Kisah Nabi Ismail, Kelahiran Seorang Anak Saleh hingga Perintah Berkurban
Merdeka.com - Seperti diketahui, sejak kecil kita pasti pernah mendengar berbagai macam kisah nabi dan rasul yang mempunyai sifat kebaikan dan keteladanan masing-masing. Terutama kisah 25 nabi dan rasul yang diberikan berbagai macam mukjizat oleh Allah SWT. Mulai dari Nabi Adam sebagai khalifah pertama, hingga Nabi Muhammad sebagai nabi penutup atau juga disebut dengan Khatamun-Nabiyyin.
Masing-masing nabi mempunyai pengalaman yang berbeda-beda pada masanya. Meskipun begitu, semua nabi memiliki sifat baik dan kebijaksanaan dalam menghadapi setiap ujian yang diberikan Allah. Pada setiap kisahnya, umat muslim dapat memetik kebaikan dan menjadikannya sebagai suri tauladan dalam menjalani kehidupan di dunia.
Salah satu kisah nabi yang mempunyai pesan mendalam dan penuh kebijaksanaan adalah kisah Nabi Ismail. Seperti diketahui, Nabi Ismail merupakan anak dari Nabi ke-6 utusan Allah, yaitu Nabi Ibrahim. Dalam kisahnya, Nabi Ismail beserta Ayahnya mengalami berbagai macam peristiwa yang besar dan mengharukan. Salah satunya peristiwa penyembelihan Nabi Ismail yang diperintahkan oleh Allah.
-
Kenapa Nabi Ibrahim AS diuji kecintaannya kepada Allah SWT? Dalam kesempatan itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto itu menceritakan bagaimana Nabi Ibrahim AS amat merindukan hadirnya anak diuji kecintaannya kepada Allah SWT setelah dikaruniai keturunan.
-
Apa keinginan Nabi Ibrahim untuk anaknya? Doa ini mencerminkan keinginan Nabi Ibrahim agar anak-anaknya tumbuh menjadi individu yang beriman dan taat kepada perintah Allah, serta mampu melanjutkan misi dakwah.
-
Kenapa Nabi Ibrahim berdoa agar anaknya menjadi saleh? Doa ini tidak hanya mencerminkan kecintaan seorang ayah terhadap anaknya, tetapi juga aspirasinya agar mereka tumbuh menjadi individu yang saleh dan berbakti.
-
Bagaimana Nabi Ibrahim berdoa agar anaknya saleh? Doa Nabi Ibrahim untuk anaknya adalah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim AS dalam Al-Qur’an, memohon kepada Allah SWT agar dianugerahi keturunan yang saleh dan taat.
-
Bagaimana Nabi Muhammad SAW. berkurban? Nabi Muhammad SAW. berkurban dengan dua kambing gemuk dan bertanduk. Saya melihat Nabi Saw. meletakkan kedua kakinya di atas pundak kambing tersebut, kemudian Nabi Saw. membaca basmalah, takbir dan menyembelih dengan tangannya sendiri.“ (HR Bukhari)
-
Mengapa umat muslim dianjurkan berkurban? Setiap muslim yang memiliki kemampuan harta dianjurkan untuk berkurban. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam QS Al-Kautsar ayat 2, yang artinya: “Maka dirikanlah salat karena Rabbmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.“ (QS. Al-Kautsar: 2)
Dalam hal ini, Allah menguji ketaatan Nabi Ibrahim yang harus mempertaruhkan rasa cinta dan sayangnya kepada sang anak. Hingga peristiwa ini menjadi asal mula seruan Allah bagi seluruh umat muslim untuk melaksanakan ibadah berkurban. Lalu seperti apa kisah lengkapnya.
Dilansir dari Kisahmuslim.com, berikut kami telah merangkum kisah Nabi Ismail, dari kelahiran seorang anak saleh hingga perintah untuk berkurban.
Kisah Kelahiran Nabi Ismail
©2014 Merdeka.com/Shutterstock/takepicsforfun
Kisah kelahiran Nabi Ismail di sini menjadi kisah pertama yang patut untuk disimak. Diceritakan bahwa Nabi Ibrahim dengan istrinya yang bernama Sarah, belum juga dikaruniai seorang anak. Nabi Ibrahim pun terus memanjatkan doa kepada Allah, untuk dianugerahkan seorang anak yang saleh dan taat kepada-Nya. Suatu waktu, Sarah pun mengetahui apa yang diharapkan oleh suaminya tersebut. Namun ia tidak dapat mewujudkan keinginan suaminya karena dia memiliki kondisi rahim yang mandul.
