Sejarah Kurban Idul Adha, Teladani Ketakwaan Nabi Ibrahim
Idul Adha adalah salah satu perayaan penting dalam agama Islam yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah, bulan terakhir dalam kalender Hijriah.
Perayaan Idul Adha memang identik dengan budaya penyembelihan hewan kurban bagi umat muslim.
Sejarah Kurban Idul Adha, Teladani Ketakwaan Nabi Ibrahim
Idul Adha adalah salah satu perayaan penting dalam agama Islam yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 10 Zulhijah, bulan terakhir dalam kalender Hijriah.
Pada saat yang sama, sebagian umat muslim di seluruh dunia pergi dan berkumpul di Baitulllah untuk menunaikan ibadah haji.
Sementara itu umat muslim yang belum berkesempatan untuk melakukan haji, dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban dan berbagi kepada sesama.
-
Apa makna dari kurban di Idul Adha? Berkurban mengajarkan umat Muslim untuk melatih keikhlasan dalam beribadah. Sebagai bentuk pengorbanan harta dan hewan yang dimiliki, umat Muslim diajak untuk berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan yang langsung dari manusia, melainkan hanya mencari ridha Allah SWT semata.
-
Kenapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban? Idul Adha juga disebut sebagai Hari Raya Kurban, karena pada hari itu umat Islam yang mampu diwajibkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai bentuk pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT.
-
Mengapa Idul Adha juga disebut Hari Raya Kurban? Idul Adha juga dikenal dengan sebutan Hari Raya Kurban, di mana umat muslim melaksanakan ibadah penyembelihan hewan di setiap perayaan ini.
-
Kapan kurban dirayakan? Hari Raya Iduladha atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hari Raya Kurban memiliki makna yang mendalam dan sejarah panjang bagi kehidupan seluruh Umat Islam di seluruh dunia.
-
Apa makna mendalam di balik kurban? “Berkurban juga harus diaktualisasikan dalam bentuk pengembangan kepedulian sosial, semangat berbagi dan sikap mengasihi sesama tetangga dan masyarakat sekitar.,“ ujar Presiden PKS Ahmad Syaikhu
-
Apa itu Idul Adha? Idul Adha juga disebut sebagai Hari Raya Kurban, karena pada hari itu umat Islam yang mampu diwajibkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai bentuk pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT.
Di mana sejarah kurban Idul Adha didapat dari hikmah perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya. Tentu bukan suatu hal yang mudah bagi seorang Ayah melakukan hal tersebut pada anak yang dicintainya.
Namun, di balik peristiwa sejarah kurban Idul Adha ini, umat muslim dapat memetik hikmah pelajaran dari keimanan dan ketakwaan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Seperti apa kisah lengkapnya? Dilansir dari NU Online, berikut kami merangkum sejarah kurban Idul Adha bisa Anda simak.
Mukjizat Nabi Ibrahim Saat Dibakar
Sejarah kurban Idul Adha pertama kali bermula setelah peristiwa pembakaran Nabi Ibrahim. Saat itu, Nabi Ibrahim hendak dibakar oleh Raja Namrud dan anak buahnya. Karena memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi, Nabi Ibrahim berserah kepada Allah akan nasibnya yang hendak dibakar.
Kemudian, Allah memberikan mukjizat luar biasa kepada Nabi Ibrahim. Api panas dan membara yang membakar Nabi Ibrahim, dengan rahmat Allah menjadi api yang dingin. Maka Nabi Ibrahim selamat dari perbuatan Raja Namrud yang keji dan tidak berperikemanusiaan.
@merdeka
Menikah dengan Siti Hajar
Sejarah kurban Idul Adha pun berlanjut. Setelah peristiwa pembakaran tersebut, Nabi Ibrahim dengan kesempatan yang diberikan Allah melakukan hijrah. Nabi Ibrahim berhijrah meninggalkan Raja Namrud dan kaumnya yang menyekutukan ajaran Allah.
