30 Kata-kata Romo Mangun tentang Kehidupan yang Inspiratif dan Penuh Makna

Merdeka.com - Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau YB Mangunwijaya yang dikenal Romo Mangun merupakan salah satu arsitektur, rohaniawan, sastrawan, dan budayawan yang populer di Indonesia. Beliau sosok yang dikenal humanis dan tokoh pendidikan alternatif di Yogyakarta.

Romo Mangun lahir pada 6 Maret 1929 di Ambarawa, Jawa Tengah. Arsitek yang juga dikenal sebagai seorang budayawan ini telah membangun banyak gedung-gedung penting, seperti Bentara Budaya Jakarta, komplek peziarahan Sendangsono dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, Romo Mangun juga telah melahirkan karya-karya sastra yang fenomenal di Indonesia.

Puluhan karya sastra telah dihasilkan oleh Romo Mangun, salah satu karya sastra yang fenomenal dan populer ialah novel Burung-Burung Manyar dan Burung-Burung Rantau. Kedua novel ini dikenal sebagai salah satu karya terbaik yang pernah ada di Indonesia. Maka tidak heran apabila hingga kini Romo Mangun menjadi salah satu tokoh inspiratif, baik di bidang sosial, budaya, maupun pendidikan.

Berikut ini 30 kata-kata mutiara Romo Mangun yang inspiratif dan penuh makna yang Merdeka.com kutip dari beberapa karya sastra yang pernah dihasilkannya.

Kata-Kata Mutiara Romo Mangun tentang Kehidupan

©pusatkrisis.kemkes.go.id

Tidak hanya dikenal sebagai tokoh sastra, Romo Mangun juga sering disebut sebagai Bapak Arsitektur modern Indonesia. Salah satu penghargaan tertinggi di bidang arsitektur ialah Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur melalui rancangan pemukiman di tepi Kali Code. Berikut ini beberapa kata mutiara Romo Mangun yang inspiratif.

1. Manusia tanpa harapan, dia mayat berjalan.

2. Memanglah kita dapat sedih dan marah membongkar segala yang kita anggap gagal, namun semogalah kita memiliki keberanian juga untuk memulai lagi penuh harapan.

3. Aku tahu, tidak pernah manusia matang untuk menangani hidupnya sendiri pun.

4. Setiap strategi yang sehat dan benar harus selalu berusaha mereduksi pihak lawan seminimum mungkin dan merangkul kawan sebanyak mungkin, sambil membujuk sebanyak mungkin lawan menjadi kawan, terserah apa latar belakangnya. Gerakan yang berkebiasaan membuat musuh di mana-mana amatlah bodoh.

5. Mengapa hidup tidak bisa sederhana? Mengapa selalu segala yang indah berdampingan dengan yang kotor dan berbau?

6. Manusia tertawa jika dia terjepit dalam situasi antara logika dan kenyataan yang berbenturan tanpa dia dapat menguasainya.

7. Mengapa ada orang-orang tertentu yang harus menderita dalam dunia dan semesta yang indah ini? Mengapa orang tidak bisa hidup bersama dalam damai dan kerukunan, dalam penikmatan segala yang indah dan benar dan baik dalam alam serta kehidupannya?

8. Orang yang lari dari dunia yang satu harus menemukan dunia yang baru untuk bisa bertahan diri.

9. Tidak ada nasion yang berperang demi berperang, perang adalah sebentuk perpanjangan diplomasi dengan cara-cara yang lain.

10. Tetapi wanita memang rahasia besar. Lelaki hanya bungkusan rahasia itu, bahkan biasanya bungkusan yang kaku dan lekas robek.

Kata-Kata Mutiara Romo Mangun yang Penuh Makna

©wikipedia.com/tamanismailmarzuki.com

11. Orang itu kalau sudah fanatik agama kejamnya bukan main. Kejam atas nama Tuhan, kontradiksi yang aneh sekali, tetapi begitulah manusia.