Kemudian, Sarah mendapatkan satu rencana untuk mendekatkan Ibrahim dengan budaknya yang bernama hajar untuk menikah. Sarah pun berharap, dengan adanya pernikahan tersebut Nabi Ibrahim bisa mendapatkan seorang anak yang saleh dari perkawinannya dengan Hajar. Kemudian pada satu waktu, Sarah mengutarakan rencana tersebut kepada sang suami. Kemudian Nabi Ibrahim berkata, “Kita harus menanyakannya terlebih dahulu kepada Hajar, apakah dirinya setuju atau tidak.”
Lalu Sarah dan Ibrahim menanyakan langsung kepada Hajar, dan Hajar menyetujuinya. Singkat cerita, Nabi Ibrahim dan Hajar menikah, dan Hajar akhirnya dapat mengandung anak dari suaminya. Kemudian, setelah mengandung selama 9 bulan, Hajar melahirkan seorang anak yang dinamakan Ismail. Dikatakan bahwa kelahiran Nabi Ismail ini merupakan jawaban dari doa yang selalu dipanjatkan Nabi Ibrahim kepada Allah.
Bukan tanpa alasan, ternyata istri dari Nabi Ibrahim mempunyai kondisi rahim yang mandul sehingga dirinya tidak dapat mengandung seorang anak. Kisah Nabi Ismail pertama yang patut disimak adalah kisah kelahiran dari Nabi Ismail.
Nabi Ismail dan Ibunya di Makkah
Beberapa waktu setelah kelahiran Ismail, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk pergi membawa Hajar dan anaknya ke Makkah. Tidak berpikir lama, Nabi Ibrahim memenuhi perintah Allah tersebut dengan membawa Hajar dan Ismail pergi melewati gurun dan berhenti di dekat tempat yang saat ini berdiri bangunan Ka’bah.
Tidak lama setelah sampai di sana, Nabi Ibrahim kemudian pergi meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat tersebut untuk kembali ke Syam. Hajar pun seketika memegang baju Ibrahim lalu berkata, “Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah kamu hendak meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang atau sesuatu apapun di sini?” Hajar terus mengulangi pertanyaannya, namun tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Ibrahim.
Bahkan Ibrahim tidak menoleh sedikit pun untuk menanggapi perkataan istrinya tersebut. Hingga akhirnya Hajar berkata, “Apakah Allah memerintahkan kamu atas semua ini?” Lalu seketika Ibrahim menjawab “Ya.” Dan Hajar pun bisa menerimanya dengan berkata, “Kalau begitu Allah tidak akan menelantarkan kami.”
Bukit Shafa dan Marwah
©2019 Merdeka.com
Kisah Nabi Ibrahim dan Hajar terus berlanjut. Sejak mendapatkan jawaban itu, Hajar segera kembali ke tempatnya semula bersama Ismail, sedangkan Ibrahim kembali melanjutkan perjalanan menuju Syam. Dalam perjalanannya, Ibrahim kemudian menghadap Ka’bah dan mengangkat kedua tangannya lalu berdoa kepada Allah.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 37)
Di sisi lain, Hajar kembali menemui Ismail dan mulai menyusuinya. Selama beberapa hari Hajar hidup dengan persediaan minum yang telah dibawanya. Namun tiba di suatu hari, persediaan air itu semakin lama habis. Ia menjadi haus, begitu pula dengan bayinya. Ismail kecil pun hanya bisa menangis saat ia kehausan. Hajar hanya bisa memandangnya dengan rasa kasihan. Karena tidak tahan, Hajar kemudian pergi meninggalkan Ismail untuk mencari bantuan.
Sampailah Hajar di bukit Shafa, sebuah gunung yang tidak jauh dari keberadaannya semula bersama Ismail. Hajar berdiri di bukit itu dan menghadap ke lembah untuk mencari tanda-tanda keberadaan manusia lain yang bisa membantunya. Namun, ia tidak melihat satu orang pun yang berada di sana. Kemudian Hajar memutuskan untuk pergi ke lembah hingga sampai di bukit Marwah. Dia mencoba berdiri dan mencari pertolongan, namun tetap saja tidak ada manusia lain yang terlihat di sana. Bahkan Hajar melakukan penjalanan dari Shafa ke Marwah hingga tujuh kali, namun masih saja nihil.
Saat Ia berada di puncah Marwah, ia mendengar sesuatu. Kemudian ia berusaha untuk diam dan kembali mendengarkan suara itu dengan seksama. Dan suara itu muncul lagi, “Engkau telah memperdengarkan suaramu jika engkau bermaksud memberikan bantuan.”
Ternyata suara itu merupakan suara dari malaikat Jibril yang berada di dekat sumber air zam-zam. Kemudian Jibril mengambil air dengan sayapnya hingga air keluar memancar. Akhirnya Hajar dapat minum dan bisa kembali menyusui bayinya.
