Siswa SMP Ini Rela Bekerja Sebagai Kuli Bangunan, Alasannya Bikin Haru
Merdeka.com - Kondisi hidup tiap orang berbeda-beda. Kadang nasib membuat seseorang bekerja lebih keras dari pada orang lainnya untuk bisa tetap bertahan hidup. Ada pula yang sejak kecil sudah merasakan kerasnya kehidupan.
Hidup seperti itulah yang harus dijalani Catur Febriyanto, siswa kelas 7 Mts asal Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Di samping sekolah, dia ikut bekerja dalam proyek pembangunan rumah milik tetangganya.
Pekerjaan itu harus ia lakukan agar bisa membeli ponsel sendiri. Ponsel itu rencananya akan dia gunakan untuk pembelajaran daring. Berikut selengkapnya:
-
Kenapa anak ini harus kerja? Di usianya masih masih belia, RA yang duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) ini harus merasakan kerasnya hidup. Ia harus menjadi tulang punggung keluarga dan merawat orang tuanya.
-
Apa pekerjaan anak ini? Di usianya masih masih belia, RA yang duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) ini harus merasakan kerasnya hidup. Ia harus menjadi tulang punggung keluarga dan merawat orang tuanya.
-
Dimana anak ini bekerja? Tiga anak berdiri di persimpangan sudut Jalan Taman Siswa, Yogyakarta.
-
Bagaimana anak ini mencari uang? Mampu mengumpulkan uang hingga Rp150 ribu untuk digunakan membantu orang tua yang berprofesi sebagai nelayan.
-
Mengapa pemuda itu bekerja di pedesaan? Menurut pemberitahuan perekrutan yang diterbitkan pada Januari, dua orang akan direkrut untuk bekerja di kota-kota di wilayah Lingbi.
-
Dimana pemuda itu bekerja? Pada Minggu malam, biro pegawai negeri Suzhou, sebuah kota di Provinsi Anhui bagian barat daya, mengumumkan penerimaan rekrutmen kedua untuk tahun ini.
Tulang Punggung Keluarga
©2020 Merdeka.com
Catur harus menjadi tulang punggung keluarga saat usianya masih menjelang remaja. Ayahnya yang sudah berusia lanjut hanya bekerja serabutan. Sementara ibunya tidak bekerja.
Setiap harinya, Catur diberi upah Rp50 ribu untuk pekerjaannya sebagai kuli bangunan. Uang itu digunakan untuk membeli keperluan sehari-hari keluarganya.
Ingin Bisa Belajar Daring
©2020 Merdeka.com
Situasi yang menimpa Catur kemudian terdengar sampai Bupati Grobogan. Dia kemudian mengutus Amin Hidayat, kepala dinas Kabupaten Grobogan, untuk mendatangi Catur.
Di lokasi pembangunan rumah tempat dirinya bekerja yang berada di Desa Karangrejo, Kecamatan Grobogan, Catur diajak bicara oleh Amin mengenai keinginannya untuk membeli ponsel. Ternyata ia ingin membeli ponsel agar bisa mengikuti kegiatan belajar daring seperti teman-teman lainnya.
“Catur bilang dia akan terus bekerja sampai bisa membeli handphone. Saya kemudian mengajaknya pergi untuk membeli handphone. Tapi syaratnya Catur tidak boleh bekerja kembali sebagai kuli bangunan dan harus fokus belajar secara daring,” kata Amin Hidayat dikutip dari Liputan6.com pada Senin (10/8).
Senang Dapat HP Baru
©2020 Merdeka.com
Setelah mendengar alasan Catur, Amin mengajaknya ke toko ponsel untuk membeli HP. Di sana, Catur memilih HP yang dijual dengan harga Rp 1,9 juta. HP itu kemudian dibayar oleh Amin.
Tak hanya itu, dia juga dibelikan kuota internet. Catur merasa Bahagia karena akhirnya ia memiliki HP sendiri.
“Senang bisa pilih HP sendiri jadi bisa belajar kapanpun dan tidak usah nunggu mbak pulang kerja baru bisa pinjam HP. Uang saya baru terkumpul Rp150 ribu. Diparingi HP rasane seneng,” kata Catur dengan wajah yang sumringah.
Carikan Solusi Bagi Siswa yang Tidak Bisa Belajar Daring
Setelah tiba di rumahnya, ternyata Catur telah ditunggu oleh Ali Mahfud, kepala sekolah Mts Yarobi, tempat dia menempuh pendidikan. Ketika diwawancara dia berjanji akan mencarikan solusi bagi para siswanya yang tidak bisa belajar secara daring.
“Kita akan mencarikan solusi bagi siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran secara daring. Di antaranya, kami akan melakukan kunjungan ke rumah-rumah siswa untuk memberikan pembelajaran pada mereka yang memiliki kendala belajar daring,” ungkap Ali Mahfud dikutip dari Liputan6.com pada Senin (10/8). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Firman berjuang keras untuk mengangkat derajat keluarganya yang selama ini hidup miskin.
Baca SelengkapnyaSeorang anak SD berusia 13 tahun depresi berat karena HP yang dibeli dengan tabungannya dijual oleh orang tuanya.
Baca SelengkapnyaAhmad Faiq Mubaroq masih berharap bisa melanjutkan sekolah lagi.
Baca SelengkapnyaIa terpaksa harus berjualan di bawah terik sinar matahari karena ingin meraih impian namun terhalang kondisi perekonomiannya.
Baca SelengkapnyaSeorang warga transmigrasi asal Wonogiri bekerja banting tulang demi anaknya agar bisa kuliah.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang rela jadi tukang pijat demi anak sekolah.
Baca SelengkapnyaIdia harus rela kehilangan kesempatan untuk bersekolah lantaran kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan.
Baca SelengkapnyaYuliana (23) salah satu mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon yang baru saja lulus kuliah.
Baca SelengkapnyaDia rela banting tulang 20 jam sehari agar sang adik dapat melanjutkan pendidikan.
Baca Selengkapnya