Kepanjangan PMS adalah Premenstrual Syndrome, Berikut Cara Mengatasinya
Merdeka.com - Kepanjangan PMS adalah premenstrual syndrome. Premenstrual syndrome inikerap dirasakan wanita sebelum menstruasi. Selain mengetahui kepanjangan PMS, kenali juga gejala PMS yang biasa dialami oleh wanita.
Gejala PMS bisa berupa perubahan fisik, perubahan emosi, dan perubahan perilaku. Biasanya, kondisi ini dialami wanita 1-2 minggu sebelum hari pertama menstruasi setiap bulannya. Melansir dari Mayo Clinic, sekitar 50% dari wanita yang menderita pramenstruasi ini berusia sekitar 20-30 tahun.
Sementara itu, gejala PMS dimulai sekitar hari ke-14 dan berlangsung hingga tujuh hari setelah menstruasi dimulai. Tingkat keparahan PMS yang muncul berbeda-beda pada setiap wanita, mulai dari ringan, seperti kelelahan, hingga berat, seperti depresi.
-
Kapan biasanya gejala PMDD muncul? PMDD adalah gangguan yang terkait dengan fase luteal dari siklus menstruasi. Ini biasanya terjadi pada 1-2 minggu sebelum menstruasi dan gejalanya mereda 2-3 hari setelah menstruasi dimulai.
-
Apa perbedaan utama antara PMS dan PMDD? Meskipun kedua kondisi ini memiliki beberapa gejala yang sama, penting untuk memahami perbedaan mendasar antara PMS dan PMDD karena dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari bisa sangat berbeda.
-
Kapan PMS dianggap terlambat? Batas waktu telat haid yang normal bervariasi antara 21 hingga 35 hari, dengan rata-rata siklus haid sekitar 28 hari.
-
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi mood swing saat PMS? Mengatasi mood swing saat PMS memerlukan pendekatan yang holistik, yang melibatkan perubahan gaya hidup, pengelolaan stres, dan dukungan emosional. Pola makan yang sehat dan seimbang dapat membantu menstabilkan kadar gula darah dan hormon yang pada gilirannya dapat mengurangi gejala PMS.
-
Siapa yang paling berisiko terkena PMS? Studi menunjukkan bahwa hampir 50 persen dari total kasus PMS baru terjadi pada individu berusia 15–24 tahun, dengan kurangnya kesadaran dan pengetahuan sebagai faktor utama penyebaran​.
-
Bagaimana PMDD berbeda dari PMS dalam hal tingkat keparahan? Gejala PMDD jauh lebih intens dan serius. Selain gejala fisik yang mirip dengan PMS, PMDD menyebabkan perubahan suasana hati yang sangat drastis, yang bisa termasuk depresi parah, kecemasan yang intens, dan perubahan suasana hati yang ekstrem.
Umumnya, gejala PMS terjadi setelah proses ovulasi (proses pelepasan sel telur dari indung telur) dan sebelum haid mulai. Lantas, apa penjelasan kepanjangan PMS, penyebab PMS dan bagaimana cara mengatasi gejalanya?
Simak ulasan kepanjangan PMS dan penjelasan lainnya yang merdeka.com lansir dari Healthline:
Kepanjangan PMS dan Penjelasannya
©Shutterstock/stefanolunardi
Meski terdengar familiar, beberapa orang masih bingung apa kepanjangan PMS. Kepanjangan PMS adalah premenstrual syndrome yang kerap menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak jarang mengganggu aktivitas sehari-hari. PMS biasanya berlangsung sekitar 1-2 minggu sebelum keluarnya darah menstruasi.
Penyebab PMS tidak diketahui secara pasti, tetapi kondisi ini diduga dipengaruhi oleh perubahan hormon estrogen dan progesteron menjelang dan selama menstruasi. Orang yang PMS akan merasakan beberapa gejala, seperti penyudara nyeri, sakit perut, pusing, dan lainnya.
Gejala PMS
Selain mengetahui kepanjangan PMS, kenali juga gejala PMS. Sebagaimana kita tahu, gejala PMS adalah mencakup gangguan fisik maupun emosional. Biasanya, kondisi ini terjadi setelah ovulasi (proses pelepasan sel telur dari indung telur) dan sebelum haid dimulai. Berikut beberapa gejala PMS yang perlu diwaspadai, seperti:
• Payudara terasa nyeri
• Pembengkakan pada tangan atau kaki
• Perut kembung
• Tumbuh jerawat
• Sakit kepala
• Nyeri otot
• Nafsu makan meningkat
• Konsentrasi memburuk
• Berat badan bertambah
Penyebab PMS
Kepanjangan PMS adalah premenstrual syndrome ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik secara fisik maupun psikis. Adapun beberapa penyebab PMS yang paling umum dialami oleh wanita, di antaranya sebagai berikut:
Perubahan Hormon
Salah satu penyebab PMS yang paling umum dialami wanita adalah perubahan hormon. Naik turunnya hormon pada wanita, yaitu hormon estrogen dan progesteron, dapat memicu terjadinya PMS. Biasanya, kondisi ini akan hilang jika wanita mengalami kehamilan atau telah menopause.
