Harga Minyak Goreng di Jogja Naik Cukup Tinggi, Ini 3 Faktanya
Merdeka.com - Di zaman yang serba sulit ini, harga kebutuhan pokok melonjak tinggi. Salah satu komoditas pokok yang harganya naik adalah minyak goreng. Di Kota Yogyakarta, harga minyak goreng memasuki pekan ketiga November 2021 ini berada di angka Rp19 ribu per kilogram.
Padahal sebelumnya, harga minyak goreng berkisar di angka Rp12 ribu per kilogram. Tak dipungkiri, kenaikan harga ini berdampak pada banyak hal. Salah satunya adalah penurunan omzet sejumlah pedagang minyak goreng yang tersebar pada pasar-pasar di Jogja.
Lantas apa penyebab kenaikan harga minyak goreng ini? Lalu langkah apa yang dilakukan pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan ini? Berikut selengkapnya:
-
Dimana Kemendag genjot pasar minyak goreng? Kementerian Perdagangan melalui Atase Perdagangan (Atdag) Kairo terus berupaya menggenjot potensi pasar pengemasan minyak goreng Indonesia di Timur Tengah dan Afrika.
-
Kenapa harga beras naik di Jawa Tengah? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Kenapa Kemendag genjot potensi pasar minyak goreng? 'Kunjungan lapangan tersebut menghasilkan tawaran kerja sama di bidang industri pengemasan minyak goreng Indonesia. Industri pengemasan minyak goreng Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dipasarkan di pasar regional Timur Tengah dan Afrika,' ungkap Syahran.
-
Bagaimana Kemendag dorong pasar minyak goreng? Kementerian Perdagangan melalui Atase Perdagangan (Atdag) Kairo terus berupaya menggenjot potensi pasar pengemasan minyak goreng Indonesia di Timur Tengah dan Afrika.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
Penyebab Kenaikan Harga Minyak Goreng
©Liputan6.com/Angga Yuniar
Sebelumnya, Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Sri Riswanti mengatakan bahwa kenaikan harga minyak goreng sudah dimulai sejak April 2021. Dia menjelaskan, kenaikan itu disebabkan oleh naiknya harga CPO (minyak sawit mentah) dan permintaan yang luar biasa dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri berbasis biodiesel ditambah menurunnya produksi CPO dalam negeri.
Ia memastikan, kenaikan harga minyak goreng tidak dipengaruhi oleh berkurangnya persediaan komoditas kebutuhan pokok tersebut. Saat ini, kebutuhan konsumsi minyak goreng di DIY mencapai 492 ton per pekan.
Langkah Pemerintah
©Shutterstock/saddako
Heri Yuwono, salah seorang pedagang minyak goreng di Pasar Kranggan mengatakan, kenaikan harga minyak goreng ini berpengaruh pada penurunan omzet penjualan, dari yang sebelumnya dapat menjual 20-25 jerigen per hari, lalu turun menjadi 10 jerigen per hari.
Sementara itu Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, mengatakan bahwa naiknya harga minyak goreng tersebut turut mempengaruhi daya beli masyarakat yang mengalami penurunan yang signifikan.
Oleh karena itu, ia berharap bisa melakukan rencana intervensi yaitu dengan memberikan penugasan ke sejumlah produsen minyak goreng untuk membuat minyak kemasan sederhana atau kemasan bantal untuk dapat membantu menurunkan harga di tingkat pedagang. Nantinya, kemasan sederhana itu dapat dijual dengan harga Rp14 ribu per liter.
Harga Komoditas Lain
© wiseGEEK
Sedangkan untuk harga komoditas lain, Pemerintah Kota Yogyakarta memastikan harganya tetap stabil dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga akhir tahun. Sebagai contoh, harga komoditas telur ayam ras berkisar di angka Rp23 ribu per kg, ayam potong Rp34 ribu per kg, dan beras premium Rp10.300 per kg.
Sementara itu harga cabe rawit mengalami sedikit kenaikan saat musim hujan ini. Harga cabe rawit merah yang semula Rp23 ribu per kg menjadi Rp25 ribu per kg. Harga cabai merah yang tadinya Rp31 ribu per kg naik menjadi Rp32 ribu per kg. Harga cabai merah besar tetap bertahan di angka Rp40 ribu per kg. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Permendag terkait HET MinyaKita telah diharmonisasi pada Kamis (18/7) malam.
Baca SelengkapnyaPada sisi lain, naiknya harga Minyakita dari Rp14.000 menjadi Rp15.500 dinilai tetap akan lebih murah dari minyak goreng kemasan premium.
Baca SelengkapnyaBerbeda dengan beras, minyak goreng justru mengalami lonjakan harga. Minyak goreng curah kini dihargai Rp18.500 hingga Rp21.000/liter.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga gula ini sudah terjadi sekitar satu hingga dua minggu terakhir.
Baca SelengkapnyaHarga Eceran Tertinggi (HET) Minyakita naik menjadi Rp15.700 per liter.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaSetidaknya ada 10 komponen dalam penghitungan HPP, di antaranya yaitu harga CPO, ongkos angkut pabrik, biaya pengolahan, pengemasan, serta biaya distribusi.
Baca SelengkapnyaSaat ini, HET MinyaKita masih ditetapkan sebesar Rp14.000 per liter.
Baca SelengkapnyaMahalnya harga minyak goreng dikarenakan masalah pasokan.
Baca SelengkapnyaKemendag telah melakukan kajian internal untuk dua kebijakan baru terkait dengan minyak goreng, salah satunya menaikan HET MinyakKita.
Baca SelengkapnyaPerubahan HET MinyaKita dilakukan karena dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan harga biaya pokok produksi yang terus mengalami perubahan.
Baca SelengkapnyaRoy menyampaikan, Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok.
Baca Selengkapnya