12. Manusia tertawa jika dia terjepit dalam situasi antara logika dan kenyataan yang berbenturan tanpa dia dapat menguasainya.

13. Adalah salah kaprah orang mengira politik itu selalu kotor, politik tertentulah yang kotor.

14. Lama aku memandang ke semburan-semburan lidah api yang meleleh ke bawah itu. Elok, ya, indah. Banyak yang kejam keji tampak indah dari kejauhan.

15. Setiap angkatan punya medan juang dan pahlawan mereka sendiri, jangan didramatisir.

16. Tokoh sejarah dan pahlawan sejati harus kita temukan kembali di antara kaum rakyat biasa yang sehari-hari, yang barangkali kecil dalam harta maupun kuasa, namun besar dalam kesetiaannya demi kehidupan.

17. Ah, mengapa ada manusia kalah? Bolehkah tanpa berkhayal hampa kita mendambakan suatu dunia sesudah perang kemerdekaan ini, yang menghapus dua kata "kalah dan menang" itu dari kamus hati dan sikap kita?

18. Negeri ini sungguh-sungguh membutuhkan pemberani-pemberani yang gila, asal cerdas. Bukan yang tahu adat, yang berkepribadian pribumi, yang suka harmoni, yang saleh alim, yang nurut model kuli dan babu.

19. Anak kolong dan ksatria hanya hidup dari kebanggan; bukan dari uang, tetapi karena telah berbuat berani, mempertaruhkan nyawa demi sumpah, demi sasaran yang sulit dicapai, demi tujuan yang melegakan banyak orang.

Kata-Kata Mutiara Romo Mangun tentang Kemanusiaan

©2020 Merdeka.com

20. Tanah air adalah di mana tidak ada kekejaman antara orang dengan orang. Kalau adat atau kebiasaan suatu nasion kejam, kukira lebih baik jangan punya tanah air saja.

21. Menerima kasih dan memberi kasih itu perkara yang satu-tunggal; tanpa ada yang menerima, orang juga tidak bisa memberi; maka menerima kasih sekaligus juga memberi kasih karena memungkinkan orang lain memberi kasih.

22. Menuntut ilmu dan mengabdi kepada rakyat bukanlah dua perkara yang sepantasnya dipisah-pisahkan.

23. Perempuan adalah bumi, yang menumbuhkan padi dan singkong, tetapi juga yang akhirnya memeluk jenazah-jenazah manusia yang pernah dikandungnya dan disusuinya.

24. Apakah aku sudah keterlaluan menjauhkan diri dari bangsaku? Apakah alasanku benar alasan jujur ataukah dalih menjauhkan diri dari bangsa yang masih hidup di dalam alam masa agrarian kuno ini? Yang masih primitif mendekati flora dan fauna rimba belantara? Itulah penderitaan jiwaku.

25. Uang tidak kucari dan emas membuatku menggeleng kepala. Hidup damai yang tahu bahasa bintang adalah pamrihku.

26. Jangan mematok diri sendiri baku beku, mengklaim monopoli heroisme. Gelora hati harus disetir oleh otak yang pandai berkalkulasi, namun otak harus dijiwai hati.

27. Ya, inilah susahnya. Negeri ini tidak punya ahli matematika. Dan kalau punya, mereka toh tidak laku dalam dunia korup di negeri ini. Dari penyelidikan Anda, apakah tampak ada kesengajaan di dalam kebodohan ini.

28. Tokoh sejarah dan pahlawan sejati harus kita temukan kembali di antara kaum rakyat biasa yang sehari-hari, yang barangkali kecil dalam harta maupun kuasa, namun besar dalam kesetiaannya demi kehidupan.

29. Perang tidak bisa dimenangkan dengan emosi. Tetapi perhitungan yang dingin.

30. Jangan mematok diri sendiri baku beku, mengklaim monopoli heroisme. Gelora hati harus disetir oleh otak yang pandai berkalkulasi, namun otak harus dijiwai hati. (mdk/jen)