Perubahan Kimia di Otak
Penyebab PMS yang kerap dialami wanita selanjutnya, yaitu perubahan kimia di otak. Perubahan seretonin pada otak memainkan peran penting dalam suasana hari, sehingga bisa memicu gejala PMS. Selain itu, jumlah serotonin yang tidak cukup juga dapat menyebabkan depresi prahaid, kelelahan, ngidam makanan, dan masalah tidur.
Depresi
Selain perubahan hormon dan perubahan kimia di otak, depresi atau gangguan mood juga bisa menjadi penyebab PMS. Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kurang berolahraga, penyalahgunaan obat-obatan, trauma fisik, dan riwayat PMS dalam keluarga.
Cara Mengatasi Gejala PMS
©©2012 Merdeka.com
Setelah mengetahui kepanjangan PMS, kenali juga cara mengatasi gejala PMS. Cara mengatasi PMS tergantung pada tingkat keparahan PMS yang dialami penderita.
Biasanya, dokter akan menyarankan untuk rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Selain itu, ada beberapa cara mengatasi PMS lainnya, di antaranya:
Pola Makan Sehat
Cara mengatasi PMS secara alami yang pertama adalah menerapkan pola makan sehat. Beberapa makanan yang kaya karbohidrat kompleks dapat mengurangi mood swing. Selain itu, Anda juga dapat mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti yogurt dan sayuran hijau untuk mengurangi gejala PMS.
Membatasi Konsumsi Alkohol
Membatasi konsumsi minuman beralkohol menjadi salah satu cara mengatasi PMS yang cukup efektif. Orang yang mengalami gejala PMS sering mengalami perut kembung dan susah tidur. Untuk mencegah gejala tersebut, batasi konsumsi alkohol, kafein, seperti teh dan kopi.
Berhenti Merokok
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok dapat memicu gejala PMS menjadi semakin berat. Selain itu, merokok juga bisa menyebabkan menstruasi tidak teratur dan memicu menopause dini. Untuk itu, hindari kebiasaan merokok mulai dari sekarang.
Pemberian Obat-obatan
Cara mengatasi PMS selanjutnya, yaitu pemberian obat-obatan. Biasanya, dokter akan memberikan obat antinyeri berupa obat anti-inflamasi nonsteroid untuk mengurangi gejala PMS. Obat ini dipercaya dapat mengurangi kram perut dan rasa tidak nyaman di payudara.
Selain itu, dokter juga akan memberikan obat antidepresan berupa selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI). Obat ini merupakan pengobatan lini pertama untuk pasien PMS yang perah dan berfungsi untuk mengatasi gangguan suasana hati. (mdk/jen)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meskipun PMS dan PMDD memiliki kesamaan yaitu terjadi sebelum menstruasi, kedua kondisi ini berbeda dalam hal dampaknya terhadap kualitas hidup.
Baca SelengkapnyaSetiap wanita memiliki siklus menstruasi yang berbeda, namun secara umum, siklus ini terjadi setiap 28 hingga 35 hari dan berlangsung selama 5 hingga 7 hari.
Baca SelengkapnyaMood swing saat PMS terkadang menjadi hal yang membingungkan bagi banyak wanita.
Baca SelengkapnyaDismenore adalah istilah medis untuk nyeri atau kram yang terjadi di perut bagian bawah saat menstruasi. Kondisi ini bisa diredakan dengan cara-cara alami.
Baca SelengkapnyaBerbagai metode sering dicari untuk mempercepat durasi haid. Mulai dari pengelolaan stress hingga konsumsi pil KB, berikut adalah cara aman mempercepat haid.
Baca SelengkapnyaDepresi adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus mengalami tekanan dan kehilangan semangat hidup.
Baca SelengkapnyaSaat masa ovulasi, suasana hati perempuan bisa menjadi sangat labil. Perasaan yang semula baik-baik saja bisa berubah menjadi sangat buruk dalam sekejap.
Baca SelengkapnyaBeberapa penyakit menular seksual (PMS) bisa dialami oleh seseorang dan bisa berdampak buruk.
Baca SelengkapnyaSakit kepala hormonal sering terjadi pada wanita. Ketahui gejalanya.
Baca SelengkapnyaBaby Blues dan Postpartum Depression (PPD) bisa dialami oleh sebagian besar ibu setelah melahirkan.
Baca SelengkapnyaSakit pinggang saat haid atau dismenore adalah kondisi yang umum dialami oleh banyak wanita selama menstruasi.
Baca Selengkapnya