Bahagia Makan Bareng Anak Jalanan, Ini Kisah Mbah Gayeng si Penjual Balon
Merdeka.com - Mbah Gayeng adalah seorang penjual balon yang hidup sebatang kara. Salah satu tangan dan kakinya tak berfungsi layaknya orang normal. Sehari-hari, Ia harus berjualan balon menyusuri jalan-jalan di wilayah Kotagede, Kota Yogyakarta, dengan bantuan kruk agar kakinya tetap bisa melangkah.
Walau begitu, segala keterbatasan yang ada pada diri Mbah Gayeng tak menghalanginya untuk selalu berbagi dengan orang lain. Setiap hari, Mbah Gayeng selalu menyisihkan setengah dari penghasilannya untuk memberi makan anak jalanan. Bahkan, Ia mempunyai mimpi untuk memberikan 300 nasi bungkus kepada anak jalanan.
Berikut selengkapnya:
-
Apa yang didapatkan gelandangan itu? Lebih lanjut, pejalan kaki tersebut menerangkan jika hal itu merupakan rezeki dari Sang Pencipta. 'Karena kejujuranmu, kamu minta 1 dollar, tapi Allah akan beri kamu lebih banyak. Karena Dia penciptamu, tahu yang kamu butuhkan,' katanya.
-
Bagaimana gelandangan itu diberi uang? Diberi Imbalan 'Lima dollar cukup,' ujar sang tunawisma. 'Lima? Bagaimana kalau kamu ambil semuanya? Ini untukmu,' terangnya.
-
Kenapa gelandangan itu diberi uang? 'Aku sangat menghargai kejujuranmu. Kamu bisa saja mengambilnya, tapi tidak. Berapa yang kamu butuhkan?' tanyanya.
-
Bagaimana cara pengemis kaya raya ini mendapatkan uang? Dalam sehari, dia mendapat Rp500.000 hingga Rp1 juta per hari.
-
Bagaimana manusia gerobak mencari nafkah? Mereka berkamuflase menjadi manusia silver, manusia kostum atau badut Tak jarang membawa keluarga dengan gerobak atau manusia gerobak, pengemis, pengamen hingga pak ogah
-
Bagaimana Pak Kasimin mendapatkan kebutuhan sehari-hari? Sehari-hari ia beraktivitas sebagai pedagang sayuran. Hasil bumi ia cari di hutan dan hasilnya ia jual ke pengepul. Kalau belanja kebutuhan sehari-hari pun ia harus pergi ke perkampungan terdekat.
Diberi Keterbatasan Fisik
©Kitabisa.com
Karena diberi keterbatasan fisik, Mbah Gayeng harus menyiapkan balon dagangannya dengan satu tangan. Tak hanya itu, dia juga harus berjalan menyusuri jalanan di Kotagede dari pagi hingga petang dengan satu kaki.
Walaupun begitu, kekurangan itu tidak membuat Mbah Gayeng putus asa. Dia tetap menjalani hari-harinya dengan penuh semangat. Keadaan itu tidak menjadi penghalangnya untuk bisa berbagi kepada mereka yang membutuhkan.
Kisah Mbah Gayeng dan Anak Penjual Kerupuk
©Kitabisa.com
Mbah Gayeng adalah sosok yang senang berbagi. Pernah pada suatu hari ada anak kecil penjual kerupuk di jalan yang terus melihat balon Mbah Gayeng dari jauh. Bahkan sampai magrib Ia tak berani mendekat dan hanya duduk di trotoar karena dagangannya tidak laku.
Mengetahui hal itu, Mbah Gayeng langsung menuju warung makan dan membeli dua nasi bungkus. Dia pun langsung mengajak anak kecil itu makan bareng dan memberinya balon secara cuma-cuma.
Sisihkan Sebagian Penghasilan
©Kitabisa.com
Setiap harinya Mbah Gayeng mendapat penghasilan sekitar Rp20-30 ribu dari berjualan balon. Walau penghasilannya tak banyak, setiap hari Mbah Gayeng selalu menyisihkan separuhnya untuk membelikan makanan pada anak jalanan yang ditemuinya. Bahkan Ia bermimpi untuk bisa memberikan 300 nasi bungkus kepada anak jalanan.
“Ayo temani Mbah makan. Nanti Mbah kasih satu balon warna merah,” ujar Mbah Gayeng kepada anak-anak yang Ia temui di jalan.
Bahagia Makan Bareng Anak Jalanan
©Kitabisa.com
Mbah Gayeng saat ini hidup sebatang kara. Karena hidup sendiri itulah Ia merasa bahagia tatkala bisa makan bersama anak jalanan.
“Mbah cuma sendiri. gak punya temen makan. Jadi Mbah ajak makan anak-anak di jalan,” kata Mbah Gayeng dikutip dari Instagram @kitabisacom pada Rabu (19/8). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Simak cerita haru seorang kakek 70 tahun yang menderita stroke rela tetap bekerja demi keluarga.
Baca SelengkapnyaPerjuangan hidup Mbah Sulaiman, penjual balon keliling yang hidup sebatang kara dan bikin warganet sedih.
Baca SelengkapnyaSemua terpaksa dilakukannya demi menyambung nyawa.
Baca SelengkapnyaPenjual mainan ketemu Ganjar dan diajak untuk mampir ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaDagangannya kerap tak laku. Hal ini membuatnya terpaksa harus melewati masa sulitnya di masa tua.
Baca SelengkapnyaAda banyak cara membantu sesama di masa serba cepat seperti sekarang ini.
Baca SelengkapnyaIa hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca SelengkapnyaBang Jabo menggratiskan pempeknya untuk kalangan duafa.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaMomen tersebut seakan menggambarkan semangat dari sang ayah yang tidak kenal menyerah demi mencukupi kebutuhan keluarga.
Baca SelengkapnyaMbah Salam mengaku pulang ke Malang dua sampai tiga bulan sekali untuk menengok anak dan cucunya di rumah.
Baca SelengkapnyaPria ini mengajak bapak tukang becak untuk berbelanja ke pusat perbelanjaan.
Baca Selengkapnya