yang kelola). Dulu pernah juga waktu Palyja, cuman responsnya kurang bagus," jelas Arif.
Ketika krisis air di masa Palyja, perusahaan tersebut tidak memberikan bantuan apa pun. Maka dari itu, ia bersyukur PAM Jaya sigap memberikan bantuan tangki air meskipun jumlahnya tak bisa memenuhi seluruh kebutuhan warga.
"PAM Jaya sebenarnya perhatian. Mobil tangki berbondong-berbondong. Saya nggak bisa pastikan (kapan mobil datang). Tapi nanti sopirnya kabarin saya," kata Arif.
Merdeka.com pun sempat mencicipi air tanah di sana. Rasanya asin meskipun jernih warnanya.
Merdeka.com juga sempat bertemu dengan Desi, warga RT 005. Dia tengah membeli air tanah dari tetangganya di RT 006. Air tanah tersebut dijual seharga Rp5.000 per lima jeriken.
"Saya beli soalnya mesin (PAM) di rumah saya sekali dinyalaian, merah semua, hitam. Ini mah (kuning) sudah mengendap," katanya.
Meskipun air tersebut kuning, Desi tetap menggunakan air itu untuk mencuci baju. "Tidak berbau, tidak berbusa, tapi kualitas airnya tidak bisa," tambah Desi singkat.Berbeda dengan keterangan Pak RW, Desi menyebut bahwa air PAM di rumahnya sudah bermasalah sejak awal bulan September.
"September awal berbau, dari berbau, berbusa, akhirnya ya sudah tidak mengalir sama sekali. Sekarang mengalir, merah," cerita Desi.
"Kalau disaring, aku di rumah disaring pakai kaos (airnya) malah penuh tanah. Pakai filter air, filternya yang habis," sambungnya.
Tak hanya itu, musala di sekitar tempat tinggalnya pun baru membuat pompa air tanah untuk menyediakan kebutuhan salat.
"Orang mau salat saja repot. Sampai akhirnya musalanya ngebor air tanah. Nggak ada air, mau gimana? Karena air mati, dia buru-buru itu," ujarnya.
Desi pun menyinggung soal pengelolaan air di masa Palyja. Menurutnya, air Palyja lebih bagus dibandingkan PAM Jaya.
"Selama pindah ke PAM Jaya ya malah kenapa-kenapa. Iya (kayak bau lumpur). Masih lebih bagus sih Palyja. Nggak masalah," kata Desi.
Oleh sebab itu, Desi menyayangkan kejadian ini karena pengeluarannya jadi bertambah untuk membeli air galon buat konsumsi dan air tanah buat kebutuhan sehari-hari.
"Buat minum kan masaknya dari PAM, sekarang kita beli air galon ya kita masak lagi buat masak, buat minum," ucap Desi.
Sampai artikel ini ditulis, Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin tak merespons pesan yang dikirimkan merdeka.com untuk memberi penjelasan lebih lanjut.
Meski demikian, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono sudah meminta Dirut PAM Jaya untuk terus mensuplai air bersih di sana agar kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi.
"Jadi gini, saya selalu monitor itu dan saya minta Dirut PAM untuk menyuplai air bersih terus ya," ujar Heru Budi kepada wartawan di RPRTA Kalijodo, Jakarta Barat, Sabtu (16/9).
Heru menegaskan bahwa permasalahan krisis air bersih di kawasan Kalideres ini menjadi perhatian serius pemerintah.
"Kami juga menjadi perhatian lah dari pemerintah untuk supaya masyarakat bisa mendapat air bersih," kata Heru.