Kemudian malaikat Jibril berkata, “Janganlah kamu takut ditelantarkan, karena di sini adalah rumah Allah, yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.”
Kedatangan Suku Jurhum
Kisah Nabi Ismail dan ibunya, Hajar yang tinggal di Makkah masih terus berjalan. Hingga datanglah sekelompok Suku Jurhum yang datang dari bukit Kadaa’. Dari bagian bawah Makkah, mereka melihat sekelompok burung yang berputar-putar di suatu wilayah. Mereka berharap, burung yang berputar-putar itu merupakan tanda adanya sumber air. Lalu mereka mengirimkan dua orang untuk mendatangi lokasi burung tersebut, dan benar ternyata burung-burung tersebut mengelilingi sumber air. Lalu dua orang dari suku Jurhum itu kembali dengan cepat untuk memberitahukan kelompoknya.
Setelah itu, mereka bersama-sama mendatangi sumber air tersebut. Saat itu, Hajar sedang duduk di dekat sumber air, lalu salah satu dari suku Jurhum berkata, “Apakah kamu mengizinkan kami untuk singgah bergabung denganmu di tempat ini?” Lalu Hajar menjawab, “Ya, boleh. Namun kalian tidak berhak memiliki air.” Kemudian mereka pun menyepakatinya.
Hajar pun senang dengan keberadaan keluarga Jurhum. Dirinya tidak merasa kesepian lagi, dan mereka pun tinggal bersama dengan rukun. Bahkan Ismail mulai belajar bahasa Arab dari keluarga Jurhum. Ismail pun tumbuh menjadi anak yang pintar dan berakhlak mulia seperti yang diajarkan ibunya. Hari demi hari berlalu, Ismail pun tumbuh menjadi seorang dewasa. Saat inilah ia akan bertemu dengan Ayahnya, Nabi Ibrahim.
Mimpi Nabi Ibrahim dan Perintah Berkurban
Kisah Nabi Ibrahim yang sudah dewasa bersama Ibunya, kemudian bertemu dengan Ayahnya Ibrahim yang datang menemui untuk melepas rasa rindu. Nabi Ibrahim kemudian bisa menjalani hari bersama anaknya tercinta. Lalu pada suatu hari, Ibrahim bermimpi bahwa ia menyembelih putranya, Ismail. Setelah ia bangun, ia menyadari bahwa mimpi itu merupakan petunjuk dari Allah.
Kemudian, Ibrahim suatu hari mendatangi anaknya lalu menyampaikan mimpi yang dialaminya. Dan Ibrahim berkata kepada Ismail, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ismail menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS As Shaafaat : 102)
Kemudian, Nabi Ibrahim pun membawa Ismail ke Mina. Setelah sampai di sana, Ibrahim mengikat kain di atas muka anaknya agar ia tidak dapat melihat raut wajah sang anak, yang bisa membuatnya terharu. Keduanya pun telah mempasarahkan diri dan menyerahkan diri kepada Allah. Setelah itu, Ibrahim mendengar seruan Allah, “Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”
Tidak lama setelah itu, malaikat Jibril membawa kambing besar dan meletakkannya sebagai pengganti Ismail yang akan disembelih. Dari peristiwa inilah kemudian turun perintah Allah bagi seluruh umat muslim untuk menunaikan kewajiban berkurban. (mdk/ayi)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Idul Adha adalah salah satu perayaan penting dalam agama Islam yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah, bulan terakhir dalam kalender Hijriah.
Baca SelengkapnyaDoa Nabi Ibrahim termasuk doa yang diijabah oleh Allah SWT.
Baca SelengkapnyaSemarakkan hari raya Idul Adha 2024 dengan untaian kata-kata ucapan yang bermakna.
Baca SelengkapnyaDalam khutbah Idul Adha, terdapat doa yang menjadi awal ceramah dan juga isi dari khutbah kedua.
Baca SelengkapnyaDoa ini tidak hanya mencerminkan kecintaan seorang ayah terhadap anaknya, tetapi juga permohonan agar mereka tumbuh menjadi individu yang saleh dan berbakti.
Baca SelengkapnyaAda enam amalan sunnah yang bisa dilakukan menyambut Hari Raya yang juga dikenal dengan sebutan Lebaran Haji ini.
Baca SelengkapnyaIdul Adha bertepatan dengan pelaksanaan haji dan tradisi kurban.
Baca SelengkapnyaAnak-anak di wilayah Kota Depok, Jawa Barat merayakan hari raya Iduladha dengan belajar tata cara berkurban.
Baca Selengkapnya