Misteri Catatan Bahasa Mandarin di Balik Mahasiswi Untar Bunuh Diri Terungkap, Ternyata Ini Maknanya
Polisi masih mendalami motif dari korban yang menjatuhkan diri lantai enam gedung kampus itu.
Catatan berbahasa Mandarin di dalam buku catatan milik mahasiswi Universitas Tarumanegara (Untar) berinisial E yang meninggal dunia usai melompat dari lantai enam gedung kampus itu pada Jumat (4/10), akhirnya terungkap. Dari hasil penyelidikan dilakukan kepolisi ternyata catatan itu hanya lirik lagu.
"Bahasa Mandarin, ternyata setelah dicek sama keluarganya, itu berisi lirik lagu-lagu Mandarin," kata Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol M Syahduddi kepada wartawan di Jakarta, Selasa (8/10).
Syahduddi mengataan, keluarga juga tidak menemukan keterkaitan antara keluhan atau curhatan korban dengan tulisan Mandarin tersebut.
"Ya, pokoknya dari pengakuan keluarga korban, itu (tulisan Mandarin) setelah diterjemahkan, itu lirik lagu Mandarin yang ditulis korban. Jadi, tak ada kaitan dengan curhatnya korban atau mungkin keluhan korban dengan tulisan itu," kata Syahduddi.
Ketika ditanya mengenai nuansa atau pesan lirik tersebut, dia menyebut bahwa itu hanya lirik lagu Mandarin.
"Ya, pokoknya lirik lagu Mandarin," ucap Syahduddi.
Hingga kini, polisi masih mendalami motif dari korban yang menjatuhkan diri lantai enam gedung kampus itu.
Keluarga Tak Temukan Kelainan
Keluarga dan kampus tak menemukan kelainan dialami E (18) yang meninggal dunia akibat menjatuhkan diri dari lantai enam salah satu gedung di perguruan tinggi itu pada Jumat (4/10).
"Baik orang tua korban maupun kampus tidak melihat kelainan terhadap korban. Kelainan dalam artian mungkin korban ada masalah terkait dengan hubungan asmara atau utang piutang atau terkait dengan konflik keluarga," kata Syahduddi.
Keluarga menyebut hubungan korban dengan keluarga baik-baik saja.
"Keluarga menyatakan hubungannya baik-baik saja tidak ada masalah. Mereka juga heran, kok sampai nekat (menjatuhkan diri) seperti itu," kata dia.
Sebelumnya, polisi menyatakan bahwa keluarga mahasiswi Universitas Tarumanegara (Untar) tidak ingin jenazah korban diautopsi.
"Itulah dia (keluarga) tidak mau (korban) diautopsi. Jadi, korban ingin untuk dibawa pulang saja," kata Kanit Reskrim Polsek Grogol Petamburan AKP Aprino Tamara saat dihubungi di Jakarta, Senin (7/10).
Awalnya, kata Aprino, keluarga korban mengatakan bahwa korban tewas karena dibunuh.
"Jadi dia (keluarga) tidak terima waktu tahu dia (korban) bunuh diri, itu tak terima, awalnya. Iya sempat (menyalahkan orang lain). Bahkan-bahkan dibilang, 'ini dibunuh nih' katanya," jelas Aprino.
Namun, setelah diberikan penjelasan dan ditunjukkan rekaman CCTV kejadian, keluarga korban akhirnya menerima bahwa tewasnya korban bukan kasus pembunuhan.
"Nah setelah kita jelaskan, malam itu CCTV sama saksi-saksi kita panggil. Istilahnya ya terjawab. Itulah dia (keluarga korban) tidak mau diautopsi jadi korban untuk dia bawa pulang aja," kata Aprino.
Kronologi
Sebelumnya, Kapolsek Grogol Petamburan Kompol Hafiz Gumilang merinci, korban awalnya sudah berada di lingkungan Kampus Untar pukul 09.00 WIB pada hari korban menjatuhkan diri dari lantai 6B pada Jumat (4/10).
"Kemudian jam 10.00 WIB sudah mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Pada pukul sekitar 12.30 WIB yang bersangkutan ini bersama teman-temannya ke kafe sampai pukul 13.00 WIB. Kemudian 13.00 WIB sampai pukul sekitar pukul 16.30 WIB itu yang bersangkutan duduk sendiri," kata Hafiz.
Kemudian sekitar pukul 17.30 WIB, korban menuju ke parkiran dan memasukkan barang-barang bawaannya ke kendaraannya.
"Lalu pada pukul 18.30 WIB, korban ini mengarah ke lantai empat gedung parkir. Kemudian naik ke ke pinggir gedung parkir dan terlihat oleh sekuriti," lanjut Hafiz.
Oleh sekuriti, korban dimintai untuk menjauh dari pinggir gedung dan tidak melakukan tindakan yang membahayakan.
"Namun tidak berapa lama yang bersangkutan menjatuhkan diri," kata Hafiz.