Setelah itu, Nabi Ibrahim menikah dengan salah seorang perempuan yang baik, Siti Hajar. Dari pernikahannya, Nabi Ibrahim dan Hajar dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Ismail. Setelah kelahirannya, bahkan Allah sudah menjelaskan bahwa ia kelak akan diangkat menjadi nabi.
@merdeka
Mimpi Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim dan Siti Hajar sangat menyayangi anak semata wayangnya. Berbagai ujian diberikan, termasuk saat Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk meninggalkan Siti Hajar dan bayi Nabi Ismail di padang gurun yang sepi, yang kemudian menjadi salah satu rukun haji Sa’i sebagai wujud keimanan keluarga mereka.
Tidak hanya itu, kehidupan keluarga Nabi Ibrahim juga terus diuji oleh Allah SWT. Pada suatu hari, Nabi Ibrahim mendapatkan sebuah mimpi. Dalam mimpi tersebut, ia menyembelih da mengurbankan putra kesayangannya yang masih berumur 7 tahun.
Setelah mimpi tersebut, Nabi Ibrahim bingung bagaimana harus menyikapinya. Nabi Ibrahim tidak seketika membenarkan, namun juga tidak mengingkarinya. Ia terus menerung beberapa kali sebelum membuat keputusan yang akan diambil.
Sikap Nabi Ismail
Sejarah kurban Idul Adha juga mendapatkan pengaruh besar dari keimanan dan ketakwaan Nabi Ismail kecil. Setelah mendapatkan mimpi dan merenung, kemudian Nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya kepada putra tersayangnya.
Mendengarkan cerita mimpi dari sang ayah, Nabi Ismail dengan besar hati menerima untuk disembelih dan dikurbankan oleh ayahnya. “Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.’” (Surat As-Saffat ayat 102).
@merdeka
Dengan hati sedih yang tidak dapat dihindari, Nabi Ibrahim dan Ismail sepakat untuk melakukan apa yang ada dalam mimpi tersebut. Di mana Nabi Ibrahim harus menyembelih dan mengurbankan anaknya di tangannya sendiri.
Tebusan Hewan Kurban
Nabi Ibrahim kemudian membawa putranya ke Mina. Di suatu tempat, Nabi Ibrahim membaringkan tubuh Nabi Ismail, dengan penuh kesedihan, kemudian Nabi Ismail berbicara kepada ayahnya:
“Wahai ayahku! Kencangkanlah ikatanku agar aku tidak lagi bergerak, singsingkanlah bajumu agar darahku tidak mengotori, dan (jika nanti) ibu melihat bercak darah itu niscaya ia akan bersedih, percepatlah gerakan pisau itu dari leherku, agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu sangat dahsyat. Apabila engkau telah kembali maka sampaikanlah salam (kasih)ku kepadanya.”
@merdeka
Setelah mendengar ucapan tersebut, Nabi Ibrahim kemudian menjawab, “Sungguh, sebaik-baiknya pertolongan adalah engkau wahai anakku dalam menjalankan perintah Allah,”
Dengan tangisan yang tidak terbendung, Nabi Ibrahim melakukan apa yang diyakininya sebagai perintah Allah. Menggunakan pisau tajam yang telah diasah dengan baik, Nabi Ibrahim meletakkannya ke leher Nabi Ismail.
Setelah itu, muncul keajaiban Allah di mana pisau yang digunakan Nabi Ibrahim sama sekali tidak melukai tubuh Nabi Ismail. Nabi Ibrahim pun terkejut, lalu menggoreskan beberapa kali. Jangankan melukai, pisau tersebut sama sekali tak meninggalkan bekas apa pun.
Keajaiban kembali muncul, ketika Allah menurunkan Surat As Saffat ayat 104 -108: Lalu Kami panggil dia, ‘Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.’ Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,”
@merdeka
Itulah kisah dramatis dari perintah kurban yang diberikan oleh Allah. Dengan keimanan dan ketakwaan Nabi Ibrahim dan Ismail, Allah memberikan rahmat pertolongan menggantinya dengan hewan kurban.